KESADARAN MODEL APATIS ATAS
MAHASISWA PAPUA
Oleh: Arnold Ev. Meaga
Mahasiswa Papua Yang Apatis
Kehidupan
Mahasiswa pada umumnya berada di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Oleh sebab
itu peran daripada mahasiswa tersebut sangat fundamental atas keadaan dan
kondisi destruktif yang biasa di alami oleh masyarakat yang ada. Makanya
mahasiswa sering atau biasanya di sebut sebagai agen perubahan terhadap keadaan
sosial budaya. Oleh karenaNya saat ini kita (Mahasiswa Papua) tentunya
mengetahui keadaan, kondisi dan situasi di tanah air west Papua itu sendiri
seperti apa saat ini situasinya dan statusnya pula. Sebab kondisi sosial budaya
atas Papua itu sendiri tidak berada dalam keadaan baik-baik saja dan aman-aman
saja, oleh karena itu yang mengklaim bahwa Papua itu baik-baik saja dan
aman-aman saja ialah mereka kelompok atau golongan konservatif pemerintah colonialisme
(Indonesia) dan mereka kelompok borjuasi local (Papua) yang sedang berdomisili
dan bersenang-senag di atas penderitaan batin dan fisik serta kucuran darah
rakyat bangsa West Papua. Oleh karena itu kita (Mahasiswa Papua) pada hakikatnya
sudah mengetahui kenyataan sosial atas Papua itu sendiri, namun kita masi saja bersikap
tidak peduli dan malas tau (Apatis) dengan
keadaan serupa maka, hal tersebut hanya akan berdampak pada memperpanjangkan
penjajahan kolonialisme (Indonesia) atas Papua, perbudakan, pembunuhan dan
sejenisnya. Dan pada akhirnya kita akan sampai pada pemusnahan etnis Melanesia atas kita orang-orang Papua itu sendiri, itu sedang.
Dalam
hal ini perlunya untuk kita (Mahasiswa Papua) sadari bahwa kolonialisme
(Indonesia) tidak akan pernah menciptakan kemakmuran, kedamaian, kesejahteraan,
pendidikan yang layak, kesehatan yang baik dan lain sebagainya terhadap bangsa
yang sedang dijajah oleh kolonialisme tersebut, sebab kolonialisme (Indonesia)
hanya akan menciptakan dan memproduksi ketidak adilan, ketidak damaian, ketidak
makmuran, konflik antara etnis Papua yang ada, memproduksi minuman keras dalam
kemasan tertentu buat orang-orang Papua, dan sejenisnya, bahkan kematian atas
orang-orang Papua pun akan pula di ciptakan sedemikian rupa dengan cara-cara
yang wajar melalui kesehatan, makanan dalam kemasan tertentu buat orang-orang
Papua, tabrak lari terhadap orang-orang Papua yang sudah menjadi kebiasaan
intelijen colonial di Papua, uang yang di hamburkan untuk orang-orang Papua
dalam jumlah yang begitu besar dan lain-lain. oleh sebab itu singkatnya
kolonialisme (Indonesia) menciptakan dan memproduksi sifat dan kondisi
destruktif terhadap bangsa (West Papua) yang sedang di kuasai olehnya si
kolonialisme tersebut.
Intinya
kita (Mahasiswa Papua) menyadari dan sadar dengan keadaan dan kondisi di tanah
Air West Papua itu sendiri. dan buanglah sifat dan sikap apatis itu atas diri
anda sendiri dan mulailah libatkan diri mu dalam kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan hal-hal kemanusiaan dan kebenaran, dengan begitu anda sudah
dapat menyelamatkan nasip dan masa depan rakyat bangsa Papua dari ancaman
genosida pada khususnya, dan pada umumnya anda sudah pula menyelamatkan manusia
lainnya dari ketertindasan dan ketidak adilan yang mereka alami. Oleh karenanya
kita (Mahasiswa Papua) tidak harus takut jika kita berada pada posisi yang benar.
Mahasiswa Papua AnakNya Borjuasi
Local (Papua)
Borjuis
(kata sifat: borju) dalam sosiologi dan ilmu politik menggambarkan berbagai
kelompok di seluruh sejarah. Dalam dunia Barat, di antara akhir abad
pertengahan dan saat sekarang, kaum borjuis adalah sebuah kelas sosial dari
orang-orang yang dicirikan oleh kepemilikan modal dan kelakuan yang terkait
dengan kepemilikan tersebut. Mereka adalah bagian dari kelas menengah atau
kelas pedagang, dan mendapatkan kekuatan ekonomi dan sosial dari pekerjaan,
pendidikan, dan kekayaan. Hal ini dibedakan dari kelas sosial yang kekuasaannya
didapat dari lahir di dalam sebuah keluarga aristokrat pemilik tanah yang
bergelar, yang diberikan hak feodal istimewa oleh raja/monarki. Kaum Borjuis
muncul di kota-kota yang ada di akhir zaman feodal dan awal zaman modern,
melalui kontrol perdagangan jarak jauh dan manufaktur kecil. Kata borjuis dan
borju berasal dari bahasa Perancis, yang berarti "penghuni-kota"
(dari Bourg, bdk. Bahasa Jerman Burg).
