Sabtu, 27 Januari 2018

Orang Papua Sedang Habis Di Telan Takdir Buatan Manusia


ORANG PAPUA SEDANG HABIS DI TELAN TAKDIR BUATAN MANUSIA

Oleh: Arnold Ev. Meaga
MILITER PENYAKIT MEMATIKAN BAGI ORANG PAPUA

Bumi West Papua yang isinya terdiri dari manusia Papua yang hakikatnya adalah penguasa absolut atas nasip dan masa depan bumi Papua itu sendiri. Bumi Papua dan isinya bagi mereka manusia asing tidak berhak untuk menguasai dan mengelola bumi Papua tersebut sesuai dengan keinginanNya. Yang berhak mengelola semua sumber daya alam (SDA) yang ada dalam perut bumi Papua tersebut adalah, manusia-manusia Papua sebagai pemilik bumi Papua itu, bukan pula bangsa/manusia asing lainnya.

Tetapi hingga saat ini, bumi West Papua sudah bukan lagi milik orang-orang Papua, melainkan bumi West Papua sudah pula menjadi milik umat manusia secara universal mau dari bangsa manapun itu. Sehingga orang-orang Papua (Pribumi) sebagai pemilik bumi Papua tersebut sudah tidak ada lagi haknya untuk saat ini dalam mengelola sumber daya alam yang terkandung dalam perut bumi Papua itu sebagaimana mestinya. Sebab bumi West Papua sudah menjadi milik umum, sehingga Bangsa dan Negara manapun dapat masuk dan menguasai, dan mengeruk pula sumber daya alam yang ada di bumi West Papua tersebut sesuai dengan keinginannya dan sesukanya. Hal serupa adalah dinamika dan hakikat kondisi bumi West Papua serta isinya yang sedang berada pada kondisi, keadaan dan situasi destruktifitas, terhadap orang-orang Papua pada khususnya dan pada umumnya bumi West Papua itu sendiri.

Dalam hal ini, hendaknya kita kembali lagi pada latar belakang historis perjuangan politik Pembebasan Nasional rakyat West Papua pada tahun-tahun yang lampau hingga saat ini. Pada 1 Desember 1961 adalah hari di mana rakyat Papua menciptakan dan mengadakan sejarahnya sendiri, yaitu dengan di deklarasikan kemerdekaanNya layaknya sebagai bangsa dan negara-negara lainnya yang merdeka dan berdaulat secara defacto dan dejure. Akan tetapi, karena ketidak sukaan bangsa Indonesia dengan kemerdekaan yang sudah di raih dan di deklarasikan oleh rakyat Papua tersebut, maka Indonesia pun berencana untuk menggagalkan kemerdekaan rakyat Papua tersebut dengan mengeluarkan perintah trikomando rakyat (Trikora) pada 19 Desember 1961, di alun-alun yogyakarta yang isinya adalah:

1.      Gagalkan negara “Boneka Papua” buatan Belanda kolonial,
2.      Kibarkan sang merah putih di irian barat tanah air Indonesia dan,
3.      Bersiaplah mobilisasi umum guna untuk mempertahankan tanah air dan bangsa.

Dengan di keluarkannya perintah trikomando rakyat oleh presinden Indonesia yang pertama (Ir. Soekarno) tersebut, maka datanglah sang penyakit mematikan bagi orang-orang Papua di bumi West Papua. yang saya maksud penyakit mematikan tersebut ialah angkatan bersenjata (ABRI), yang kita kenal saat ini tentara nasional Indonesia (TNI). Sejak kedatangan penyakit tersebut rakyat Papua tidak dapat menyembukan penyakit tersebut dari jiwanya, sehingga rakyat Papua pun di matikan pula oleh sang penyakit tersebut. Dan penyakit ini pula penyebab darpada pengintegrasian Papua masuk kedalam bingkai Negra Kesatuan Repulik Indonesai, tepat pada 1963 sampai dengan saat ini.

Penyakit ini pun tetap bersarang dalam jiwa orang-orang Papua sejak dulu hingga saat ini, yang hakikatnya sedang membunuh dan mematikan orang-orang Papua, yang samapi dengan saat ini orang-orang Papua terancam musnah dari atas tanah dan negri mereka sendiri. Militer adalah penyebab (Subjek) dan rakyat Papua adalah akibat (Objek). Karenanya kematian orang-orang Papua yang di bunuh, di perkosa (Perempuan Papua), di represifitas, di tindas dan masi banyak lainnya, bukanlah takdir sang Khalik (Tuhan), melaikan takdir buatan manusia yang tak bertanggung jawab (Biadab) atas orang-orang West Papua.

