ORANG PAPUA SEDANG HABIS DI TELAN TAKDIR BUATAN MANUSIA
Oleh: Arnold Ev. Meaga
MILITER
PENYAKIT MEMATIKAN BAGI ORANG PAPUA
Bumi
West Papua yang isinya terdiri dari manusia Papua yang hakikatnya adalah
penguasa absolut atas nasip dan masa depan bumi Papua itu sendiri. Bumi Papua
dan isinya bagi mereka manusia asing tidak berhak untuk menguasai dan mengelola
bumi Papua tersebut sesuai dengan keinginanNya. Yang berhak mengelola semua
sumber daya alam (SDA) yang ada dalam perut bumi Papua tersebut adalah, manusia-manusia
Papua sebagai pemilik bumi Papua itu, bukan pula bangsa/manusia asing lainnya.
Tetapi
hingga saat ini, bumi West Papua sudah bukan lagi milik orang-orang Papua,
melainkan bumi West Papua sudah pula menjadi milik umat manusia secara
universal mau dari bangsa manapun itu. Sehingga orang-orang Papua (Pribumi)
sebagai pemilik bumi Papua tersebut sudah tidak ada lagi haknya untuk saat ini
dalam mengelola sumber daya alam yang terkandung dalam perut bumi Papua itu
sebagaimana mestinya. Sebab bumi West Papua sudah menjadi milik umum, sehingga
Bangsa dan Negara manapun dapat masuk dan menguasai, dan mengeruk pula sumber
daya alam yang ada di bumi West Papua tersebut sesuai dengan keinginannya dan
sesukanya. Hal serupa adalah dinamika dan hakikat kondisi bumi West Papua serta
isinya yang sedang berada pada kondisi, keadaan dan situasi destruktifitas,
terhadap orang-orang Papua pada khususnya dan pada umumnya bumi West Papua itu
sendiri.
Dalam
hal ini, hendaknya kita kembali lagi pada latar belakang historis perjuangan
politik Pembebasan Nasional rakyat West Papua pada tahun-tahun yang lampau
hingga saat ini. Pada 1 Desember 1961 adalah hari di mana rakyat Papua
menciptakan dan mengadakan sejarahnya sendiri, yaitu dengan di deklarasikan
kemerdekaanNya layaknya sebagai bangsa dan negara-negara lainnya yang merdeka
dan berdaulat secara defacto dan dejure. Akan tetapi, karena ketidak sukaan
bangsa Indonesia dengan kemerdekaan yang sudah di raih dan di deklarasikan oleh
rakyat Papua tersebut, maka Indonesia pun berencana untuk menggagalkan
kemerdekaan rakyat Papua tersebut dengan mengeluarkan perintah trikomando
rakyat (Trikora) pada 19 Desember 1961, di alun-alun yogyakarta yang isinya
adalah:
1. Gagalkan negara
“Boneka Papua” buatan Belanda kolonial,
2. Kibarkan
sang merah putih di irian barat tanah air Indonesia dan,
3. Bersiaplah
mobilisasi umum guna untuk mempertahankan tanah air dan bangsa.
Dengan
di keluarkannya perintah trikomando rakyat oleh presinden Indonesia yang
pertama (Ir. Soekarno) tersebut, maka datanglah sang penyakit mematikan bagi
orang-orang Papua di bumi West Papua. yang saya maksud penyakit mematikan
tersebut ialah angkatan bersenjata (ABRI), yang kita kenal saat ini tentara
nasional Indonesia (TNI). Sejak kedatangan penyakit tersebut rakyat Papua tidak
dapat menyembukan penyakit tersebut dari jiwanya, sehingga rakyat Papua pun di
matikan pula oleh sang penyakit tersebut. Dan penyakit ini pula penyebab
darpada pengintegrasian Papua masuk kedalam bingkai Negra Kesatuan Repulik
Indonesai, tepat pada 1963 sampai dengan saat ini.