Marxisme mendefinisikan borjuis sebagai kelas sosial yang memiliki alat-alat produksi dalam masyarakat kapitalis. Marxisme memandang bahwa kelompok ini muncul dari kelas-kelas orang kaya di perkotaan pada masa pra- (sebelum) dan awal masyarakat kapitalis. Dalam masyarakat kapitalis kontemporer, istilah borjuis dapat merujuk pada kelas menengah, menengah atas, dan / atau gaya hidup dan nilai-nilai mereka. Istilah ini mempunyai konotasi kuat yang maksudnya "budaya ruang duduk yang pasif" dalam konteks Eropa. Borjuis sering merujuk pada kelakuan menyendiri dan konservatif secara sosial yang disertai adat menganggur dari orang kaya baru.
Marxisme mendefinisikan borjuis sebagai kelas sosial yang memiliki alat-alat produksi dalam masyarakat kapitalis. Marxisme memandang bahwa kelompok ini muncul dari kelas-kelas orang kaya di perkotaan pada masa pra- (sebelum) dan awal masyarakat kapitalis. Dalam masyarakat kapitalis kontemporer, istilah borjuis dapat merujuk pada kelas menengah, menengah atas, dan / atau gaya hidup dan nilai-nilai mereka. Istilah ini mempunyai konotasi kuat yang maksudnya "budaya ruang duduk yang pasif" dalam konteks Eropa. Borjuis sering merujuk pada kelakuan menyendiri dan konservatif secara sosial yang disertai adat menganggur dari orang kaya baru.
Dengan
indikator gambaran umum di atas dapatlah kita pahami dan mengetahui apa itu
borjuasi, dalam hal ini kebanyakan mahasiswa Papua yang tergolong dalam
anak-anaknya kaum borjuasi local (Papua) pada hakikatnya, naluri mereka, nalar
mereka dan sampai dengan sifat serta sikap mereka atas kenyataan sosial di
Papua seakan semua berada dalam keadaan baik-baik saja begitulah asumsi mereka, berhubung mereka
sendiri pun hidup dalam keadaan baik-baik saja dan serba berkelimpahan. Mahasiswa
model seperti ini tingkat kesadarannya sangatlah minim (sedikit) bahkan tidak
ada sama sekali, sebab mahasiswa yang terdiri dari anak-anaknya kaum borjuasi local
(Papua) tersebut secara empiris mereka lebih mengutamakan hal-hal yang berbau
kenikmatan (Hedonisme) atas diri mereka sendiri tanpa kepedulian mereka
terhadap persoalan kemanusiaan yang sedang terjadi. Ada juga anak-anaknya si
borjuasi local (Papua) yang sadar akan kenyataan sosial atas Papua itu sendiri,
namun itu hayalah satu atau dua orang, sebagian besar di antaranya semuanya sudah di matikan
nalurinya, nalarnya oleh inspirasi kenikmatan atas dirinya sendiri. Dengan ini
hendaknya kita (Mahasiswa Papua anaknya kaum borjuasi local) insaf dari sikap kita
dan cara ketidak pedulian kita terhadap kenyataan sosial yang sedang terjadi di
Papua pada khususnya, dan pada umumnya di mana tempat keberadaan kita menuntut
ilmu pengetahuan (Kulia) di manapun itu.
Sadar Dan Bersikap Apatis
Kita
(Mahasiswa Papua) pada hakikatnya sadar dengan keadaan dan kondisi kenyataan
sosial yang ada, apa lagi kenyataan sosial atas Papua pasti dan jelas semua
mahasiswa Papua mengetahui hal tersebut di manapun keberadaan kita. Namun ketika
tarjadi kejahatan kemanusiaan di Papua kita (Mahasiswa Papua) diam saja, dan
bersikap apatis walaupun hal tersebut sudah diketahui oleh kita (Mahasiswa
Papua). Ini yang di maksud dengan sadar dengan kenyataan sosial namun dalam
menyikapi hal tersebut tak dapat pula di implementasikan oleh kita (Mahasiswa
Papua) hal ini fakta dan sedang terjadi atas kita.
Saatnya Buang Sikap Apatis Dari
Diri Kita (Mahasiswa Papua)
Saatnya
buang sikap apatis oleh kita (Mahasiswa Papua), sebab jika kita memelihara
sifat apatis dalam diri kita maka, sama halnya kita menciptakan perpanjangan
penindasan dan perbudakan yang di implementasikan oleh penguasa atas kita
(Mahasiswa Papua) dan seluruh rakyat bangsa West Papua. Saat ini saatnya untuk
kita sadar dengan keadan dan kondisi kenyataan sosial di Papua itu sendiri,
bahwa bumi Papua serta isinya tidak berada dalam keadaan baik-baik saja. oleh
sebab itu pentingnya untuk kita buang jau-jau sikap apatis kita, dan sekarang
kita berpikir untuk bagaimana membebaskan rakyat bangsa West Papua dari
ketertindasa yang sedang di alami oleh kita, yang mana hal ketertindasan dalam
hal politik, ekonomi, sosial budaya dan lain sebagainya yang sedang di
implementasikan oleh kolonialisme (Indonesia), melalui penjajahan atas bumi
Papua itu sendiri. (HANYA BUTU KESADARAN
ATAS DIRI KITA MAHASISWA PAPUA SEBAGAI KAUM YANG BERINTELEKTUAL).
Sumber Referensi:
https://id.wikipedia.org/wiki/Borjuis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar