Rabu, 20 Desember 2017

Nasionalisme NKRI, Kemanusiaan dan Bangsa West Papua

NASIONALISME NKRI, NASIONALISME KEMANUSIAAN, DAN NASIONALISME RAKYAT PAPUA SAAT INI

Oleh: Arnold Ev. Meaga
TUMBUHNYA NASIONALISME DI INDONESIA
Nasionalisme Indonesia adalah suatu gerakan kebangsaan yang timbul pada bangsa Indonesia untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat. Sejak abad 19 dan abad 20 muncul benih-benih nasionalisme pada bangsa Asia Afrika khususnya Indonesia. Nasionalisme tumbuh diindonesia dimulai setelah munculnya Serikat Islam. Budi Oetomo yang sudah terbentuk dahulu merupakan organisasi "elit" sehingga tidak berkontribusi dalam menumbuhkan nasionalisme diseluruh kalangan masyarakat. Serikat Islam melakukan berbagai upaya dalam menumbuhkan nasionalisme di seluruh daerah hindia belanda pada waktu itu.
Karena adanya faktor pendukung diatas, maka di Indonesia pun mulai muncul semangat nasionalisme. Semangat nasionalisme ini digunakan sebagai ideologi/paham bagi organisasi pergerakan nasional yang ada. Ideologi Nasional di Indonesia diperkenalkan oleh Partai Nasional Indonesia (PNI) yang diketuai oleh Ir. Soekarno. PNI bertujuan untuk memperjuangkan kehidupan bangsa Indonesia yang bebas dari penjajahan. Sedangkan cita-citanya adalah mencapai Indonesia merdeka dan berdaulat, serta mengusir penjajahan pemerintahan Belanda di Indonesia. Dengan Nasionalisme dijadikan sebagai ideologi maka akan menunjukkan bahwa suatu bangsa memiliki kesamaan budaya, bahasa, wilayah serta tujuan dan cita-cita. Sehingga akan merasakan adanya sebuah kesetiaan yang mendalam terhadap kelompok bangsa tersebut.
Oleh sebab itu dengan tumbuh nasionalisme Indonesia secara evolusioner sejak pada abat 19 dan 20 bersamaan denga bangsa-bangsa di dataran asia afrika, sehingga bangsa Indonesia pun dapat mengusir penjajahan Hindia Belanda pada saat itu dengan semangat nasionalisme yang di motori oleh mereka kelompok kaum terpelajar asal pribumi itu sendiri (Indonesia). Dan ideal yang di harapkan oleh bangsa Indonesia pun terjadi dan tercapai pula, yaitu kemerdekaan bangsa Indonesia dari bangsa Penjajah pada 17 agustus 1945.

Namun rakyat Indonesia sendiri masi bingung dengan apa itu arti dari pada nasionalisme negra Indonesia ini sendiri, sebab rakyat Indonesia sendiri dapat di intimidasi, direpresifitas, ditindas, digusur tempat pemukiman mereka (Rakyat Indonesia), bahkan sampai dengan penagkapan, pemukulan sampai dengan pembunuhan pun kerap di implementasikan oleh otoritas negara melalui mekanisme aparat Militer/Polri dan sejenisnya. Sehingga hal serupa menimbulkan rasa nasionalisme rakyat Indonesia sendiri menjadi menurun bahkan tidak ada sama sekali. Maka tak jarang pula asumsi masyarakat Indonesia terhadap nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme darah yang artinya banyak mendatangkan destruktif dan kematian bagi rakyat Indonesia ini sendiri, makanya nasionalisme Indonesia hanya sekedar nasionalisme belaka, yang pada hakikatnya sudah tidak di anggap lagi oleh rakyat Indonesia ini sendiri.

NASIONALISME KEMANUSIAAN
DALAM sebuah kesempatan, Bung Karno pernah mengutip perkataan salah satu pemimpin (spiritual) India Mahatma Gandhi: My nationalism is humanity. Nasionalisme di mata Bung Karno selalu terikat dengan kemanusiaan.
Dalam pidatonya di Sidang BPUPK I Juni 1945, Soekarno mewanti-wanti adanya bahaya yang tersirat dalam nasionalisme. “Bahayanya adalah mungkin orang akan meruncingkan nasionalisme menjadi chauvinisme, sehingga menjadi Indonesia uber Alles,” ujar Soekarno. Nasionalisme dapat berpotensi menjadi ikatan identitas tertutup yang mengerikan, seperti nasionalisme Jerman pada zaman Adolf Hitler dengan semboyan Deutschland uber Alles.  Kita tahu bahwa nasioalisme Jerman ini bertanggung jawab atas pembunuhan massal terbesar sepanjang sejarah kepada enam juta orang Yahudi.
Karena itu, Bung Karno mengatakan nasionalisme harus membuka dirinya dalam prinsip kemanusiaan. Nasionalisme kita harus mengarah pada penghargaan terhadap martabat rakyat Indonesia sebagai manusia yang bermartabat. Kemanusiaan membuka sekat-sekat ketertutupan relasi antar sesama manusia Indonesia dan juga relasi antar manusia Indonesia dengan manusia dari negara lainnya. Karena itu nasionalisme menjadi kesempatan memperjuangkan terwujudnya kemanusiaan secara universal yang tercapai melalui upaya untuk memperjuangkan perdamaian dan keadilan dunia, dan juga memuliakan hak asasi manusia. Oleh sebab itu, dalam bangsa dan negara Indonesia saat ini nasionalisme Indonesia di perlukan konservasi-konservasi oleh negara ini sendiri, sebab nasionalisme Indonesia telah melenceng keluar dari jalurnya. Sehingga rusaknya nasionalisme Indonesia tersebut dapat mendatangkan berbagai macam gejolak politik, ekonomi, sosial, buday dan lain-lain pada lingkungan sosial di dalam negri Indonesia ini sendiri.

PERLAWANAN RAKYAT INDONESIA
Dengan krisisnya nasionalisme (NKRI) sehingga mendatangkan respon dari berbagai kalangan masyarakat, pelajar, mahasiswa, Institusi-institusi dan lain sebagainya terhadap negara Indonesia ini sendiri. Adapun respon yang di implementasikan oleh rakyat Indonesia adalah dengan cara melancarkan demonstrasi dalam rangka memprotes dan menuntut segala kekejaman, ketidak adilan, ketidak makmuran, ketidak damaian, tindakan ketidak manusiawian oleh negara kesatuan repulik Indonesia (NKRI) terhadap rakyat. Agar hendaknya negara sendiri menyadari bahwa segala macam aturan dan peraturan yang di terapkan terhadap rakyat melalui berbagai macam sistem tersebut banyak yang mendatangkan kedestruktifan atas rakyat Indonesia ini sendiri, sebab semua aturan negara sebagian besar hanya berpihak pada kaum dan kelompok oligarki semata tidak untuk rakyat. Sehingga hal tersebut, hanya akan mendisintegrasikan bangsa Indonesia ini sendiri yang pada akhirnya akan mendatangkan destruktifitas atas rakyat dan bangsa Indonesia pula.