Penyakit ini pun tetap
bersarang dalam jiwa orang-orang Papua sejak dulu hingga saat ini, yang
hakikatnya sedang membunuh dan mematikan orang-orang Papua, yang samapi dengan
saat ini orang-orang Papua terancam musnah dari atas tanah dan negri mereka
sendiri. Militer adalah penyebab (Subjek) dan rakyat Papua adalah akibat
(Objek). Karenanya kematian orang-orang Papua yang di bunuh, di perkosa
(Perempuan Papua), di represifitas, di tindas dan masi banyak lainnya, bukanlah
takdir sang Khalik (Tuhan), melaikan takdir buatan manusia yang tak bertanggung
jawab (Biadab) atas orang-orang West Papua.
PENYAKIT YANG DI IMPOR UNTUK MEMUSNAKAN ORANG PAPUA (HIV/AIDS)
Secara
umum dalam Negara kesatuan Repulik Indonesia (NKRI), adalah negara yang terdiri
dari 34 provinsi kurang/lebih, dan Indonesia adalah negara yang sangat
heterogen dalam hal budaya, etnik, bahasa, agama dan masi banyak lainnya. Namun
jika di lihat secara umum keadaan rakyat Indonesia ini sendiri, sebagian besar
rakyat masi hidup di bawah garis kemiskinan dan masi melarat, yang hakikatnya
masi harus ada konservasi-konservasi dari pemerintah RI ini sendiri terhadap
rakyat yang ada, dan rakyat yang membutuhkan kebutuhan mereka sebagaimana
kebutuhan yang layaknya di gunakan/di pake oleh manusia lainnya sebagaimana
mestinya. Karena
pembahasan kita lebih pada kesehatan, maka kita akan lebih melihat kondisi dan
keadaan kesehatan masyarakat Indonesia pada umumnya di pulau jawa ini sendiri,
dan di luar dari pulau jawa pada khususnya provinsi Indonesia bagian timur itu,
dalam hal ini Papua dan Papua Barat.
Kondisi
kesehatan masyarakat Indonesai pada umumnya sangat di prihatinkan, sebagian
besar masyarakat kekurangan gizi, kelaparan, terkena berbagai macam jenis
penyakit mau dari yang ringan sampai dengan yang mamatikan. Hal-hal serupa di
alami oleh sebagian besar masyarakat yang penghasilannya di bawah rata-rata
(Miskin). Sebab rumah sakit yang ada buaknNya untuk merawat dan memperhatikan
rakyat yang lemah, melainkan buat orang-orang yang hidupnya serba berkecukupan
(golongan menenga ke atas) ini adalah keadaan dan kondisi objektif. Karenanya,
Orang Miskin Di Larang Sakit, begitulah kata “Eko Prasetyo” karena rumah sakit dalam negri ini tidak di
peruntukan bagi orang-orang miskin. Dengan ini kita bisa lihat betapa sulitnya
masyarakat yang berdomisili di pulau jawa ini untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan yang layak dan memadai layaknya mereka orang-orang lainnya yang
menikmati pelayanan kesehatan yang layak dengan penghasilan mereka yang begitu
besar, apa lagi untuk wilayah Indonesia bagian timur itu (Papua), bagaimana
kondisi kesehatan masyarakatnya.
