Senin, 23 September 2019

Monyet Papua Tidak Bisa Hidup Bersama Manusia Indonesia

MONYET PAPUA TIDAK BISA HIDUP BERSAMA MANUSIA INDONESIA

Oleh: Arnold Ev. Meaga

Tuhan Sebagai Penguasa Bumi
Segala sesuatu tentang alam semesta tidak terbentuk dengan sendirinya ataupun secara alamiah (natural), alam semesta itu terbentuk dengan sendirinya yang hingga saat ini mahluk hidup yang namanya manusia, hewan, tumbuhan dan lain sebagainya bisa ada sebagaimana mestinya saat ini. Dalam kitab suci umat kristiani telah menerangkan bahwa Tuhan sebagai sang pencipta segala sesuatu yang ada di muka bimi yang sedang manusia pijaki ini. Dalam kitap suci kejadian pasal ke-1 dan ayat yang ke-1 telah berfirman bahwa tuhan menciptakan langit, bumi, dan manusia sesuai dengan bentuk dan rupah Tuhan Allah itu sendiri.

Manusia dan Monyet
Perlu kita membedakan antara makluk hidup yang terdiri dari hewan dan manusia yang sama-sama hidup dalam bumi ini. Kembali lagi saya merujuk pada kitab suci bahwa Tuhan menciptakan manusia sesuai dengan rupah Tuhan itu sendiri, dan tentunya hewan adalah makluk hidup yang diciptakan oleh Tuhan yang pada hakikatnya tidak sama dengan makluk manusia. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan sangat sempurna sebagai makluk yang dapat berpikir secara rasional sedangkan binatang adalah makluk ciptaan Tuhan yang tidak dapat berpikir layaknya makluk manusia. Oleh karena itu, makluk manusia adalah makluk hidup yang sangat sempurna daripada makluk lainnya yang diciptakan oleh Tuhan tersebut. Sehingga manusia adalah makluk hidup yang tak mestinya disamakan dengan makluk yang namanya binatang.

Manusia Papua Adalah Manusia
Monyet Papua Harus Hidup Sendiri
Perlu untuk diakui saja bahwa Binatang tak bisa hidup bersama manusia dalam satu rumah yang sama. Sebab, aktivitas binatang, makanan binatang, tempat tidur binatang dan sterusnya tidaklah sama dengan makluk yang namanya manusi. Karena itu, selama integrasi Bangsa Papua Barat pada 1 Mei 1963 masuk dalam bingkai NKRI hingga saat ini adalah telah terjadi kesalahan dalam mengintegrasikan Papua Barat masuk ke Indonesia ini sendiri. Karena selama integrasi Papua berlangsung sejak tahun 60an tersebut orang Papua dianggap sebagai binatang monyet yang sedang hidup bersama manusia Indonesia. Oleh karena itu jika orang Papua yang dianggap binatang monyet tersebut ingin menentukan nasipnya sendiri dan dirikan rumahnya sendiri sebagai bangsa monyet maka itu sebagai haknya malkuk hidup yang berhak menentukan masa depannya sendiri. Oleh sebab itu, manusia Indonesia sebagai manusia yang rasional mestinya biarkan binatang monyet menentukan nasipnya sendiri. Menentukan nasip sendiri bagi bangsa Papua Barat adalah solusi untuk bagaimana bebas dan terhindar dari berbagai macam belenggu diskriminasi terutama diskriminasi rasial tersebut yang oleh bangsa Indonesia terhadap bangsa Papua Barat.

Papua Monyet dan Indonesia Manusia
Orang Papua dan orang Indonesia adalah sama-sama sebagai makluk hidup yang memiliki organ tubuh yang samah yang terdiri dari daging, tulang, nalar, insting, kaki, tangan dan lain-lain. Yang berbeda dari kedua manusia Papua dan Indonesia adalah ras, etnik, bahasa dan kebudayaan (kultur). Tetapi manusia tetaplah manusia, manusia tak bisa berubah wujud menjadi binatang, begitupun binatang tak dapat berubah wujud menjadi manusia. Manusia dapat dirubah wujudnya layaknya binatang hanya bisa direalisasikan melalui mekansme relasi dan sebutan-sebutan secara spontan oleh manusia lain terhadap manusia lainnya. Tetapi secara nyata manusia tak dapat dirubah wujudnya menjadi binatang dan sejenisnya. Oleh karena itu bahwa, di amata Tuhan orang Papua adalah manusia yang sempurna dan bukan binatang. Dimata Tuhan binatang adalah tetap binatang sedangkan manusia Papua dimata Tuhan tetap sebagai manusia yang sempurna. Tetapi dalam hal ini bahwa, manusia Papua yang diciptakan oleh Tuhan dengan sangat sempurna tersebut dimata manusia Indonesia adalah sebagai binatang yang namanya Monyet (manusia hutan/kera). Memang yang paling esensialnya seperti itu adanya bahwa dimata manusia Indonesia terhadap orang Papua adalah sebagai makluk manusia monyet yang sedang hidup bersama manusia Indonesia ini sendiri. Ketika manusia Indonesia menyebut manusia Papua sebagai monyet maka ini yang namanya diskriminasi rasialisme oleh Indonesia terhadap orang Papua.