DUKUNGAN RAKYAT INDONESIA DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN BANGSA WEST PAPUA
Saat ini, bahwa Nasionalisme Indonesia berada dalam keadaan krisis, dan Nasionalisme Indonesia yang kerap kali mendatangkan bencana ketidak adilan, ketidak makmuran, ketidak damaian bahkan mendatangkan hal-hal ketidak manusiawian terhadap rakyat bangsa west Papua sejak pada 1 Mei 1963, pada saat papua itu di integrasikan kedalam negara kesatuan repulik Indonesia yang pada hakikatnya bangsa West Papua itu di aneksasi secara Paksa dan penuh  dengan pemanipulasian sejarah, dan di bawa tekanan angkatan bersenjata Indonesia pada saat itu.
Oleh karena itu, saat ini rakyat Indonesia yang menyadari bahwa bangsanya sendiri telah melakukan sikap ketidak manusiawian dan penindasan serta penjajahan terhadap rakyat bangsa West Papua pun bangkit dan bersolidaritas bersamaan dengan rakyat bangsa West Papua, dalam menuntut kemerdekaan rakyat Papua yang sudah di deklarasikan pada 1 Desember 1961, namun kemerdekaan tersebut telah di hancurkan oleh Indonesia dengan di keluarkannya perintah Tri Komando rakyat (Trikora) pada 19 Desember 1961 yang isinya adalah,
1.  Gagalkan negara boneka Papua buatan belanda kolonial,
2.  Kibarkan sang merah putih di Irian Barat tanah air Indonesia,
3. Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan       tanah air bangsa.
Tri Komando rakyat (Trikora) adalah awal mulainya penjajahan Indonesia terhadap rakyat bangsa West Papua, setelah bebasnya Indonesia dari cengkraman kolonialisme Hindia Belanda. Sehingga saat ini bangsa West Papua tersebut dapat hidup berdampingan dengan Indonesia. Namun karena pengintegrasian Papua hidup bersama Indonesia di lakukan dengan cara-cara melanggar hak-hak asasi manusia (HAM), dan penuh dengan intimidasi terhadap rakyat Papua, sehingga hal itu telah di ketahui pula oleh rakyat Indonesia saat ini yang tumbuh sebagai manusia Indonesia yang kritis dan berjiwa kemanusiaan, yang mana saat ini manusia Indonesia yang sadar atas kesalahan bangsanya dan sadar pula akan hal kemanusiaan yang saat ini pula lagi dan sedang mendukung perjuangan pembebasan nasional Papua Barat.

NASIONALISME BANGSA WEST PAPUA SAAT INI
Pengertian Nasionalisme menurut kamus besar bahasa Indonesai (KBBI) adalah paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat kenasionalan: -- makin menjiwai bangsa Indonesia, kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan.
Nasionalisme Indonesia tetaplah nasionalisme Indonesia, Nasionalisme Indonesia tidak bisa di jadikan nasionalisme bangsa West Papua, demikian pula Nasionalisme bangsa West Papua tak dapat pula di paksakan untuk di hilangkan/dihapuskan dari jiwa rasional orang-orang Papua, begitupun sebaliknya nasionalisme Indonesia tak dapat di hilangkan/dihapuskan dari jiwa rasional orang-orang Indonesia pula. Indonesia adalah bangsa yang besar dan memiliki etnis dan bahasa yang sangat heterogen mulai dari batavia (Jakarta) sampai dengan Amboina (Tidak Papua), dan pada hakikatnya Nasionalisme Bangsa Indonesia pun tak sama dengan Nasionalisme Bangsa West Papua. begitupun Papua adalah sebuah bangsa yang besar sama persis dengan Indonesia, yang memiliki etnis dan bahasa yang sangat heterogen pula, dan Bangsa Papua adalah bangsa yang merdeka dan berdaulat layaknya bangsa-bangsa lain yang ada di bumi ini, namun kemerdekaan rakyat bangsa West Papua tersebut telah di hancurkan dengan atas nama Nasionalisme Indonesia. Namun Nasionalisme Indonesia sama sekali tak di anggap oleh orang-orang Papua sejak Papua di aneksasi masuk ke dalam bingkai negara kesatuan repulik Indonesia (NKRI) pada 1 Mei 1963 sampai dengan saat ini.
Separatis adalah bagian daripada Nasionalisme rakyat bangsa West Papua itu sendiri, sebab separatisme sudah ada sejak 1963 sampai dengan saat ini. Oleh sebab itu watak separatisme telah dan sudah tumbuh subur dalam jiwa seluruh rakyat bangsa West Papua, jika saja asumsi pemerintah kolonialisme (Indonesia) bahwa kelompok separatis hanya terdiri dari kelompok kecil saja yang ada saat ini, maka asumsi tersebut sangatlah keliru. Seluruh rakyat bangsa West Papua hanya cinta akan tanah air West Papua tidak Indonesia, Nasionalisme bangsa lain tak dapat di hapuskan atau di paksakan untuk di lupakan oleh bangsa lain pula.

Sumber Referensi:
https://kbbi.web.id/nasionalisme





Selasa, 19 Desember 2017

Diam Dan Lawan

DIAM DAN LAWAN
Oleh: Arnold Ev. Meaga

Kerja Menghasilkan Revolusi

Dalam kerja-kerja perjuangan pembebasan suatu bangsa yang sedang berada dalam keadaan, kondisi, dan situasi terjajah, di butuhkan kerja-kerja nyata dalam rangka melawan musu-musu yang pada umumnya kita ketahui diantaranya, Kolonialisme, Imperialisme, Kapitalisme dan Militarisme. Ada juga tipe-tipe manusia yang pandai dalam melawan musu dengan cara menulis/atau membuat tulisan-tulisan perlawanan dan sejenisnya. Ada pula tipe manusia yang pandai dalam beretorika (Pidato), namun dalam hal tulis-menulis mereka tidak terlalu pandai dalam merangkai kata-kata yang baik dan tepat. Dan ada pula manusia yang mampu melawan musu dengan cara menulis dan beretorika, artinya serba bisa dalam dua bidang sekaligus (Beretorika & Menulis).

Tipe Manusia Yang Pandai Dalam Tulis Menulis Namun Tak Pandai Dalam Beretorika

Tipe manusia model ini adalah manusia yang pandai dan cerdas dalam menulis, merangkai kata-kata untuk sebua tulisan-tulisan yang bersifat perlawanan terhadap musuh. Namun dalam beretorika yang baik tidak dapat di lakukan oleh mereka dalam keadaan beretorika seperti halnya demonstrasi di tempat-tempat aktivitas ruang publik sosial dan sejenisnya. Oleh karena proses nalar mereka tidak dapat berjalan dengan baik di karenakan kebisingan aktivitas ruang publik sosial dan gerogi, sehingga mereka tidak dapat beretorika dengan baik pada saat di lapangan. Oleh sebab itu manusia model ini hanya dapat menggagaskan perlawanannya dengan cara-cara tulis-menulis, sebab proses kerja nalarNya akan bekerja pada saat ia tenag dan nyaman tanpa adanya kebisingan apapun itu. Dengan begitu ia dapat menggagaskan pemikiran perlawanannya melalui tulisan-tulisan yang ia produksi sendiri dari pemikiranNya pula.

Tipe Manusia Yang Pandai Dalam Beretorika Namun Tak Pandai Dalam Tulis Menulis


Manusia model ini adalah manusia yang pandai dalam beretorika dengan kata-kata yang baik dalam ruang publik sosial dan sejenisnya. Akan tetapi mereka kurang dalam tulis-menulis sebua tulisan-tulisan perlawanan yang efektif karena mereka jarang membiasakan diri dalam tulis-menulis, namun mereka pandai dalam beretorika dengan baik guna mengimplementasikan perlawanan terhadap objeknya (Musu).

Tipe Manusia Yang Pandai Dalam Beretorika & Tulisan Menulis

Manusia model ini adalah manusia yang pandai dalam  menulis serta beretorika, mereka ini adalah model manusia yang banyak melakukan aktivitas literasi, banyak berpikir, mentalitas yang penuh dengan optimis dan sejenisnya, sebab pada hakikatnya mereka manusia ini adalah tipe manusia yang aktif pada kedua sisi tersebut dalam berpikir cara menulis yang baik dan efektif, serta cara beretorika yang baik di lapangan publik sosial itu sendiri, mereka ini sebagian besar terdiri dari aktivis kemanusiaan.

Revolusi Akan Terjadi

Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat —seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung selama ratusan tahun.

Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun. Sehingga revolusi sangat di butuhkan bagi mereka bangsa-bangsa yang masi hidup di bawa garis penjajahan kolonialisme, imperialisme, kapitalisme dan militarisme. Namun sebuah revolusi tersebut harus di isi dengan tindakan dan kerja-kerja nyata dari berbagai macam aspek seperti tulis-menulis, melakukan demonstrasi dengan cara beretorika yang baik dalam rangka menyampaikan tuntutan, bergeriliya dan sebagainya demi tercapainya revolusi dan ideal itu sendiri atas bangs-bangsa yang membutuhkanNya, terutama rakyat bangsa West Papua.