Kalao
kita berbicara terkait kesehatan masyarakat Papua di bumi West Papua, maka
penyakit yang biasanya di derita oleh orang-orang Papua sangatlah heterogen,
bahkan penyakit yang tidak pernah di derita oleh masyarakat Indonesia di pulau
jawah pun ada di Papua. mulai dari penyakit ringan sampai pada penyakit yang
mematikan manusia Papua secara sistematis, dalam hal ini penyakit hasil
daripada imporan eksternal (HIV/AIDS) ke dalam bumi West Papua yang objeknya
adalah manusia Papua itu sendiri. Berikut ini kita bisa lihat data resmi pada
30 Juni 2017 dari Dinkes provinsi Papua adalah sebagai berikut:
1. Kab, ASMAT.
HIV 41 Orang, AIDS 41 Orang, Jumlah 41, Orang. Meninggal=0
2. Kab, BIAK.
HIV, 504 Orang, AIDS, 1366 Orang, Jumlah 1870 Orang. Meninggal= 143 Orang,
3. Kab, BOVEN
DIGOEL. HIV, 49 Orang, AIDS, 50 Jumlah 99, Orang. Meninggal= 15 Orang,
4. Kab, DEIYAI.
HIV, 33 Orang, AIDS, 30 Jumlah, 63 Orang. Meninggal= 12 Orang
5. Kab, DOGIYAI.
HIV, 0 Orang, AIDS, 35, Jumlah 35 Orang. Meninggal=0
6. Kab, INTAN
JAYA. HIV, 4 Orang, AIDS, 9 Orang, Jumlah 13, Orang. Meninggal=0
7. Kab,
JAYAPURA. HIV, 1019 Orang, AIDS, 1262 Orang, Jumlah, 1281 Orang. Meninggal= 233
Orang,
8. Kab,
JAYAWIJAYA. HIV, 1484 Orang, AIDS, 3809 Orang, Jumlah 5293 Orang. Meninggal=
400 Orang,
9. Kab, KEEROM.
HIV, 43 Orang, AIDS, 52 Orang, Jumlah 95 Orang. Meninggal= 21 Orang,
10. Kab, YAPEN.
HIV, 122 Orang, AIDS, 341 Orang, Jumlah 463 Orang. Meninggal= 109 Orang,
11. Kab, KOTA
JAYAPURA. HIV, 422 Orang, AIDS, 3384 Orang, Jumlah 3826 Orang. Meninggal= 181
Orang,
12. Kab, LANNI
JAYA. HIV, 139 Orang, AIDS, 198 Orang, Jumlah 337 Orang. Meninggal= 18 Orang,
13. Kab,
MAMBERAMO RAYA. HIV, 0 Orang, AIDS, 16 Orang, Jumlah 16 Orang. Meninggal= 6
Orang
14. Kab,
MAMBERAMO TENGAH. HIV, 30 Orang, AIDS, 13 Orang, Jumlah 43 Orang. Meninggal= 4
Orang,
15. Kab, MAPI.
HIV, 25 Orang, AIDS, 118 Orang, Jumlah 142 Orang. Meninggal= 31 Orang,
16. Kab, MERAUKE.
HIV, 1003 Orang, AIDS, 961 Orang, Jumlah 1964 Orang. Meninggal= 124 Orang,
17. Kab, MIMIKA.
HIV, 2073 Orang, AIDS, 2326 Orang, Jumlah 5029 Orang. Meninggal= 170 Orang,
18. Kab, NABIRE.
HIV, 2207 Orang, AIDS, 3716 Orang, Jumlah 5923 Orang. Meninggal= 316 Orang,
19. Kab, NDUGA.
HIV, 0 Orang, AIDS, 1 Orang, Jumlah 1
Orang. Meninggal= 0
20. Kab, PANIAI.
HIV, 101 Orang, AIDS, 95 Orang, Jumlah, 196 Orang. Meninggal= 12 Orang,
21. Kab, PEG
BINTANG. HIV, 84 Orang, AIDS, 219 Jumlah 303 Orang. Meninggal= 11 Orang,
22. Kab, PUNCAK.
HIV 23 Orang, AIDS 7 Orang, Jumlah 30 Orang. Meninggal= 1 Orang,
23. Kab, PUNCAK
JAYA. HIV, 44 Orang, AIDS, 367 Jumlah 411 Orang. Meninggal= 52 Orang
24. Kab, SARMI.
HIV, 0 Orang, AIDS 4 Orang, Jumlah 4 Orang. Meninggal=0
25. Kab, SUPIORI.
HIV, 14 Orang, AIDS 67 Orang Jumlah 81 Orang. Meninggal= 2 Orang,
26. Kab, TOLIKARA.
HIV, 33 Orang, AIDS 84 Orang, Jumlah 117 Orang. Meninggal= 7 Orang,
27. Kab, WAROPEN.
HIV, 10 Orang, AIDS 17 Orang, Jumlah, 27 Orang. Meninggal= 7 Orang
28. Kab,
YAHUKIMO. HIV, 18 Orang, AIDS 4 Orang, Jumlah 22 Orang. Meninggal= 4 Orang,
29. Kab, YALIMO.
HIV 0 Orang, AIDS 45 Orang, Jumlah 45 Orang. Meninggal= 4 Orang.