PENYAKIT YANG DI IMPOR UNTUK MEMUSNAKAN ORANG PAPUA (HIV/AIDS)

Secara umum dalam Negara kesatuan Repulik Indonesia (NKRI), adalah negara yang terdiri dari 34 provinsi kurang/lebih, dan Indonesia adalah negara yang sangat heterogen dalam hal budaya, etnik, bahasa, agama dan masi banyak lainnya. Namun jika di lihat secara umum keadaan rakyat Indonesia ini sendiri, sebagian besar rakyat masi hidup di bawah garis kemiskinan dan masi melarat, yang hakikatnya masi harus ada konservasi-konservasi dari pemerintah RI ini sendiri terhadap rakyat yang ada, dan rakyat yang membutuhkan kebutuhan mereka sebagaimana kebutuhan yang layaknya di gunakan/di pake oleh manusia lainnya sebagaimana mestinya. Karena pembahasan kita lebih pada kesehatan, maka kita akan lebih melihat kondisi dan keadaan kesehatan masyarakat Indonesia pada umumnya di pulau jawa ini sendiri, dan di luar dari pulau jawa pada khususnya provinsi Indonesia bagian timur itu, dalam hal ini Papua dan Papua Barat.
 
Kondisi kesehatan masyarakat Indonesai pada umumnya sangat di prihatinkan, sebagian besar masyarakat kekurangan gizi, kelaparan, terkena berbagai macam jenis penyakit mau dari yang ringan sampai dengan yang mamatikan. Hal-hal serupa di alami oleh sebagian besar masyarakat yang penghasilannya di bawah rata-rata (Miskin). Sebab rumah sakit yang ada buaknNya untuk merawat dan memperhatikan rakyat yang lemah, melainkan buat orang-orang yang hidupnya serba berkecukupan (golongan menenga ke atas) ini adalah keadaan dan kondisi objektif. Karenanya, Orang Miskin Di Larang Sakit, begitulah kata “Eko Prasetyo” karena rumah sakit dalam negri ini tidak di peruntukan bagi orang-orang miskin. Dengan ini kita bisa lihat betapa sulitnya masyarakat yang berdomisili di pulau jawa ini untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak dan memadai layaknya mereka orang-orang lainnya yang menikmati pelayanan kesehatan yang layak dengan penghasilan mereka yang begitu besar, apa lagi untuk wilayah Indonesia bagian timur itu (Papua), bagaimana kondisi kesehatan masyarakatnya.

Kalao kita berbicara terkait kesehatan masyarakat Papua di bumi West Papua, maka penyakit yang biasanya di derita oleh orang-orang Papua sangatlah heterogen, bahkan penyakit yang tidak pernah di derita oleh masyarakat Indonesia di pulau jawah pun ada di Papua. mulai dari penyakit ringan sampai pada penyakit yang mematikan manusia Papua secara sistematis, dalam hal ini penyakit hasil daripada imporan eksternal (HIV/AIDS) ke dalam bumi West Papua yang objeknya adalah manusia Papua itu sendiri. Berikut ini kita bisa lihat data resmi pada 30 Juni 2017 dari Dinkes provinsi Papua adalah sebagai berikut: 