Sumber Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi

 Hasil gambar untuk Perlawanan

Sabtu, 09 Desember 2017

Manusia Papua Banyak Yang Mati Oleh Sistem

MANUSIA PAPUA BANYAK YANG MATI OLEH SISTEM


Oleh: Arnold Ev. Meaga

GAMBARAN UMUM TENTANG SISTEM
Sistem berasal dari bahasa Latin (systÄ“ma) dan bahasa Yunani (sustÄ“ma) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi untuk mencapai suatu tujuan. Istilah ini sering dipergunakan untuk menggambarkan suatu set entitas yang berinteraksi, di mana suatu model matematika seringkali bisa dibuat. Sistem juga merupakan kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan yang berada dalam suatu wilayah serta memiliki item-item penggerak, contoh umum misalnya seperti negara. Negara merupakan suatu kumpulan dari beberapa elemen kesatuan lain seperti provinsi yang saling berhubungan sehingga membentuk suatu negara di mana yang berperan sebagai penggeraknya yaitu rakyat yang berada dinegara tersebut.

Kata "sistem" banyak sekali digunakan dalam percakapan sehari-hari, dalam forum diskusi maupun dokumen ilmiah. Kata ini digunakan untuk banyak hal, dan pada banyak bidang pula, sehingga maknanya menjadi beragam. Dalam pengertian yang paling umum, sebuah sistem adalah sekumpulan benda yang memiliki hubungan di antara mereka.

Ada beberapa elemen yang membentuk sebuah sistem, yaitu : tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem :
1.Tujuan, Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda. 2. Masukan, Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan). 3. Proses, Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien. 4. Keluaran, Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya. 5. Batas, Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepak bola mempunyai aturan permainan dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbatasan dana. 6. Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik, Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan. 7. Lingkungan, Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem. Lingkungan bisa merpengaruhi terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem.

SISTEM MENGIKAT MANUSIA PAPUA
Dengan mengacu pada indicator gambaran umum di atas, kita dapat mengetahui apa yang di maksud daripada system itu sendiri. Oleh karena itu, untuk manusia Papua saat ini jelas bahwa, status semua manusia Papua saat ini berada dalam keadaan, situasi dan kondisi terjajah dalam berbagai macam aspek system yang di terapkan oleh pemerintahan sentral (Jakarta), yang melalui pemerintah sentral tersebut lalu didistribusikan lagi pada wilayah-wilaya (Koloni) kekuasaanya termasuk wilayah Papua. Dengan menerapkan berbagai macam aspek system atas seluruh manusia Papua yang ada, dengan begitulah pemerintahan sental dapat mengimplementasikan apa yang menjadi tujuan-tujuan pemerintah sentral tersebut dalam hal ekonomi, politik, sosial budaya dan lain sebagainya. Sebab system dapat mengikat manusia Papua, system dapat memproduksi ketidak adilan sosial atas manusia Papua dengan warga migran, system juga dapat menciptakan kematian bagi manusia Papua dan seterusnya.

SISTEM KAPITALISME MEMPRODUKSI PENYAKIT BAGI MANUSIA PAPUA
Kapitalisme atau Kapital adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan memperoleh keuntungan dalam ekonomi pasar. Pemilik modal dalam melakukan usahanya berusaha untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Dengan prinsip tersebut, pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna memperoleh keuntungan bersama, tetapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untuk kepentingan-kepentingan pribadi.

Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi universal yang bisa diterima secara luas. Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin terlebih dahulu, kemudian buruh yang berperan sebagai operator mesin guna mendapatkan nilai dari bahan baku yang diolah. Oleh karenaNya bumi Papua ialah surga bagi kapitalisme local, nasional bahkan internasional, sebab bumi Papua sendiri kaya akan sumber daya alamnya (SDA), namun miskin dalan sumber daya manusiaNya (SDM). Oleh karena itu, kurangnya sumber daya manusia Papua itu sendiri adalah factor utama yang menyebabkan system kapitalisme dapat dengan muda masuk dan beroperasi (Eksploitasi) dengan sewenag-wenangnya. Dari sekian banyak saham-saham yang sedang beroperasi di atas bumi Papua, sebagian besar terdiri dari saham-saham yang statusnya tidak jelas alias illegal, dan saham-saham yang legal hanyalah beberapa saja, seperti PT. Freeport Indonesia, Lng di papua barat dan beberapa saham terbesar yang ada di Papua, selain dari itu statusnya belumlah jelas.

Dampak daripada konflik horizontal yang berkepanjangan di Timika Papua, dan daerah-daerah lainnya di Papua tidak terlepas dari sistym kapitalisme yang sedang beroperasi di atas bumi Papua itu sendiri. Sebab system kapitalisme akan menciptakan kondisi, keadaan dan situasi yang sifatnya kontradiktif dan destruktifitas pada wilayah atau daerah yang sedang ia (Kapitalisme) eksploitasi itu. Oleh sebab itu kenapa kapitalisme harus menciptakan kondisi kontradiktif dan destruktifitas terhadap masyarakat pribumi, tujuannya agar masyarakat pribumi tidak dapat memikirkan si capital tersebut yang sedang beroperasi sesuai dengan keinginanNya atas daerah-daerah yang telah di petak-petakkan (Daerah Baru) oleh kapitalisme tersebut. Oleh sebab itu, peperangan dalam hal ekonomi, politik, sosial budaya dan fisik antara orang-orang pribumi dengan orang-orang pribumi, warga migran dengan orang-orang pribumi, pemerintah sentral (Jakarta) dengan pemerintahan pada wilayah/ daerah kekuasaan pemeritah sentral dan lain-lain pun tidak terlepas dari pengaruh-pengaruh politik mengadu-domba yang di ciptakan oleh system kapitalisme.

Jadi singkatnya, system kapitalisme menciptakan pertentangan bagi orang-orang Papua dengan orang-orang Papua, system kapitalisme tidak menciptakan kemakmuran bagi orang-orang Papua, melainkan system kapitalisme menciptakan kecemburuan sosial antara orang-orang Papua dengan orang-orang pendatang (Migran), system kapitalisme juga tidak dapat menciptakan kekayaan dan kesejahteraan bagi orang-orang Papua, yang ada hanyalah kematian, kemiskinan dan pembodohan bagi orang-orang Papua, dan system kapitalisme tidak memproduksi emas untuk orang-orang Papua, system kapitalisme hanya memproduksi sifat dan kondisi destruktifitas atas orang-orang Papua itu sendiri dan seterusnya.


SISTEM MILITARISME MENGIKAT MANUSIA PAPUA
Militerisme adalah suatu pemerintahan yang didasarkan pada jaminan keamanannya terletak pada kekuatan militernya dan mengklaim bahwa perkembangan dan pemeliharaan militernya untuk menjamin kemampuan itu adalah tujuan terpenting dari masyarakat. Sistem ini memberikan kedudukan yang lebih utama kepada pertimbangan-pertimbangan militer dalam kebijakannya daripada kekuatan-kekuatan politik lainnya. Mereka yang terlibat dalam dinas militer pun mendapatkan perlakuan-perlakuan istimewa. Kebijakan tersebut menyebabkan militerisasi di dalam masyarakat. Pengaruh dan kekuatan militer sangat diperhitungkan di dalam pengambilan-pengambilan keputusan dalam bidang sipil sekalipun. Pengaruh-pengaruh ini sangat jelas dalam sejarah berbagai pemerintah, khususnya ketika mereka terlibat di dalam ekspansionisme, misalnya Kekaisaran Jepang, Britania Raya, Jerman Nazi, Kekaisaran Romawi Baru di bawah Mussolini, ekspansi Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia menjadi Uni Republik Sosialis Soviet dan pemerintahan Stalin yang belakangan, Irak di bawah pemerintahan Saddam Hussein, dan Amerika Serikat pada masa Manifest Destiny dan pembaharuan tentaranya. Oleh sebab itu, dalam menjaga keutuhan suatu Negara, system militarisme sangat berperan besar dan penting, dalam mengambil keputusan-keputusan tertentu terkait isu-isu sensitive yang berkaitan dengan kedaulatan suatu Negara itu sendiri. Oleh karenaNya, wilayah Indonesia bagian timur itu (Papua) sejak di aneksasi secara paksa dan berhasil pula di integrasikan oleh militarisme Indonesia pada 1963 sampai dengan saat ini 2017, bahwa pada hakikatnya yang di asumsikan oleh pemerintah Indonesia (Kolonialisme) tentang daerah operasi militer (DOM) di Papua sudah tidak ada lagi seketika Papua tersebut telah bergabung dalam bingkai Negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI), Namun asumsi ini sendiri keliru bahwa Papua sudah tidak ada lagi yang namanya (DOM) sebab sampai saat ini wilayah Indonesia bagian timur itu (Papua) adalah daerah operasi militer (DOM), hal ini nyata bukan sebuah ilusi belaka.