Dari
data di atas dapat kita lihat dengan jelas bahwa, kabupaten mana saja yang
lebih banyak terjangkit positif telah terinveksi HIV/AIDS. Sehingga dalam
daftar di atas yang paling banyak orang-orang Papua yang telah terjangkit penyakit
mematikan ini adalah kabupaten “NABIRE” dapat pada nomor urutan pertama yang
paling banyak telah terjangkit penyakit mematikan tersebut, setelahnya menyusul
kabupaten “MIMIKA” dapat pada nomor yang kedua lalu berikutnya menyusul lagi,
“JAYAWIJAYA”, “JAYAPURA”, ” MERAUKE” dan seterusnya. Sehingga dari jumlah
keseluruhan yang sudah pula meninggal dunia adalah mencapai angka 1883 ribu jiwa orang Papua mau
laki-laki ataupun perempuan, dari semua kabupaten yang tertera di atas. Belum
lagi dengan yang sedang menderita dan tinggal di jemput lagi oleh sang maut
(Kematian). Oleh sebab itu, data yang ada ini hanyalah hasil observasi dari
pihak-pihak yang berkaitan dalam hal ini Dinkes Provinsi Papua, belum lagi bagi
orang Papua/Masyarakat Papua yang sudah terjangkit penyakit mematikan tersebut
yang lagi berada di tempat pemukiman mereka, yang pada hakikatnya belum pula di
ketahui oleh pihak-pihak yang berkaitan.
Karenanya
penyakit mematikan ini adalah barang yang di imporkan khusus buat orang-orang
Papua melalui mekanisme pembukaan Bar yang sekaligus tempat prostitusi di
Papua, pengiriman pekerja sex komersial (PSK) yang esensinya telah positif
terjangkit HIV/AIDS ke Papua, lalu PSK tersebut di fasilitasi dengan sebuah warung-warung
yang persis sama dengan keadaan dan kondisi di jawa, yang memang sudah di atur
sedemikian rupa oleh negara sentral (Jakarta), untuk seluruh orang-orang Papua
yang sedang berdomisili di bumi West Papua itu sendiri. Sehingga secara empiris
apa yang pernah di ungkapkan oleh suara Agama (Gereja dan sejenis) bahwa,
HIV/AIDS adalah takdir dan hukuman Tuhan bagi umat manusia adalah tidak benar,
HIV/AIDS adalah buatan manusia dan untuk mematikan manusia pula, dan penyakit
ini adalah takdir yang telah di atur secara strukturalis oleh manusia biadap
untuk mematikan orang-orang Papua.
Melalui
penyakit besar ini, orang-orang Papua ada kemungkinan besar akan habis dan itu
sedang, hanya di karenakan oleh barang yang satu ini (HIV/AIDS), sehingga
semakin lama Papua hidup berdampingan dengan NKRI, maka tingkat kematian bagi
orang-orang Papua akan semakin meningkat dan berjalan menerus, dan hal itu
tidak akan pernah berhenti. Ini hanya
baru kita lihat kasus kematiannya orang-orang Papua melalui penyakit HIV/AIDS,
belum lagi dapat kita hitung dengan kematian-kematian yang berbeda pula dari
model atau jenis penyakit yang lain-lain, seperti kematian bayi di ASMAT yang
mencapai angka 62 jiwa, di pegunugan BINTANG 23 jiwa, NDUGA mencapai angka
kurang lebih 71 jiwa, lalu di YAHUKIMO kematian misterius yang di alami oleh
masyarakat mencapai angka kurang lebih 75 jiwa, dan masi banyak lainNya
kejadian sejenis yang memang belum di observasi oleh pemerintah/pihak-pihak
yang berkaitan dengan persoalan-persoalan seperti ini. Sehingga pemusnahan
orang-orang Papua melalui dinas-dinas kesehatan adalah mekanisme yang sangan
amat evektif dan sangat efisien. Sebab melalui mekanisme ini orang atau
pihak-pihak eksternal (Negara Luar) tidak dapat mencurigai kematian orang-orang
Papua tersebut, sebab kematian tersebut telah di atur dan di rancang
sebagaimana mestinya dengan metode-metode yang wajar dan susah untuk di baca
oleh lawan ataupun pihak-pihak eksternal.