1. Kab, ASMAT. HIV 41 Orang, AIDS 41 Orang, Jumlah 41, Orang. Meninggal=0
2. Kab, BIAK. HIV, 504 Orang, AIDS, 1366 Orang, Jumlah 1870 Orang. Meninggal= 143 Orang,
3. Kab, BOVEN DIGOEL. HIV, 49 Orang, AIDS, 50 Jumlah 99, Orang. Meninggal= 15 Orang,
4. Kab, DEIYAI. HIV, 33 Orang, AIDS, 30 Jumlah, 63 Orang. Meninggal= 12 Orang
5. Kab, DOGIYAI. HIV, 0 Orang, AIDS, 35, Jumlah 35 Orang. Meninggal=0
6. Kab, INTAN JAYA. HIV, 4 Orang, AIDS, 9 Orang, Jumlah 13, Orang. Meninggal=0
7. Kab, JAYAPURA. HIV, 1019 Orang, AIDS, 1262 Orang, Jumlah, 1281 Orang. Meninggal= 233 Orang,
8. Kab, JAYAWIJAYA. HIV, 1484 Orang, AIDS, 3809 Orang, Jumlah 5293 Orang. Meninggal= 400 Orang,
9. Kab, KEEROM. HIV, 43 Orang, AIDS, 52 Orang, Jumlah 95 Orang. Meninggal= 21 Orang,
10. Kab, YAPEN. HIV, 122 Orang, AIDS, 341 Orang, Jumlah 463 Orang. Meninggal= 109 Orang,
11. Kab, KOTA JAYAPURA. HIV, 422 Orang, AIDS, 3384 Orang, Jumlah 3826 Orang. Meninggal= 181 Orang,
12. Kab, LANNI JAYA. HIV, 139 Orang, AIDS, 198 Orang, Jumlah 337 Orang. Meninggal= 18 Orang,
13. Kab, MAMBERAMO RAYA. HIV, 0 Orang, AIDS, 16 Orang, Jumlah 16 Orang. Meninggal= 6 Orang
14. Kab, MAMBERAMO TENGAH. HIV, 30 Orang, AIDS, 13 Orang, Jumlah 43 Orang. Meninggal= 4 Orang,
15. Kab, MAPI. HIV, 25 Orang, AIDS, 118 Orang, Jumlah 142 Orang. Meninggal= 31 Orang,
16. Kab, MERAUKE. HIV, 1003 Orang, AIDS, 961 Orang, Jumlah 1964 Orang. Meninggal= 124 Orang,
17.  Kab, MIMIKA. HIV, 2073 Orang, AIDS, 2326 Orang, Jumlah 5029 Orang. Meninggal= 170 Orang,
18.  Kab, NABIRE. HIV, 2207 Orang, AIDS, 3716 Orang, Jumlah 5923 Orang. Meninggal= 316 Orang,
19. Kab, NDUGA. HIV, 0 Orang, AIDS, 1 Orang, Jumlah 1  Orang. Meninggal= 0
20. Kab, PANIAI. HIV, 101 Orang, AIDS, 95 Orang, Jumlah, 196 Orang. Meninggal= 12 Orang,
21. Kab, PEG BINTANG. HIV, 84 Orang, AIDS, 219 Jumlah 303 Orang. Meninggal= 11 Orang,
22. Kab, PUNCAK. HIV 23 Orang, AIDS 7 Orang, Jumlah 30 Orang. Meninggal= 1 Orang,
23. Kab, PUNCAK JAYA. HIV, 44 Orang, AIDS, 367 Jumlah 411 Orang. Meninggal= 52 Orang
24. Kab, SARMI. HIV, 0 Orang, AIDS 4 Orang, Jumlah 4 Orang. Meninggal=0
25. Kab, SUPIORI. HIV, 14 Orang, AIDS 67 Orang Jumlah 81 Orang. Meninggal= 2 Orang,
26. Kab, TOLIKARA. HIV, 33 Orang, AIDS 84 Orang, Jumlah 117 Orang. Meninggal= 7 Orang,
27. Kab, WAROPEN. HIV, 10 Orang, AIDS 17 Orang, Jumlah, 27 Orang. Meninggal= 7 Orang
28. Kab, YAHUKIMO. HIV, 18 Orang, AIDS 4 Orang, Jumlah 22 Orang. Meninggal= 4 Orang,
29. Kab, YALIMO. HIV 0 Orang, AIDS 45 Orang, Jumlah 45 Orang. Meninggal= 4 Orang.

