Kamis, 07 Desember 2017

Kesadaran Model Apatis Atas Mahasiswa Papua

KESADARAN MODEL APATIS ATAS MAHASISWA PAPUA

Oleh: Arnold Ev. Meaga

Mahasiswa Papua Yang Apatis

Kehidupan Mahasiswa pada umumnya berada di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Oleh sebab itu peran daripada mahasiswa tersebut sangat fundamental atas keadaan dan kondisi destruktif yang biasa di alami oleh masyarakat yang ada. Makanya mahasiswa sering atau biasanya di sebut sebagai agen perubahan terhadap keadaan sosial budaya. Oleh karenaNya saat ini kita (Mahasiswa Papua) tentunya mengetahui keadaan, kondisi dan situasi di tanah air west Papua itu sendiri seperti apa saat ini situasinya dan statusnya pula. Sebab kondisi sosial budaya atas Papua itu sendiri tidak berada dalam keadaan baik-baik saja dan aman-aman saja, oleh karena itu yang mengklaim bahwa Papua itu baik-baik saja dan aman-aman saja ialah mereka kelompok atau golongan konservatif pemerintah colonialisme (Indonesia) dan mereka kelompok borjuasi local (Papua) yang sedang berdomisili dan bersenang-senag di atas penderitaan batin dan fisik serta kucuran darah rakyat bangsa West Papua. Oleh karena itu kita (Mahasiswa Papua) pada hakikatnya sudah mengetahui kenyataan sosial atas Papua itu sendiri, namun kita masi saja bersikap tidak peduli dan malas tau (Apatis)  dengan keadaan serupa maka, hal tersebut hanya akan berdampak pada memperpanjangkan penjajahan kolonialisme (Indonesia) atas Papua, perbudakan, pembunuhan dan sejenisnya. Dan pada akhirnya kita akan sampai pada pemusnahan etnis Melanesia atas kita orang-orang Papua itu sendiri, itu sedang.

Dalam hal ini perlunya untuk kita (Mahasiswa Papua) sadari bahwa kolonialisme (Indonesia) tidak akan pernah menciptakan kemakmuran, kedamaian, kesejahteraan, pendidikan yang layak, kesehatan yang baik dan lain sebagainya terhadap bangsa yang sedang dijajah oleh kolonialisme tersebut, sebab kolonialisme (Indonesia) hanya akan menciptakan dan memproduksi ketidak adilan, ketidak damaian, ketidak makmuran, konflik antara etnis Papua yang ada, memproduksi minuman keras dalam kemasan tertentu buat orang-orang Papua, dan sejenisnya, bahkan kematian atas orang-orang Papua pun akan pula di ciptakan sedemikian rupa dengan cara-cara yang wajar melalui kesehatan, makanan dalam kemasan tertentu buat orang-orang Papua, tabrak lari terhadap orang-orang Papua yang sudah menjadi kebiasaan intelijen colonial di Papua, uang yang di hamburkan untuk orang-orang Papua dalam jumlah yang begitu besar dan lain-lain. oleh sebab itu singkatnya kolonialisme (Indonesia) menciptakan dan memproduksi sifat dan kondisi destruktif terhadap bangsa (West Papua) yang sedang di kuasai olehnya si kolonialisme tersebut.

Intinya kita (Mahasiswa Papua) menyadari dan sadar dengan keadaan dan kondisi di tanah Air West Papua itu sendiri. dan buanglah sifat dan sikap apatis itu atas diri anda sendiri dan mulailah libatkan diri mu dalam kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan hal-hal kemanusiaan dan kebenaran, dengan begitu anda sudah dapat menyelamatkan nasip dan masa depan rakyat bangsa Papua dari ancaman genosida pada khususnya, dan pada umumnya anda sudah pula menyelamatkan manusia lainnya dari ketertindasan dan ketidak adilan yang mereka alami. Oleh karenanya kita (Mahasiswa Papua) tidak harus takut jika kita berada pada posisi yang benar.

Mahasiswa Papua AnakNya Borjuasi Local (Papua)

Borjuis (kata sifat: borju) dalam sosiologi dan ilmu politik menggambarkan berbagai kelompok di seluruh sejarah. Dalam dunia Barat, di antara akhir abad pertengahan dan saat sekarang, kaum borjuis adalah sebuah kelas sosial dari orang-orang yang dicirikan oleh kepemilikan modal dan kelakuan yang terkait dengan kepemilikan tersebut. Mereka adalah bagian dari kelas menengah atau kelas pedagang, dan mendapatkan kekuatan ekonomi dan sosial dari pekerjaan, pendidikan, dan kekayaan. Hal ini dibedakan dari kelas sosial yang kekuasaannya didapat dari lahir di dalam sebuah keluarga aristokrat pemilik tanah yang bergelar, yang diberikan hak feodal istimewa oleh raja/monarki. Kaum Borjuis muncul di kota-kota yang ada di akhir zaman feodal dan awal zaman modern, melalui kontrol perdagangan jarak jauh dan manufaktur kecil. Kata borjuis dan borju berasal dari bahasa Perancis, yang berarti "penghuni-kota" (dari Bourg, bdk. Bahasa Jerman Burg).