MINUMAN
SEGAR MEMBUNUH ORANG PAPUA
Berikut
ini adalah suatu barang yang sudah di asumsikan oleh publik nasional bahwa,
minuman keras adalah budayanya orang-orang Papua, dan ini adalah kenyataan
objektif yang sedang di alami oleh orang-orang Papua itu sendiri. Namun
berbagai jenis minuman yang ada di pulau Jawa dan Papua berbeda pula jenisnya,
jenis minuman yang ada di jawa keberadaannya di Papua sangat terbatas, bahkan
jarang pula ada pada tokoh-tokoh minuman yang biasanya di beli lalu di konsumsi
oleh orang-orang Papua yang ada di Papua tersebut. Nama dan jenis minuman pun
terlalu banyak variasi dan juga sumber daripada kedatangan minumannya pun tidak
begitu jelas, dari mana datangnya, namun mau bagimanapun itu barang hakikatnya
di datangkan buat orang-orang Papua pada khususnya.
Dan orang-orang Papua
adalah sebagian daripada penikmat minuman segar tersebut, yang perlu di sadari
oleh orang Papua adalah bahwa melalui minuman segar tersebut banyak generasi
muda/mudi Papua yang meninggalkan bumi West Papua di usia yang begitu muda
(Meninggal), banyak pula yang melakukan hubungan sex bebas setelah mengkonsumsi
minuman segar tersebut, sehingga mendatangkan penyakit mematikan bagi mereka,
dan masi banyak tindakan sadistis yang kerap di implementasikan oleh mereka
yang telah mengkonsumsi minuman segar tersebut, dan masi banyak hal-hal
destruktif yang kerap terjadi hanya di karenakan faktor minuman keras itu
sendiri. Sebab senjata pemusna bagi orang-orang Papua yang paling ampuh dan
evektif yang sedang di gunakan oleh kolonialisme (Indonesia), adalah melalui
minuman segar yang di produksi dan di distribusikan di seluruh pelosok Papua,
dalam kemasan tertentu. Sehingga dengan di konsumsiNya minuman segar tersebut
akan pula mendtangkan kematian bagi mereka yang mengkonsumsinya secara
personal, kelompok, bahkan berbagai golongan orang-orang Papua yang ada.
BEBAS DARI
PEMUSNAHAN ETNIS MELANESIA
Tidak
ada jalan terbaik bagi orang-orang Papua untuk selamat dari keterancaman
pemusnahan etnis melanesia, kecuali orang-orang Papua dapat bebas dan
menentukan nasipnya sendiri sebagai solusi demokratis (Merdeka). Merdeka adalah
hal yang sangat fundamental dan urgensi bagi rakyat West Papua, dan kemerdekaan
bagi rakyat West Papua adalah keharusan, bukan mingkin, bukan pula kayanya. Sehingga
perjuangan politik Kemerdekaan yang lagi di perjuangkan oleh seluruh rakyat
West Papua tersebut adalah kunci pembebasan absolut bagi rakyat West Papua,
dari keadaan serta kondisi destruktif, yang sedang terjadi di bumi West Papua
pada umumnya, dan pada khususnya atas orang-orang Papua sejak pada 1963 sampai
dengan detik ini.
Sumber Reverensi:
Data Dinkes Provinsi Papua/HIV/AIDS Papua