Dari data di atas dapat kita lihat dengan jelas bahwa, kabupaten mana saja yang lebih banyak terjangkit positif telah terinveksi HIV/AIDS. Sehingga dalam daftar di atas yang paling banyak orang-orang Papua yang telah terjangkit penyakit mematikan ini adalah kabupaten “NABIRE” dapat pada nomor urutan pertama yang paling banyak telah terjangkit penyakit mematikan tersebut, setelahnya menyusul kabupaten “MIMIKA” dapat pada nomor yang kedua lalu berikutnya menyusul lagi, “JAYAWIJAYA”, “JAYAPURA”, ” MERAUKE” dan seterusnya. Sehingga dari jumlah keseluruhan yang sudah pula meninggal dunia adalah  mencapai angka 1883 ribu jiwa orang Papua mau laki-laki ataupun perempuan, dari semua kabupaten yang tertera di atas. Belum lagi dengan yang sedang menderita dan tinggal di jemput lagi oleh sang maut (Kematian). Oleh sebab itu, data yang ada ini hanyalah hasil observasi dari pihak-pihak yang berkaitan dalam hal ini Dinkes Provinsi Papua, belum lagi bagi orang Papua/Masyarakat Papua yang sudah terjangkit penyakit mematikan tersebut yang lagi berada di tempat pemukiman mereka, yang pada hakikatnya belum pula di ketahui oleh pihak-pihak yang berkaitan.

Karenanya penyakit mematikan ini adalah barang yang di imporkan khusus buat orang-orang Papua melalui mekanisme pembukaan Bar yang sekaligus tempat prostitusi di Papua, pengiriman pekerja sex komersial (PSK) yang esensinya telah positif terjangkit HIV/AIDS ke Papua, lalu PSK tersebut di fasilitasi dengan sebuah warung-warung yang persis sama dengan keadaan dan kondisi di jawa, yang memang sudah di atur sedemikian rupa oleh negara sentral (Jakarta), untuk seluruh orang-orang Papua yang sedang berdomisili di bumi West Papua itu sendiri. Sehingga secara empiris apa yang pernah di ungkapkan oleh suara Agama (Gereja dan sejenis) bahwa, HIV/AIDS adalah takdir dan hukuman Tuhan bagi umat manusia adalah tidak benar, HIV/AIDS adalah buatan manusia dan untuk mematikan manusia pula, dan penyakit ini adalah takdir yang telah di atur secara strukturalis oleh manusia biadap untuk mematikan orang-orang Papua.

Melalui penyakit besar ini, orang-orang Papua ada kemungkinan besar akan habis dan itu sedang, hanya di karenakan oleh barang yang satu ini (HIV/AIDS), sehingga semakin lama Papua hidup berdampingan dengan NKRI, maka tingkat kematian bagi orang-orang Papua akan semakin meningkat dan berjalan menerus, dan hal itu tidak akan pernah berhenti.  Ini hanya baru kita lihat kasus kematiannya orang-orang Papua melalui penyakit HIV/AIDS, belum lagi dapat kita hitung dengan kematian-kematian yang berbeda pula dari model atau jenis penyakit yang lain-lain, seperti kematian bayi di ASMAT yang mencapai angka 62 jiwa, di pegunugan BINTANG 23 jiwa, NDUGA mencapai angka kurang lebih 71 jiwa, lalu di YAHUKIMO kematian misterius yang di alami oleh masyarakat mencapai angka kurang lebih 75 jiwa, dan masi banyak lainNya kejadian sejenis yang memang belum di observasi oleh pemerintah/pihak-pihak yang berkaitan dengan persoalan-persoalan seperti ini. Sehingga pemusnahan orang-orang Papua melalui dinas-dinas kesehatan adalah mekanisme yang sangan amat evektif dan sangat efisien. Sebab melalui mekanisme ini orang atau pihak-pihak eksternal (Negara Luar) tidak dapat mencurigai kematian orang-orang Papua tersebut, sebab kematian tersebut telah di atur dan di rancang sebagaimana mestinya dengan metode-metode yang wajar dan susah untuk di baca oleh lawan ataupun pihak-pihak eksternal.

MINUMAN SEGAR MEMBUNUH ORANG PAPUA

Berikut ini adalah suatu barang yang sudah di asumsikan oleh publik nasional bahwa, minuman keras adalah budayanya orang-orang Papua, dan ini adalah kenyataan objektif yang sedang di alami oleh orang-orang Papua itu sendiri. Namun berbagai jenis minuman yang ada di pulau Jawa dan Papua berbeda pula jenisnya, jenis minuman yang ada di jawa keberadaannya di Papua sangat terbatas, bahkan jarang pula ada pada tokoh-tokoh minuman yang biasanya di beli lalu di konsumsi oleh orang-orang Papua yang ada di Papua tersebut. Nama dan jenis minuman pun terlalu banyak variasi dan juga sumber daripada kedatangan minumannya pun tidak begitu jelas, dari mana datangnya, namun mau bagimanapun itu barang hakikatnya di datangkan buat orang-orang Papua pada khususnya.