Bahkan untuk wilaya/ daerah Papua jumlah volume militarisme yang ada di Papua jika di bandingkan dengan masyarakat pribumi, maka jumlah militarisme di Papua melebihi jumlah volume orang-orang pribumi. Dengan demikian aktivitas militarisme di atas tanah Papua pun di implementasikan secara bebas (Sesukanya) di lingkungan masyarakat sipil, bahkan sampai dengan menerobos masuk ke rana-rana privat. Sebab hal tersebut sudah menjadi kebiasaan militarisme yang sedang berdomisili di Papua tersebut. Oleh karena itu, system militarisme juga mengikat orang-orang Papua melalui sifat aktivitasnya di rana lingkungan masyarakat sipil di Papua dengan cara represifitas, intimidasi dan sejenisnya, yang ujung-ujungNya akan sampai pada sifat destruktifitas pula atas orang-orang Papua itu sendiri. Sebab pada hakikatNya militarisme di Papua tidak menjalankan tugas sesuai dengan peran yang seharusnya di implementasikan olehnya, melainkan militarisme di Papua hanyalah melindungi warga migran (Pendatang) dan korporat-korporat asing yang sedang beroperasi (Mengeksploitasi) sumber daya alam (SDA) yang ada di buminya orang-orang Papua itu sendiri. berdasarkan empirisme hal tersebut bukanlah hal baru, semenjak Papua bergabung dan hidup berdampingan dengan Indonesia hal tersebut suda berlangsung sampai dengan saat ini.

SISTEM PENDIDIKAN YANG MEMBODOHI MANUSIA PAPUA
Sistem pendidikan adalah strategi atau metode yang digunakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi di dalam dirinya. Sebuah sistem pendidikan sangatlah diperlukan karena hal ini lah yang nantinya akan mengatur jalannya pendidikan di sebuah negara dan akan menjadi pedoman untuk jalannya proses pendidikan tersebut. System pendidikan terdiri dari beberapa komponen yang terdiri dari input, process, output, enviromental, dan, outcomes. Komponen-komponen tersebut mempunyai fungsi tertentu yang menjalankan sebuah fungsi struktur mencapai tujuan system pendidikan tersebut.

Dengan demikian sebelum bangsa West Papua bergabung atau bersatu dengan Negara kesatuan repulik Indonesia (NKRI) pada 1 Mei 1963, latar belakang pendidikan di West Papua sangat progresif di bawah pemerintahan Belandah pada saat itu. Bahkan orang-orang asli (Pribumi asal West Papua) yang di didik oleh pemeritah Belanda tersebut berhasil membentuk dan membuat manifesto politik yang pada akhirnya akan terciptalah kemerdekaan bagi bangsa West Papua yang akan di deklarasikan pada 1 November 1961, namun di karenakan belum ada persetujuan dari pihak pemerintah Belandah sehingga kemerdekaan rakyat bangsa West Papua di deklarasikan pada 1 Desember 1961 secara defakto dan dejure. Dan kemerdekaan bangsa West Papua tersebut sudah di siarkan oleh siaran-siaran Belanda, Australi dan lain-lain kepada seluruh negra-negar bangsa yang ada pula di bawa kolong langit biri ini (Bumi).

Oleh karena itu saat ini kualitas orang-orang Papua yang di didik dengan system pendidikanNya Indonesia (Kolonial) dan pemerintah belanda (Kolonial) sangatlah berbeda jau jika di tinjau dari kualitas dalam memproduksi sumber daya manusia (SDM) Papua, di bawah pemerintah Belanda dan Indonesia. Symtem pendidikanNya pemerintahan Belanda pada hakkatnya dalam memproduksi sumber daya manusia (SDM) Papua sangatlah berkualitas, dan tentunya metode dalam mendidik pun di terapkan dengan cara dan gaya pemerintah Belanda itu sendiri terhadap orang-orang Papua, agar bagaimana orang-orang Papua itu bisa mengetahui dan memahami apa itu pendidikan dan manfaat dari pada pendidikan itu sendiri. Namun saat ini system pendidikan Indonesia (Kolonial) yang di terapkan atas manusia Papua di Papua sangat memprihatinkan bahkan mengalami kemundura yang sangat jau. Tentunya dalam hal mendidik manusia Papua oleh pemerintah Indonesia (Kolonial) di implementasikan dengan cara dan gaya Indonesia itu pula terhadap orang-orang Papua, mereka pemerintah Indonesia tau bagaimana cara membodohi manusia Papua dan mencerdaskan manusia Papua. Berdasarkan empirisme pada hakikatnya system pendidikan Indonesia yang di terapkan atas orang-orang Papua di Papua bukannya mencerdaskan orang-orang Papua, memanusiakan orang-orang Papua dalam hal berpolitik, berekonomi, bersosial budaya yang baik dan sejenisnya, melainkan orang-orang Papua di buat bodoh melalui system pendidikan yang di implementasikan oleh pemerintah Indonesia pada institusi-institusi pendidikan yang ada pula di seluruh tanah Papua tersebut. Jika semua orang-orang Papua di cerdaskan dalam hal ekonomi, politik, sosial budaya dan lain sebagainya maka secara tidak langsung ke stabilan Negara (RI) akan terancam di karenakan orang-orang Papua akan mengetahui kenyataan sosial yang sebenarnya. Sehingga hal tersebut akan membangkitkan orang-orang Papua dalam merebut hak asasi mereka yang telah di rebut oleh kolonialisme (Indonesia) kapitalisme, Imperialisme dan lain-lain dengan menggunakan senjata kecerdasan yang telah di dapatkan melalui system pendidikan pemerintah Indonesia (colonial) tersebut. Contoh kecil penerapan kurikulum pendidikan di Papua bahwa dalam istitusi-institusi pendidikan di seluruh tanah Papua untuk menggunakan bahasa ibu (Daera) di larang apalagi di masukan sebagai mata pelajaran untuk di pelajari di sekolah-sekolah yang ada snagatlah susah bahkan mustail untuk di terapkan, demikian pembelajaran sejarah Papua pun di larang untuk di ajarkan di sekolah-sekolah yang ada di Papua. Hal seperti ini yang di maksud dengan pembodohan yang di laksanakan dengan cara-cara yang wajar melalui system yang berlaku. Namun beda untuk pendidikan yang ada di luar dari Papua (Pulau Jawa), bahasa ibu (Daerah) di gunakan dengan bebas pada lingkungan pendidikan yang ada bahkan mata pelajaran terkait bahasa ibu (Daerah) di utamakan di sekolah-sekolah mulai dari SD, SMP, SMA/SMK, sampai dengan perguruan tinggi yang ada. sebab bahasa adalah jati diri suatu bangsa (Jiwa) itu sendiri, oleh sebab itu bahasa dan budaya perlu untuk di lindungi atas suatu bangsa itu sendiri. 
 (Itinya Indonesia akan tetap menciptakan PEMBODOHAN dan KEDESTRUKTIFAN atas orang-orang Papua, selagi bangsa WEST PAPUA masi hidup berdampingan bersamaan dengan Indonesia Kolonialisme).