Marxisme mendefinisikan borjuis sebagai kelas sosial yang memiliki alat-alat produksi dalam masyarakat kapitalis. Marxisme memandang bahwa kelompok ini muncul dari kelas-kelas orang kaya di perkotaan pada masa pra- (sebelum) dan awal masyarakat kapitalis. Dalam masyarakat kapitalis kontemporer, istilah borjuis dapat merujuk pada kelas menengah, menengah atas, dan / atau gaya hidup dan nilai-nilai mereka. Istilah ini mempunyai konotasi kuat yang maksudnya "budaya ruang duduk yang pasif" dalam konteks Eropa. Borjuis sering merujuk pada kelakuan menyendiri dan konservatif secara sosial yang disertai adat menganggur dari orang kaya baru.

Dengan indikator gambaran umum di atas dapatlah kita pahami dan mengetahui apa itu borjuasi, dalam hal ini kebanyakan mahasiswa Papua yang tergolong dalam anak-anaknya kaum borjuasi local (Papua) pada hakikatnya, naluri mereka, nalar mereka dan sampai dengan sifat serta sikap mereka atas kenyataan sosial di Papua seakan semua berada dalam keadaan baik-baik saja begitulah asumsi mereka, berhubung mereka sendiri pun hidup dalam keadaan baik-baik saja dan serba berkelimpahan. Mahasiswa model seperti ini tingkat kesadarannya sangatlah minim (sedikit) bahkan tidak ada sama sekali, sebab mahasiswa yang terdiri dari anak-anaknya kaum borjuasi local (Papua) tersebut secara empiris mereka lebih mengutamakan hal-hal yang berbau kenikmatan (Hedonisme) atas diri mereka sendiri tanpa kepedulian mereka terhadap persoalan kemanusiaan yang sedang terjadi. Ada juga anak-anaknya si borjuasi local (Papua) yang sadar akan kenyataan sosial atas Papua itu sendiri, namun itu hayalah satu atau dua orang, sebagian besar di antaranya semuanya sudah di matikan nalurinya, nalarnya oleh inspirasi kenikmatan atas dirinya sendiri. Dengan ini hendaknya kita (Mahasiswa Papua anaknya kaum borjuasi local) insaf dari sikap kita dan cara ketidak pedulian kita terhadap kenyataan sosial yang sedang terjadi di Papua pada khususnya, dan pada umumnya di mana tempat keberadaan kita menuntut ilmu pengetahuan (Kulia) di manapun itu.

Sadar Dan Bersikap Apatis

Kita (Mahasiswa Papua) pada hakikatnya sadar dengan keadaan dan kondisi kenyataan sosial yang ada, apa lagi kenyataan sosial atas Papua pasti dan jelas semua mahasiswa Papua mengetahui hal tersebut di manapun keberadaan kita. Namun ketika tarjadi kejahatan kemanusiaan di Papua kita (Mahasiswa Papua) diam saja, dan bersikap apatis walaupun hal tersebut sudah diketahui oleh kita (Mahasiswa Papua). Ini yang di maksud dengan sadar dengan kenyataan sosial namun dalam menyikapi hal tersebut tak dapat pula di implementasikan oleh kita (Mahasiswa Papua) hal ini fakta dan sedang terjadi atas kita.

Saatnya Buang Sikap Apatis Dari Diri Kita (Mahasiswa Papua)

Saatnya buang sikap apatis oleh kita (Mahasiswa Papua), sebab jika kita memelihara sifat apatis dalam diri kita maka, sama halnya kita menciptakan perpanjangan penindasan dan perbudakan yang di implementasikan oleh penguasa atas kita (Mahasiswa Papua) dan seluruh rakyat bangsa West Papua. Saat ini saatnya untuk kita sadar dengan keadan dan kondisi kenyataan sosial di Papua itu sendiri, bahwa bumi Papua serta isinya tidak berada dalam keadaan baik-baik saja. oleh sebab itu pentingnya untuk kita buang jau-jau sikap apatis kita, dan sekarang kita berpikir untuk bagaimana membebaskan rakyat bangsa West Papua dari ketertindasa yang sedang di alami oleh kita, yang mana hal ketertindasan dalam hal politik, ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya yang sedang di implementasikan oleh kolonialisme (Indonesia), melalui penjajahan atas bumi Papua itu sendiri. (HANYA BUTU KESADARAN ATAS DIRI KITA MAHASISWA PAPUA SEBAGAI KAUM YANG BERINTELEKTUAL).


Sumber Referensi:

https://id.wikipedia.org/wiki/Borjuis.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBUNUHAN DAN MUTILASI WARGA SIPIL PAPUA

Pembunuhan Dan Mutilasi 4 Warga Sipil  Pembunuhan dan Mutilasi  4 Warga Sipil di Timika adalah kejahatan kemanusiaan, segera tangkap dan Adi...