Dan orang-orang Papua adalah sebagian daripada penikmat minuman segar tersebut, yang perlu di sadari oleh orang Papua adalah bahwa melalui minuman segar tersebut banyak generasi muda/mudi Papua yang meninggalkan bumi West Papua di usia yang begitu muda (Meninggal), banyak pula yang melakukan hubungan sex bebas setelah mengkonsumsi minuman segar tersebut, sehingga mendatangkan penyakit mematikan bagi mereka, dan masi banyak tindakan sadistis yang kerap di implementasikan oleh mereka yang telah mengkonsumsi minuman segar tersebut, dan masi banyak hal-hal destruktif yang kerap terjadi hanya di karenakan faktor minuman keras itu sendiri. Sebab senjata pemusna bagi orang-orang Papua yang paling ampuh dan evektif yang sedang di gunakan oleh kolonialisme (Indonesia), adalah melalui minuman segar yang di produksi dan di distribusikan di seluruh pelosok Papua, dalam kemasan tertentu. Sehingga dengan di konsumsiNya minuman segar tersebut akan pula mendtangkan kematian bagi mereka yang mengkonsumsinya secara personal, kelompok, bahkan berbagai golongan orang-orang Papua yang ada.

BEBAS DARI PEMUSNAHAN ETNIS MELANESIA

Tidak ada jalan terbaik bagi orang-orang Papua untuk selamat dari keterancaman pemusnahan etnis melanesia, kecuali orang-orang Papua dapat bebas dan menentukan nasipnya sendiri sebagai solusi demokratis (Merdeka). Merdeka adalah hal yang sangat fundamental dan urgensi bagi rakyat West Papua, dan kemerdekaan bagi rakyat West Papua adalah keharusan, bukan mingkin, bukan pula kayanya. Sehingga perjuangan politik Kemerdekaan yang lagi di perjuangkan oleh seluruh rakyat West Papua tersebut adalah kunci pembebasan absolut bagi rakyat West Papua, dari keadaan serta kondisi destruktif, yang sedang terjadi di bumi West Papua pada umumnya, dan pada khususnya atas orang-orang Papua sejak pada 1963 sampai dengan detik ini.


 Sumber Reverensi:
Data Dinkes Provinsi Papua/HIV/AIDS Papua

Senin, 15 Januari 2018

Pembebasan Nasional Papua Barat Ada Pada Rakyat Akar Rumput

PEMBEBASAN NASIONAL PAPUA BARAT ADA PADA RAKYAT AKAR RUMPUT

Oleh: Arnold Ev. Meaga

Belum Sadarnya Bangsa West Papua

Dalam kemerdekaan bangsa-bangsa yang ada di dunia ini, tidak di raih dengan hal-hal sederhana dan sepeleh. Melainkan kemerdekaan suatu bangsa di raih dan di gapai dengan dukungan kekuatan rakyat semesta, sehingga suatu revolusi dapat terjadi atas suatu bangsa yang membutuhkannya, yaitu revolusi itu sendiri.

Rakyat Bangsa West Papua pun, adalah bangsa yang merdeka dan berdaulat layaknya bangsa-bangsa lain di dunia ini. Kemerdekaan rakyat Bangsa West Papua telah dan sudah di deklarasikan pada 1 Desember 1961. Yang seharusnya kemerdekaan Bangsa West Papua tersebut harus di deklarasikan pada 1 November 1961, namun dikarenakan belum adanya persetujuan dari pemerintah belanda, sehingga kemerdekaan Papua tersebut di geser waktunya sampai tepat pada 1 Desember 1961 kemerdekaan rakyat Bangsa West Papua di deklarasikan atas desakan komite New Gunea Reed pada saat itu. Karenanya kemerdekaan rakyat Bangsa West Papua telah terlaksana secara de-vakto dan de-jure, itu adalah hakikat historis kemerdekaan rakayat Bangsa West Papua.