SISTEM DOGMA MENGIKAT MANUSIA PAPUA
Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya, dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan sifat manusia, orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai. Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.

Banyak agama yang mungkin telah mengorganisir perilaku, kependetaan, definisi tentang apa yang merupakan kepatuhan atau keanggotaan, tempat-tempat suci, dan kitab suci. Praktik agama juga dapat mencakup ritual, khotbah, peringatan atau pemujaan Tuhan, dewa atau dewi, pengorbanan, festival, pesta, trance, inisiasi, jasa penguburan, layanan pernikahan, meditasi, doa, musik, seni, tari, masyarakat layanan atau aspek lain dari kebudayaan manusia. Agama juga mungkin mengandung mitologi. Berdasarkan  indicator gambaran umum tentang kepercayaan akan dogma itu sendiri, bahwa pada hakikatnya sitem dogma sudah menjadi bagian kepercayaan, dan keyakinan absolut dalam kehidupan sosial budaya orang-orang Papua. Sebab dalam hal patuh akan dokma itu sendiri orang-orang Papua tak dapat tersaingi oleh bangsa-bangsa lain di dunia.

Penjajahan gaya lama di implementasikan dengan menggunakan system dogma, dengan mekanisme menerapkan system dogma tersebut melalui dokrin atas orang-orang yang di kuasai oleh kelompok rohaniawan terhadap wilaya/daerah yang di objek kan tersebut. Dengan begitu orang-orang yang sudah terlanjut menerima system dogma tersebut dengan sendirinya sitem dokma tersebut akan menjadi tradisi sosial budaya orang-orang yang telah menerima dokrin tentang dogma itu sendiri. Demikian sekilas historis peran buruk tentang dogma itu sendiri. Namun untuk saat ini buruk tidaknya pengimplementasian system dogma itu sendiri kembali pada yang mulia tokoh-tokoh rohaniawan. Dalam hal ini, untuk seluruh orang-orang Papua mulai dari orang tua, anak muda, mahasiswa, kelompok nelayan, tani, buruh singkatnya semuah rakyat akar rumput, kepercayaan mereka atas dokrin-dokrin system dokma tersebut sangatlah fundamental. Oleh karenanya peran dari pada dogma itu sendiri sanagat fundamental pula dalam mempropagandakan hal-hal yang berkaitan denga moral, perfeksionisme, humanis dan sebagainNya, namun satu hal yang paling penting dan harus di utamakan oleh yang mulia tokoh-tokoh rohaniawan (Agamawan) ialah perlunya untuk menyampaikan terkait kenyataan sosial di Papua itu sendiri, sebab bukan kesadaran sosial yang menentukan kenyataan sosial, melainkan kenyataan sosial yang menentukan kesadaran sosial, begitulah kata “Marx”. Dengan ini saya (Penulis) bukan benci atau mengatur-atur peran daripada tokoh-tokoh rohaniawan yang ada atas bumi Papua pada khususnya. Saya hanya meluruskan dan sampaikan apa yang seharusnya dan sebenarnya harus di lakukan oleh mereka (Tokoh-tokoh agamawan). Sebab status orang-orang Papua pada hakikatnya berada dalam kondisi, keadaan dan situasi terjajah dan tertindas oleh kolonialisme Indonesia (Penjajah).

MANUSIA PAPUA YANG BEBAS DARI SISTEM YANG MENGIKAT
Pada hakitanya system pendidikan Indonesia menciptakan pembodohan terhadap orang-orang Papua yang berdomisili di Papua, System pemerintahan di Papua memproduksi kontradiktif antara pejabat local dengan pejabat local, pejabat local dengan masyarakat sehingga terjadi konflik antara sesama etnik Papua dangan etnik Papua, System kapitalisme menciptakan sifat destruktif dan konflik horizontal yang berkepanjangan atas orang-orang Papua dengan orang-orang Papua, orang-orang Papua dengan aparat TNI/POLRI, System militarisme mendatangkan represifitas, intimidasi, bahkan kematian bagi orang-orang Papua, system dogma pun mempertahankan dan terus meyakinkan orang-orang Papua melalui dokri-dokrin fatalisme yang di produksi oleh tokoh/kaum rohaniawan terhadap orang-orang Papua dan seterusnya.

Rakyat bangsa Papua saat ini sedang di ikat oleh berbagai macam system yang berlapis-lapis oleh pemerintah Indonesia (colonial), sehingga hak asasi mnausia (HAM) Papua di atas tanah dan negrinya sendiri tidak ada sama sekali, pada hakikatnya hak-hak orang-orang Papua dalam hal persaingan ekonomi, bebas berpolitik, bebas menyampaikan pendapat, berdiskusi, mengembangkan budayanya orang-orang Papua dan masi banyak lainnya selalu, terus dan sedang di batasi secara habis-habisan mdengan menggunakan berbagaimacam system yang di terapkan oleh kolonialisme Indonesia itu sendiri terhadap rakyat bangsa Papua, sejak pada 1 Mei 1963 waktu pengintegrasian Papua tersebut masuk ke dalam Negara kesatuan repulik Indonesia (NKRI) secara paksa sampai dengan saat ini 2017. Rakayat bangsa Papua akan bebas secara absolut dari berbagai macam system yang sedang mengikat rakyat Papua tersebut ketika rakyat bangsa Papua tersebut dapat menentukan nasipnya sendiri (Merdeka). Bebas dan merdeka berdiri sendiri (Berdikari) adalah solusi tunggal bagi rakyat bangsa West Papua.

Sumber Referensi:
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Sistem,
5. https://www.kompasiana.com/andreancan/sistem-pendidikan_54f76a90a33311b0368b47ea.

Hasil gambar untuk Rakyat Papua

Kamis, 07 Desember 2017

Kesadaran Model Apatis Atas Mahasiswa Papua

KESADARAN MODEL APATIS ATAS MAHASISWA PAPUA

Oleh: Arnold Ev. Meaga

Mahasiswa Papua Yang Apatis

Kehidupan Mahasiswa pada umumnya berada di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu peran daripada mahasiswa tersebut sangat fundamental atas keadaan dan kondisi destruktif yang biasa di alami oleh masyarakat yang ada. Makanya mahasiswa sering atau biasanya di sebut sebagai agen perubahan terhadap keadaan sosial budaya. Oleh karenaNya saat ini kita (Mahasiswa Papua) tentunya mengetahui keadaan, kondisi dan situasi di tanah air west Papua itu sendiri seperti apa saat ini situasinya dan statusnya pula. Sebab kondisi sosial budaya atas Papua itu sendiri tidak berada dalam keadaan baik-baik saja dan aman-aman saja, oleh karena itu yang mengklaim bahwa Papua itu baik-baik saja dan aman-aman saja ialah mereka kelompok atau golongan konservatif pemerintah colonialisme (Indonesia) dan mereka kelompok borjuasi local (Papua) yang sedang berdomisili dan bersenang-senag di atas penderitaan batin dan fisik serta kucuran darah rakyat bangsa West Papua. Oleh karena itu kita (Mahasiswa Papua) pada hakikatnya sudah mengetahui kenyataan sosial atas Papua itu sendiri, namun kita masi saja bersikap tidak peduli dan malas tau (Apatis)  dengan keadaan serupa maka, hal tersebut hanya akan berdampak pada memperpanjangkan penjajahan kolonialisme (Indonesia) atas Papua, perbudakan, pembunuhan dan sejenisnya. Dan pada akhirnya kita akan sampai pada pemusnahan etnis Melanesia atas kita orang-orang Papua itu sendiri, itu sedang.