Monyet Papua Harus Hidup Sendiri
Perlu untuk diakui saja bahwa Binatang tak bisa hidup bersama manusia dalam satu rumah yang sama. Sebab, aktivitas binatang, makanan binatang, tempat tidur binatang dan sterusnya tidaklah sama dengan makluk yang namanya manusi. Karena itu, selama integrasi Bangsa Papua Barat pada 1 Mei 1963 masuk dalam bingkai NKRI hingga saat ini adalah telah terjadi kesalahan dalam mengintegrasikan Papua Barat masuk ke Indonesia ini sendiri. Karena selama integrasi Papua berlangsung sejak tahun 60an tersebut orang Papua dianggap sebagai binatang monyet yang sedang hidup bersama manusia Indonesia. Oleh karena itu jika orang Papua yang dianggap binatang monyet tersebut ingin menentukan nasipnya sendiri dan dirikan rumahnya sendiri sebagai bangsa monyet maka itu sebagai haknya malkuk hidup yang berhak menentukan masa depannya sendiri. Oleh sebab itu, manusia Indonesia sebagai manusia yang rasional mestinya biarkan binatang monyet menentukan nasipnya sendiri. Menentukan nasip sendiri bagi bangsa Papua Barat adalah solusi untuk bagaimana bebas dan terhindar dari berbagai macam belenggu diskriminasi terutama diskriminasi rasial tersebut yang oleh bangsa Indonesia terhadap bangsa Papua Barat.

Pejabat Papua Adalah Monyet
Ke-insafan para pejabat Papua tak akan pernah ada selama mereka masih tetap menjadi pelayan setia pemerintah Jakrta. Rakyat Bangsa Papua Barat menyebut pemerintah Jakarta adalah kolonialisme yang senantiasa sedang menjajah bangsa Papua Barat. Sehingga dalam hal ini bahwa, para pejabat yang terdiri dari Gubernur Papua, Bupati Papua, DPRP, MRP, Camat dan lain-lain kiranya perlu untuk anda insaf bahwa anda adalah binatang Monyet. Ketika sebutan monyet ditujukan kepada rakyat bangsa Papua Barat maka itu ditujukan kepada anda sebagai pejabat Papua yang adalah manusia Papua itu sendiri. Karena itu, akan lebih baik dan bijaksana ketika anda sebagai pejabat Papua dapat merespon sebutan monyet terhadap anda dengan cara melepaskan garuda milik manusia Indonesia yang sedang anda pikul itu. Sederhananya bahwa jika binatang disiksa secara terus-menerus maka ia akan lari dari siksaan yang menyiksa tersebut. Oleh karena itu, jika anda mempunyai kesadaran sebagai manusia yang mempunyai harga diri dan harkat yang harus dihargai maka, dengan cara yang terhormat sudah saatnya anda melepaskan garuda dan menjadi pemimpin rakyat bangsa Papua Barat yang berjuang untuk menentukan nasip sendiri sebagai solusi bagi bangsa Papua Barat.

Penutup
Kita tahu bahwa Indonesia bagi bangsa Papua Barat adalah kolonialisme yang sedang menjajah bangsa Papua Barat dari barbagai macam aspek. Bangsa Papua Barat yang telah terintegrasi dengan Indonesia ini pada hakikatnya memiliki indikasi sejarah integrasi Papua yang notabenenya sangat berfitra timpang absolut. Keberadaan Papua dalam bingkai NKRI adalah ilegal dan bukan legal. Pencaplokan Papua diimplementasikan dengan cara yang tidak sah pada 1962, perjanjian Now York 1962 yang disusun secara sepihak oleh Amerika Serikat (AS) yang didalamnya ada kepentingan ekonomi politik (ekopol), perjanjian Roma 1962 yang dilakukan oleh Indonesia, Belanda dan Amerika Serikat (AS) secara sepihak tanpa keterlibatan orang-orang Papua yang mempunyai hak berbicara, dan Penentuan pendapat rakyat (pepera) pada 1969 yang tidak adil dalam implementasinya. Teranglah sudah bahwa kehidupan bangsa Papua bersama indonesia legalitasnya perlu untuk diklarifikasi sebagaimana mestinya agar tak ada lagi permusuhan dan konfrontasi antara Indonesia dan Papua tersebut. Jika integrasi Papua Barat ada yang salah maka harus dibenarkan. Dan yang harus dibenarkan oleh pemerintah Indonesia atas Papua Barat adalah pemerintah harus membiarkan bangsa Papua Barat menentukan nasipnya sendiri atau mengakui kemerdekaan Papua Barat yang telah dideklarasikan oleh bangsa Papua Barat pada 1 Desember 1961 tersebut.

           SUMBER GAMBA DARI GOOGLE

PEMBUNUHAN DAN MUTILASI WARGA SIPIL PAPUA

Pembunuhan Dan Mutilasi 4 Warga Sipil  Pembunuhan dan Mutilasi  4 Warga Sipil di Timika adalah kejahatan kemanusiaan, segera tangkap dan Adi...