Sejak kemerdekaan Bangsa West Papua di hancurkan melalui mekanisme tipu muslihat melalui historis rakayat Bangsa West Papua yang hakikatnya adalah, bangsa West Papua itu adalah bukan sebagian dari bangsa Indonesia, seperti apa yang telah di klaim dan di asumsikan oleh presiden Indonesia yang pertama (Ir. Soekarno). Banhwa Papua adalah sebagian dari kerajaan tidore, serta kekuasaan Majapahit dan lain sebagainya. Sebab Soekarno dalam mengambil sikap dan mengklaim West Papua adalah sebagian dari Indonesia, ini adalah asumsi dan klaim dasar yang sangat keliru. Namun mau bagaimanapun juga West Papua berhasil di integrasikan masuk ke dalam bimgkai Negara Kesatuan Repulik Indonesia melalui perjanjian New York Agremen pada 15 Agustus 1962, dan penentuan pendapat rakyat (Pepera) pada 15 Juli 1969-2 Agustus 1969 melalui mekanisme hukum internasional. Yang pada hakikatnya cacat hukum dan moral.

Sehingga sejak pada 1 Mei 1963, bangsa West Papua sah dan resmi menjadi bagian daripada Indonesia itu sendiri. Namun sejak saat itu sampai dengan saat ini, rakyat West Papua dapat dan terus mengimplementasikan perlawanan perjuangan politik Pembebasan Nasional Papua Barat, untuk tetap dapat menentukan nasip dan masa depan rakyat bangsa West Papua itu sendiri. Sebagai Bangsa yang merdeka layaknya bangsa-bangsa lainnya di dunia ini, yang merdeka dan berdaulat pula. Oleh sebab itu dalam mengimplementasikan perjuangan pembebasan Papua menuju ideal (Merdeka) yang sejati, kita (Rakyat Akar Rumput) hendaknya dapat bersatu dalam wadah-wadah perjuangan Pembebasan Nasional Papua Barat, dan tetap pula berada pada satu tujuan yang sama. Namun rakyat sendiri saat ini belum sepenuhnya sadar dengan kenyataan objektif saat ini, bahwa rakyat West Papua itu sendiri pada hakikatnya, sedang berada di bawah garis penjajahan kolonialisme Indonesia, Kapitalisme, Imperialisme dan Militarisme.

Secara empirik, historis bangsa-bangsa dalam memperjuangkan suatu kebebasan tidak di jalankan secaca sendiri-sendiri (Individu), kelompok atau golongan belaka, melainkan semua kebebasan akan suatu bangsa sepenuhnya dapat di menangkan oleh kesatuan dan persatuan rakyat akar rumput yang tak dapat di patahkan oleh penguasa. Sehingga bangsa West Papua pun jika saja ingin untuk dapat bebas dari cengkraman kolonialisme Indonesia yang keparat itu, maka yang harus di lakukan oleh rakyat West Papua seluruhnya adalah, membangun kesatuan dan persatuan seluruh rakyat akar rumput. Agar seluruh rakyat sadar dengan status kenyataan akan Papua itu sendiri, sehingga rakyat pun haruslah di beri suatu dokrin absolut atas kondisi objektif tentang Papua itu pula. Dokrin atas rakyat West Papua sudah harus di implementasikan oleh tokoh-tokoh adat asal pribumi (Papua), suara gereja dalam hal ini Pendeta dan sejenisnya, mahasiswa (Intelektual), aktivis kemanusiaan, serta wadah-wadah perlawanan yang mendominasi di atas bumi West Papua dan lain-lain. Hal ini adalah keharusan, jiak rakyat Bangsa West Papua ingin bebas dari tirani penindasan kolonialisme Indonesia (Sebelum Musnah). sehingga dalam hal ini, jika rakyat sadar secara absolut terkait kenyataan dan kondisi status Papua yang sebenarnya maka, rakyat sendiri akan berjuang dan berkorban dalam melakukan perlawanan Pembebasan Politik Nasional Papua Barat.

Sejak dulu sampai dengan saat ini rakyat West Papua dalam melakukan perjuangan Politik Pembebasan Nasional Papua Barat, berjalan secara evolusioner. Hal serupa adalah faktor kurangnya kesadaran rakyat akan historis politik perjuangan Pembebasan Nasional Papua Barat itu sendiri, kurang pula kesadaran rakyat atas kenyataan sosial yang sebenarnya yang sedang di alami saat ini, dan banyak pula manusia Papua yang di ciptakan menjadi borjuasi local dalam sistem birokrasi kolonial, ada pula rakyat Papua yang di bagi-bagi menjadi beberapa kubu, ada pula kubu Papua Merdeka harga mati dan ada pula kubu NKRI harga mati dan masi banyak lainnya. Hal-hal semacam ini yang menyebabkan perjuangan Politik Pembebasan Nasional Papua Barat berjalan secara evolusioner, namun mau bagaimanapun rakyat West Papua tetap konsisten, optimis dan progresif serta tetap pula menampilkan eksistensinya dalam melawan kolonialisme Indonesia, agar segera angkat kaki dari Bumi West Papua. sebab Bumi West Papua adalah mutlak milik Bangsa West Papua bukan pula milik Bangsa Indonesia (Kolonial), dan bangsa-bangsa lainnya di dunia.