Dalam hal ini perlunya untuk kita (Mahasiswa Papua) sadari bahwa kolonialisme (Indonesia) tidak akan pernah menciptakan kemakmuran, kedamaian, kesejahteraan, pendidikan yang layak, kesehatan yang baik dan lain sebagainya terhadap bangsa yang sedang dijajah oleh kolonialisme tersebut, sebab kolonialisme (Indonesia) hanya akan menciptakan dan memproduksi ketidak adilan, ketidak damaian, ketidak makmuran, konflik antara etnis Papua yang ada, memproduksi minuman keras dalam kemasan tertentu buat orang-orang Papua, dan sejenisnya, bahkan kematian atas orang-orang Papua pun akan pula di ciptakan sedemikian rupa dengan cara-cara yang wajar melalui kesehatan, makanan dalam kemasan tertentu buat orang-orang Papua, tabrak lari terhadap orang-orang Papua yang sudah menjadi kebiasaan intelijen colonial di Papua, uang yang di hamburkan untuk orang-orang Papua dalam jumlah yang begitu besar dan lain-lain. oleh sebab itu singkatnya kolonialisme (Indonesia) menciptakan dan memproduksi sifat dan kondisi destruktif terhadap bangsa (West Papua) yang sedang di kuasai olehnya si kolonialisme tersebut.

Intinya kita (Mahasiswa Papua) menyadari dan sadar dengan keadaan dan kondisi di tanah Air West Papua itu sendiri. dan buanglah sifat dan sikap apatis itu atas diri anda sendiri dan mulailah libatkan diri mu dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal kemanusiaan dan kebenaran, dengan begitu anda sudah dapat menyelamatkan nasip dan masa depan rakyat bangsa Papua dari ancaman genosida pada khususnya, dan pada umumnya anda sudah pula menyelamatkan manusia lainnya dari ketertindasan dan ketidak adilan yang mereka alami. Oleh karenanya kita (Mahasiswa Papua) tidak harus takut jika kita berada pada posisi yang benar.

Mahasiswa Papua AnakNya Borjuasi Local (Papua)

Borjuis (kata sifat: borju) dalam sosiologi dan ilmu politik menggambarkan berbagai kelompok di seluruh sejarah. Dalam dunia Barat, di antara akhir abad pertengahan dan saat sekarang, kaum borjuis adalah sebuah kelas sosial dari orang-orang yang dicirikan oleh kepemilikan modal dan kelakuan yang terkait dengan kepemilikan tersebut. Mereka adalah bagian dari kelas menengah atau kelas pedagang, dan mendapatkan kekuatan ekonomi dan sosial dari pekerjaan, pendidikan, dan kekayaan. Hal ini dibedakan dari kelas sosial yang kekuasaannya didapat dari lahir di dalam sebuah keluarga aristokrat pemilik tanah yang bergelar, yang diberikan hak feodal istimewa oleh raja/monarki. Kaum Borjuis muncul di kota-kota yang ada di akhir zaman feodal dan awal zaman modern, melalui kontrol perdagangan jarak jauh dan manufaktur kecil. Kata borjuis dan borju berasal dari bahasa Perancis, yang berarti "penghuni-kota" (dari Bourg, bdk. Bahasa Jerman Burg).

Marxisme mendefinisikan borjuis sebagai kelas sosial yang memiliki alat-alat produksi dalam masyarakat kapitalis. Marxisme memandang bahwa kelompok ini muncul dari kelas-kelas orang kaya di perkotaan pada masa pra- (sebelum) dan awal masyarakat kapitalis. Dalam masyarakat kapitalis kontemporer, istilah borjuis dapat merujuk pada kelas menengah, menengah atas, dan / atau gaya hidup dan nilai-nilai mereka. Istilah ini mempunyai konotasi kuat yang maksudnya "budaya ruang duduk yang pasif" dalam konteks Eropa. Borjuis sering merujuk pada kelakuan menyendiri dan konservatif secara sosial yang disertai adat menganggur dari orang kaya baru.

Dengan indikator gambaran umum di atas dapatlah kita pahami dan mengetahui apa itu borjuasi, dalam hal ini kebanyakan mahasiswa Papua yang tergolong dalam anak-anaknya kaum borjuasi local (Papua) pada hakikatnya, naluri mereka, nalar mereka dan sampai dengan sifat serta sikap mereka atas kenyataan sosial di Papua seakan semua berada dalam keadaan baik-baik saja begitulah asumsi mereka, berhubung mereka sendiri pun hidup dalam keadaan baik-baik saja dan serba berkelimpahan. Mahasiswa model seperti ini tingkat kesadarannya sangatlah minim (sedikit) bahkan tidak ada sama sekali, sebab mahasiswa yang terdiri dari anak-anaknya kaum borjuasi local (Papua) tersebut secara empiris mereka lebih mengutamakan hal-hal yang berbau kenikmatan (Hedonisme) atas diri mereka sendiri tanpa kepedulian mereka terhadap persoalan kemanusiaan yang sedang terjadi. Ada juga anak-anaknya si borjuasi local (Papua) yang sadar akan kenyataan sosial atas Papua itu sendiri, namun itu hayalah satu atau dua orang, sebagian besar di antaranya semuanya sudah di matikan nalurinya, nalarnya oleh inspirasi kenikmatan atas dirinya sendiri. Dengan ini hendaknya kita (Mahasiswa Papua anaknya kaum borjuasi local) insaf dari sikap kita dan cara ketidak pedulian kita terhadap kenyataan sosial yang sedang terjadi di Papua pada khususnya, dan pada umumnya di mana tempat keberadaan kita menuntut ilmu pengetahuan (Kulia) di manapun itu.

Sadar Dan Bersikap Apatis

Kita (Mahasiswa Papua) pada hakikatnya sadar dengan keadaan dan kondisi kenyataan sosial yang ada, apa lagi kenyataan sosial atas Papua pasti dan jelas semua mahasiswa Papua mengetahui hal tersebut di manapun keberadaan kita. Namun ketika tarjadi kejahatan kemanusiaan di Papua kita (Mahasiswa Papua) diam saja, dan bersikap apatis walaupun hal tersebut sudah diketahui oleh kita (Mahasiswa Papua). Ini yang di maksud dengan sadar dengan kenyataan sosial namun dalam menyikapi hal tersebut tak dapat pula di implementasikan oleh kita (Mahasiswa Papua) hal ini fakta dan sedang terjadi atas kita.

Saatnya Buang Sikap Apatis Dari Diri Kita (Mahasiswa Papua)

Saatnya buang sikap apatis oleh kita (Mahasiswa Papua), sebab jika kita memelihara sifat apatis dalam diri kita maka, sama halnya kita menciptakan perpanjangan penindasan dan perbudakan yang di implementasikan oleh penguasa atas kita (Mahasiswa Papua) dan seluruh rakyat bangsa West Papua. Saat ini saatnya untuk kita sadar dengan keadan dan kondisi kenyataan sosial di Papua itu sendiri, bahwa bumi Papua serta isinya tidak berada dalam keadaan baik-baik saja. oleh sebab itu pentingnya untuk kita buang jau-jau sikap apatis kita, dan sekarang kita berpikir untuk bagaimana membebaskan rakyat bangsa West Papua dari ketertindasa yang sedang di alami oleh kita, yang mana hal ketertindasan dalam hal politik, ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya yang sedang di implementasikan oleh kolonialisme (Indonesia), melalui penjajahan atas bumi Papua itu sendiri. (HANYA BUTU KESADARAN ATAS DIRI KITA MAHASISWA PAPUA SEBAGAI KAUM YANG BERINTELEKTUAL).


Sumber Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Borjuis.