Aksi Dan Reaksi

dengan ini hendaknya kita kembali menegok kebelakang pada perjuangan pembebasan yang telah di gapai oleh mereka kawan-kawan kita di Timor Leste. Mereka berhasil memenagkan perjuangan politiknya dan menentukan diri mereka sendiri di atas tanah dan negri mereka sendiri. Alias merdeka dan berdaulat serta bebas dalam hal apapun itu, mau ekonomi, pendidikan, sosial budaya dan lain-lain, tanpa intervensi dari pihak lain atau bangsa lain. Kemenagan yang di raih oleh Timor Lesta, tidak di menangkan melalui diplomasi berskala nsional ataupun internasional, melainkan aksi-aksi damai oleh rakyat akar rumput di dalam negri (Tanah Air), macam Mogok, Demonstrasi yang berkepanjangan (Tuntutan), Boikot, bergeriliawan di daerah perkotaan dan Hutan yang di implementasikan oleh rakyat, setelahnya di lakukan pula pempublikasian situasi, kondisi dan keadaan yang destruktif tersebut pada media Nasional, dan Internasional secara terus-menerus (Non-Stop) terkait situasi saat itu, agar masyarakat dunia mengetahui apa yang sedang terjadi di Timir Leste tersebut.

Setelahnya, dengan goyangnya situasi di dalam negri (Tanah Air) tersebut, barulah mereka kawan-kawan yang bergerak pada bagian diplomasi yang berskala Nasional dan Internasional dengan wada yang ada, dapat mengangkat dan mendorong hal serupa yang sedang terjadi di tanah air tersebut, dengan bukti-bukti kongkrit kepada hukum internasional. Agar segera merespon dan memberikan apa yang sedang di tuntut oleh rakyat yang sedang mengimplementasikan perlawanan perjuangan pembebasan tersebut. Sehingga antara seluruh rakyat dan wadah-wadah perjuangan sangat relevan dalam melakukan perjuangan pembebasan menuju ideal yang di harapkan oleh kawan-kawan kita di “Timur Leste” itu.

Oleh sebab itu, rakyat West Papua seluruhnya, dalam hal ini tidak harus berharap dan menunggu hasil darpada perjuangan diplomasi yang sedang di perjuangkan oleh wadah-wadah yang sedang berjuang di luar dari Tanah Air. Wadah-wadah yang bertugas mnjalankan politik diplomasi tidak akan di akui oleh publik Internasional, Nasional dan Hukum Internasional, sebab publik Internasional, Nasional dan Hukum Internasioanl akan mendengar aspirasi-aspirasi daripada wadah-wadah yang sedang menyampaikan aspirasi tersebut, ketika aksi-aksi dalam negri (Tanah Air) goyang dan telah sampai pada kedestruktifan. Karenanya wadah diplomasi di luar negri tidak akan ada arti sama sekali tanpa dukungan rakyat dalam negri (Aksi), sehingga aksi-aksi dalam negri yang di implementasikan oleh rakyat, akan pula mendatangkan reaksi dari luar, dengan demikian sudah ada reaksi dari luar maka, wadah-wada yang mengambil bagian diplomasi tersebut dapatlah menjalankan tugas dan kerja-kerjanya sebagaimana mestinya. Jadi wadah-wada yang bertugas menjalankan diplomasi Politik Pembebasan Nasional Papua Barat, tidak akan pula mendatangkan Kemerdekaan bagi rakyat Bangsa West Papua, kemerdekaan Bangsa West Papua sepenuhnya ada pada rakyat West Papua itu sendiri. Sebab wadah-wadah yang melakukan diplomasi politik Pembebasan Nasional Papua Barat, adalah sebagai penyambung lidah aspirasi rakyat kepada publik Internasional (Masyarakat Dunia).