Kamis, 16 November 2017

Uang Sebagai Pengendali Orang Papua

UANG  SEBAGAI  PENGENDALI  ORANG  PAPUA


Oleh: Arnold Ev. Meaga

GAMBARAN UMUM TENTANG UANG
Uang dalam ilmu ekonomi tradisional didefinisikan sebagai setiap alat tukar yang dapat diterima secara umum. Alat tukar itu dapat berupa benda apapun yang dapat diterima oleh setiap orang di masyarakat dalam proses pertukaran barang dan jasa. Dalam ilmu ekonomi modern, uang didefinisikan sebagai sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta untuk pembayaran hutang. Beberapa ahli juga menyebutkan fungsi uang sebagai alat penunda pembayaran. Secara kesimpulan, uang adalah suatu benda yang diterima secara umum oleh masyarakat untuk mengukur nilai, menukar, dan melakukan pembayaran atas pembelian barang dan jasa, dan pada waktu yang bersamaan bertindak sebagai alat penimbun kekayaan.
 
Keberadaan uang menyediakan alternatif transaksi yang lebih mudah daripada barter yang lebih kompleks, tidak efisien, dan kurang cocok digunakan dalam sistem ekonomi modern karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang sama untuk melakukan pertukaran dan juga kesulitan dalam penentuan nilai. Efisiensi yang didapatkan dengan menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong perdagangan dan pembagian tenaga kerja yang kemudian akan meningkatkan produktifitas dan kemakmuran.

Pada awalnya di Indonesia, uang —dalam hal ini uang kartal— diterbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia. Namun sejak dikeluarkannya UU No. 13 tahun 1968 pasal 26 ayat 1, hak pemerintah untuk mencetak uang dicabut. Pemerintah kemudian menetapkan Bank Sentral, Bank Indonesia, sebagai satu-satunya lembaga yang berhak menciptakan uang kartal. Hak untuk menciptakan uang itu disebut dengan hak oktroi.

UANG MENGATUR ORANG PAPUA
Orang-orang Papua pada hakikatnya bisa dan gampang untuk di atur oleh siapapun dengan menggunakan alat yang satu ini “Uang”,  karena uang dapat memenuhi kebutuhan umat manusia dari kekurangan-kekurangan manusia itu sendiri. Dalam hal ini sejak wilayah Indonesia bagian timur itu (Papua), di berikan otonomi khusus (Desentralisasi) dan mulai berjalannya otonomi khusus tersebut atas semua rakyat Papua, pada saat itu pula sikap orang-orang Papua berubah secara absolut. Beruba dalam hal politik, ekonomi, Sosial Budaya dan lain-lainnya, sebab setelah mulai berjalannya otonomi khusus tersebut pergolakan politik, ekonomi, sosial budaya berubah pulah atas semua rakyat bangsa  Papua. 

Dalam berpolitik, pada khususnya untuk proses pemilihan Gubernur, Bupati, dan lain-lain untuk wilayah Indonesia bagian timur itu berjalan tidak berbeda pula dengan system politik oportunisme. Jika ingin menang bersaing dalam hal politik untuk wilayah Papua dalam rangka memenangkan suatu jabatan strategis, maka yang harus di lakukan ialah dengan menggunakan metode politik oportunisme. Dan hal itu nyata dan sudah berlangsung bahkan sudah menjadi kebiasaan untuk merai kemenangan dalam berpolitik itu sendiri.

Dalam ekonomi, untuk wilayah Papua yang merasakan kemakmuran dalam ekonomi, keadilan dalam ekonomi dan damai dalam ekonomi, berjalan secara horizontal hanya bagi kaum oligarki semata yang sedang berdomosili di wilayah Indonesia bagian timur itu (Papua). Sebab dalam hal ekonomi atas masyarakat Papua, hampir sebagian besar masyarakat akar rumput hidup tergantung pada pemerintah tidak lagi pada usaha-usaha mereka sendiri. Oleh karena hal ketergantungan tersebut lah yang memaksa seluruh masyarakat Papua untuk menjadi manusia yang muda untuk di atur dan di kendalikan. Sebab masyarakat Papua gampang dalam melakukan hal-hal destruktif demi tercapainya kebutuhan ekonomi keluarga, kelompok, golongan dan sebagainya. Hal tersebut di sebabkan oleh dampak ketergantungan dalam hal ekonomi itu sendiri.

Dalam sosial budaya, kehidupan masyarakat Papua dalam ekonomi, politk, sosial budaya, kesatuan dan persatuan etnis yang heterogen dan lain-lain, dalam hal ini seluruh masyarakat Papua dalam menjalankan kehidupan sehari-hari dalam aspek kehidupan apapun itu, berjalan secara baik-baik saja adapun hal-hal yang tidak baik-baik saja kerap terjadi dalam sosial budaya masyarakat Papua seluruhnya, namun hal tersebut tidak terjadi dalam jangka waktu yang panjang (lama). Sebab dalam kehidupan masyarakat Papua secara turun-temurun, generasi ke generasi dalam sosial dan budaya berjalan secara natural. Oleh karenanya hal-hal yang mengarah pada sifat destruktif pada sosial budaya masyarakat Papua jarang untuk di temui bahkan tidak dapat terjadi atas semua rakyat Papua. Tetapi ketika kedatangan kolonialisme (Indonesia) atas bumi Papua pada 1962 barulah terjadi vegetasi dalam sosial budaya rakyat Papua yang dulunya berjalan secara natural menjadi tidak natural lagi. Dan pada akhirnya banyak terjadi kecemburuan sosial budaya antara rakyat pribumi denagan non-pribumi dalam jangka waktu yang panjang pula. Dan persoalan tersebut jika saja akan di konservasikan oleh pemerinta, namun tindakan konservasi tersebut tidak dapat bertahan dalam jangka waktu yang lama. Sebab dalam sosial budaya tersebut telah tervegetasi budaya sosial dari dua bangsa yang pada hakikatnya beda Ras dan beda pula dalam menjalankan kebiasaan-kebiasaan sosiala budayanya.

UANG MENDATANGKAN KEMATIAN BAGI ORANG PAPUA
Uang tidak menciptakan manusia Papua, uang menciptakan ketidak adilan atas orang Papua, uang menciptakan pertikaian antara sesama orang Papua, uang menciptakan kecemburuan sosial orang-orang Papua dengan orang-orang pendatang, uang menciptakan perang antara orang Papua dengan orang Papua, uang menciptakan penyakit pemusna masal/pemusna etnis Melanesia (Papua), singkat cerita uang menciptakan destruktifitas atas seluruh manusia Papua. Oleh karenanya secara empiris, sadar tidak sadar uang tersebutlah yang akan membunuh orang-orang Papua. Sebab pada hakikatnya kebanyakan pergolakan yang kerap terjadi atas Papua di sebabkan oleh uang, karena uang lah yang berkuasa di dunia ini setelah Tuhan sang pencipta alam semesta.

UANG SEBAGAI TUHAN BAGI BORJUASI LOKAL PAPUA
Borjuis (kata sifat: borju) dalam sosiologi dan ilmu politik menggambarkan berbagai kelompok di seluruh sejarah. Dalam dunia Barat, di antara akhir abad pertengahan dan saat sekarang, kaum borjuis adalah sebuah kelas sosial dari orang-orang yang dicirikan oleh kepemilikan modal dan kelakuan yang terkait dengan kepemilikan tersebut. Mereka adalah bagian dari kelas menengah atau kelas pedagang, dan mendapatkan kekuatan ekonomi dan sosial dari pekerjaan, pendidikan, dan kekayaan. Hal ini dibedakan dari kelas sosial yang kekuasaannya didapat dari lahir di dalam sebuah keluarga aristokrat pemilik tanah yang bergelar, yang diberikan hak feodal istimewa oleh raja/monarki. Kaum Borjuis muncul di kota-kota yang ada di akhir zaman feodal dan awal zaman modern, melalui kontrol perdagangan jarak jauh dan manufaktur kecil. Kata borjuis dan borju berasal dari bahasa Perancis, yang berarti "penghuni-kota" (dari Bourg, bdk. Bahasa Jerman Burg).