Kebodohan Bersama Memperlambat Perjuangan Politik Pembebasan Nasional Papua Barat


Sejak dulu hingga kini dalam perjuangan Politik Pembebasan Nasional Papua Barat, berjalan tidak terlalu holistik dan tidak relevan, mau dari organ-organ perlawanan, mahasiswa, masyarakat akar rumput, bahkan sampai pada level pemimpin-pemimpin yang berpengaruh dalam organ-organ perlawanan atau wadah-wadah yang ada. Seperti ULMWP, TPNPB/OPM, KNPB, AMP dan masi banyak lainnya. Dalam hal ini, hendaknya sikap dan sifat ke-egoan kita dalam membawa dan memimpin Politik Pembebasan Nasional Papua Barat hendaknya di jalankan sebagaimana mestinya, jangan pula kita bicara seakan persoalan politik Pembebasan Nasional Papua Barat sudah final, dengan cara kita mebicarakan/membahas bentuk negara West Papua, Ideologi dan sebagainya ketika kemerdekaan belum di capai secara 100% merdeka absolut.

Dengan ketidak relevansinya perjuangan Politik Pembebasan Nasional Papua Barat akhir-akhir ini, serta terancamnya perjuangan Politik Pembebasan Nasional Papua Barat sendiri yang sedang menuju pada tahap disintegrasi dan kedestruktifvanNya, antara rakyat, mahasiswa, pemimpin-pemimpin oragan perlawanan atau wadah-wadah perlawanan yang ada, tokoh-tokoh agama, tokoh-tokoh adat dan banyak lainnya yang tidak saya sebutkan. Sehingga  di harapkan untuk kita hendaknya dalam hal ini dapat mengkonservasikan hal serupa dan serta menyatukan pendapat dari semua eleman yang ada, dan di analisis ulang lagi sebagaimana kebutuhan dan keperluan yang akan pula di pergunakan sebagai stratak dalam perjuangan Politik Pembebasan Nasional Papua Barat. Bagaimana mingkin suatu bangsa akan bebas dan merdeka ketika rakyat dan wadah-wadah perlawannya berjuang secarah terpisah-pisah. Hal tersebut hanya akan memperpanjangkan penjajahan dan akan pula memperlambatkan perjuangan pembebasan suatu bangsa yang membutuhkan pembebasan itu sendiri.

Analogi Perjungan Politik Pembebasan Nasional Papua Barat

Suatu konstruksi jalan yang akan di bangun di atas permukaan tanah, tentunya membutuhkan banyak keperluan yang akan di gunakan pada proses pembuatan jalan tersebut, agar pekerjaan tersebut jadi sebagaimana mestinya, sesuai dengan kebutuhan yang telah di rencanakan. namun ketika jalan tersebut sudah jadi tetapi belum pula di berikan aspalt (Hot Mix), maka jalan tersebut belumlah beres atau selesai secara 100%, sehingga mau tidak mau agar konstruksi jalan tersebut dapat di kejakan sesuai dengan perencanaan konstruksi maka yang harus di siapkan adalah material yang berkualitas, serta mekanisme kerja yang handal dan berkualitas pula oleh mereka (Kontraktor/Pekerja). Agar pekerjaan tersebut dapat berjalan seefisien mungkin, dan seefektif mungkin, sehingga hasil perencanaan konstruksi perkerasan jalan tersebut dapat tercipta dan terselesaikan sesuai dengan perencanaan konstruksi yang suda di rencanakan itu sendiri.

Dalam hal ini saya mengambil analogi perjuangan politik Pembebasan Nasional Papua Barat, dengan contoh proses perencanaan jalan. dengan demikian dapatlah kita mengetahui arti daripada analogi yang sudah saya ambil, dan tuangkan dalam bentuk tulisan yang tidak begitu sempurna ini. hendaknya dapat di mengerti dan di pahami oleh kita semua (Pembaca).

Hasil gambar untuk Images Papua Merdeka Walpaper



PEMBUNUHAN DAN MUTILASI WARGA SIPIL PAPUA

Pembunuhan Dan Mutilasi 4 Warga Sipil  Pembunuhan dan Mutilasi  4 Warga Sipil di Timika adalah kejahatan kemanusiaan, segera tangkap dan Adi...