Dengan mengacu pada indikator tentang borjuasi itu sendiri, asumsi kaum borjuasi local di Papua yang berasal dari orang-orang Papua dan orang-orang pendatang bahwa uang adalah hal yang sangat fundamental. Oleh karena uang, apapun yang mereka inginkan akan dengan mudah di rai olehnya. Oleh sebab itu betapa pentingnya uang di mata mereka di bandingkan Tuhan. Terkadang mereka kelompok/ kaum borjuasi berasumsi bahwa uang lah yang harus di utamakan dan bagaimana caranya mendatangkan uang tersebut atas mereka, barulah nanti mereka berpikir masalah Tuhan. Sebab kaum borjuasi tidak akan pernah memikirkan hal-hal yang beraroma dokma, karena mereka memiliki apa yang tidak di miliki oleh orang lain dalam hal kekayaan. Terkecuali kaum borjuasi tersebut bangrut dari kesemua yang di miliki olehnya sendiri, barulah mereka akan bersandar dan memikirkan masalah Tuhan, singkatnya menyerakan kehidupan mereka kepada Tuhan alias bertobat. Oleh kerena uang itulah kaum borjuasi local di Papua dapat menciptakan kekuasaan atas dirinya sendiri, oleh karena itu, uang adalah TuhanNya kaum borjuasi, oleh karena uang itulah yang akan memenuhi keperluan dan kebutuhan mereka dalam hal apapun yang mereka butuhkan dan inginkan.

UANG MENCIPTAKAN REVOLUSI DALAM PERJUANGAN KEMERDEKAAN BANGSA PAPUA BARAT
Revolusi adalah perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan masyarakat. Di dalam revolusi, perubahan yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui kekerasan. Ukuran kecepatan suatu perubahan sebenarnya relatif karena revolusi pun dapat memakan waktu lama. Misalnya revolusi industri di Inggris yang memakan waktu puluhan tahun, namun dianggap 'cepat' karena mampu mengubah sendi-sendi pokok kehidupan masyarakat —seperti sistem kekeluargaan dan hubungan antara buruh dan majikan— yang telah berlangsung selama ratusan tahun. Revolusi menghendaki suatu upaya untuk merobohkan, menjebol, dan membangun dari sistem lama kepada suatu sistem yang sama sekali baru. Revolusi senantiasa berkaitan dengan dialektika, logika, romantika, menjebol dan membangun.

Oleh kerena itu untuk rakyat Bangsa Papua juga dapat melakukan revolusi dengan metode-metode agresif dan tidak pula, dalam mengimplementasikan perjuangan sejati yang sedang di perjuangkan oleh rakyat Bangsa Papua itu sendiri, yaitu tidak lain tidak bukan ialah merdeka, dan bebas sepenuh-penuhnya dari cengraman bangsa penjajah kolonialisme Indonesia, imperialisme dan kapitalisme biadap alias si lintah darat. Dalam hal ini perjuangan tanpa danah (uang) perjuangan pun tak dapat terlaksana dengan baik, sebab uang dapat melengkapi dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan akan perjuangan itu sendiri dari ketiadaan menjadi ada. Oleh sebab itu uang sangat penting dalam perjuangan kemerdekaan bangsa Papua menuju ideal yang di harapkan (Merdeka) oleh bangsa Papua itu sendiri. Namun dalam hal perjuangan, kontribusi kaum borjuasi local, masyarakat, gereja-gereja ataupun rakyat akar rumput dalam memberikan bantuan dalam bentuk uang, guna untuk mengimplementasikan perjuangan kemerdekaan sangat kurang di perhatikan oleh semua rakyat bangsa Papua. Sebab factor uang (danah) juga dapat mempengaruhi kerja-kerja perjuangan, dan uang itu adalah problem yang dapat pula menghambat perjuangan. Agar ada bantuan uang (Dana) dari semua rakyat akar rumput maka, stratak yang di butuhkan ialah dengan cara membangun revolusi mental terkait perjuangan itu sendiri, melalui agitasi dan propaganda secara lisan, umum dan konkrit terhadap semua rakyat bangsa Papua yang ada.

Hasil gambar untuk Orang Papua dan Uang

Sumber Reverensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Borjuis,
https://id.wikipedia.org/wiki/Revolusi.

Rabu, 15 November 2017

Papua Arena Pengeksploitasian "SDA" dan "SDM"

PAPUA ARENA PENGEKSPLOITASIAN (SDA) DAN (SDM) OLEH KOLONIALISME INDONESIA

Oleh: Arnold Ev. Meaga

Sejak Papua dianeksasi secara paksa masuk dan bergabung ke-dalam Bingkai Negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI), yang namaNya penindasan, pemerkosaan, pemukulan, pembunuhan dan lain-lain yang bersifat destruktif, selalu dan terus diimplementasikan oleh militarisme kolonialisme Indonesia, yang berdomisili dan bertugas di atas tanah dan Bumi Papua Barat (Negri Melanesia) sejak pada 1963 sampai dengan saat ini 2017. 

Keberadaan Indonesia diatas Tanah dan Bumi Papua Barat tidak pernah memberikan suatu dampak dan kontribusi yang baik (positif), terhadap rakyat Bangsa Papua Barat, yang ada hanyalah dampak yang bersifat destruksif (negatif) terhadap Rakyat Bangsa Papua Barat itu sendiri. Dalam hal ini dampak positif yang diberikan penguasa (Kolonialisme Indonesia) atas Rakyat Papua, yang bisa menikmati dampak tersebut hanyalah mereka kelompok, golongan, dan kaum kelas Borjuasi lokal dan Borjuasi Nasional yang berkuasa diatas Tanah dan Bumi Papua Barat, yang menikmati semua itu diatas kucuran air mata dan darah Rakyat Papua melalui sistem birokratis milik pemerintah kolonial (Indonesia) yang ada.

BumiNya orang-orang melanesia (Papua), adalah objek tunggal pengeksploitasian sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM). Dan hal itu sedang diimplementasikan secara masif (absolut) diatas tanah dan BumiNya orang-orang melanesia (PAPUA BARAT), oleh penguasa kolonial (Indonesia) terhadap wilayah koloniNya sendiri (Papua).

Melihat dari aksi-aksi nyata oleh TNI/POLRI diatas tanah Papua sejak 1963 sampai dengan saat ini 2017, bahwa TNI/POLRI hanyalah melindungi rakyat Indonesia yang ada diatas tanah Papua, korporat-korporat asing dan nasional (Kapitalis) yang sedang beroperasi diatas tanah dan Bumi Melanesia (PAPUA BARAT) itu sendiri. Jadi, untuk Rakyat Papua tidak ada perlindungan hukum dan tidak ada pula perlindungan dari pihak yang berwajip. Dalam hal ini TNI, POLRI, BRIMOB DLL. Sebab Papua adalah wilayah yang termasuk dalam kategori terjajah, yang mana praktik penjajahan tersebut sedang diimplementasikan oleh Bangsa yang pernah di-jajah pulah oleh Bangsa lain. 

Melihat dari kenyataan sosial yang terjadi diatas Bumi Papua Brata pada umumNya dan, pada khususNya manusia-manusia Papua (Pribumi). Yang mengalami kenyataan sosial yang pahit, kekejaman penguasa (kolonial), ketidak adilan yang merata, serta perlakuan agresif yang di-terapkan oleh kolonialisme (Indonesia) terhadap Rakyat Bangsa Papua, membut Rakyat Papua sendiri menjadi bersikap agresif pula. Tetapi sikap agresuf yang di lancarkan oleh seluru Rakyat Papua, diimplementasikan dan di-tunjikan dengan cara-cara yang bermartabat, terhormat, damai dan bermoral (Tidak menggunakan kekerasan fisik). Dan permohonan rakyat Papua sudah harus didengar dan di-tanggapi secara serius oleh penguasa (Kolonial Indonesia).

PEMBUNUHAN DAN MUTILASI WARGA SIPIL PAPUA

Pembunuhan Dan Mutilasi 4 Warga Sipil  Pembunuhan dan Mutilasi  4 Warga Sipil di Timika adalah kejahatan kemanusiaan, segera tangkap dan Adi...