Jumat, 20 Oktober 2017

Tuhan Tidak Menjawab Aspirasi Suatu Bangsa




TUHAN TIDAK MENJAWAB PERMOHONAN ASPIRASI  SUATU BANGSA

Oleh: Arnold Ev. Meaga

Tuhan Sebagai Penyelamat
Semua umat manusia yang ada dalam perut bumi ini terdiri dari berbagai macam golongan Etnis dan Ras yang heterogen. Demikian juga dari sekian Etnis dan Ras yang ada, memiliki pula sang penyelamatNya (Pahlawan) masing-masing atas etnis dan ras itu sendiri. Yang saya (Penulis) maksudkan penyelamat ialah dalam satu bangsa dan Negara tentuNya kelas etnis dan ras yang heterogen  tergabung menjadi satu kesatuan dalam satu wadah yaitu Negara itu sendiri. Bangsa dan Negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI) juga memiliki seorang penyelamat yang sama seperti Yesus Kristus (Tuhan), yakni tidak lain tidak bukan ialah Soekarno sang penyelamat Bangsa Indonesia, serta kawan-kawanNya. “(Kawan-kawan Soekarno dapatlah kita asumsikan saja sebagai murit-muritNya Soekarno itu sendiri, seperti murit-murit Yesus pula)”. Demikian seterusNya bangsa-bangsa lainnya yang berdomisili dalam perut bumi inipun memiliki pula penyelamatNya masing-masing.

Yesus Kristus adalah pejuang revolusionerNya bangsa Israel setelah pendahuluNya Nabi Mussa yang membebaskan dan membawa bangsa Israel keluar dari perbudakan, penindasan oleh bangsa Mesir. Dan dalam ajaran-ajaran tentang penyelamatan yang di implementasikan oleh Yesus Kristus (Tuhan) serta murid-muridNya, dapatlah di adopsi oleh seluruh umat manusia yang ada di dunia ini melalui gagasan-gagasan (Provesi) Yesus Kristus (Tuhan), yang telah di tuangkan melalui catatan-catatan yang telah di tulis oleh mirid-muritNya dalam buku-buku kehidupan yang ada sampai saat ini (Alkitab). Namun buku kehidupan  (Alkitab) itu sendiri ialah jalan dan cerita sejarahNya bangsa Israel, sama halnya dengan catatan-catatan sejarahNya bangsa-bangsa yang ada di dunia ini.

Bangsa Tertindas Yang Berharap
Dalam hal ketertindasan, tentunya bangsa yang lemah akan di taklukan dan di kuasai oleh bangsa yang kuat dan yang kuat akan semakin kuat pula, demikian sebalikNya yang lemah akan semakin  bertamba lemah, dan pada akhirNya yang lemah akan di perbudaki, di tindas pula dalam segala aspek kehidupan bangsa yang lemah (Tertindas) itu sendiri. Pada saat penjajahan bangsa Inggris atas Bangsa Afrika, gereja dan ajaran Yesus Kristus (Tuhan) di gunakan oleh bangsa penjajah (Inggris) sebagai obat penenag dan pengikat bangsa tertindas oleh bangsa penindas, agar bangsa yang di tindas tidak dapat pula melawan bangsa penindas. Jadi agama mengajarkan tentang suatu dokrin agar bangsa yang tertindas tidak dapat pulah melawan pemerintahan bangsa penindas pada saat itu atas bangsa yang di tindas itu sendiri.

Jika saja kaum bangsa yang di tindas hendakNya mengimplementasikan perlawanan atas pemerintahan penindas yang ada, maka agama akan mengancam bangsa tertindas dengan senjata Surga dan Neraka. Namun pada hakikatNya keberadaan surga dan neraka itu belum bisa di pastikan dan di buktikan pula secara nyata oleh agama itu sendiri. Ada satu kutipan dari seorang persiden Venesuela Hugo Chaves bahwa “kenapa manusia tidak mau ciptakan surga di bumi ..?” dengan kutipan Hugo Chaves di atas, dapatlah kita renugkan bahwa pada hakikatNya surga dan neraka itu memang benar tidak ada, “(Embun Mistik begitulah kata Lenin terkait surga dan neraka itu sendiri)”. Antara surga dan neraka itu, dapatlah di ciptakan di dunia ini oleh umat manusia yang ada, sebab setelah kematian akan adanya kehidupan atau tidak belum dapatlah di buktikan secara material (Nyata) oleh siapapun, sebab tidak ada satupun seorang manusia yang mati lalu datang mengajak manusia yang masi hidup untuk dapat menunjukan bahwa setela mati nanti akan ada tempat lagi yang baru, seperti yang biasaNya di asumsikan oleh agama-agama yang ada yaitu Surga dan Neraka itu sendiri.

Namun karena sangat ampuh dan jitu pula dokrinan agama atas umat manusia pada umumNya dan pada khususNya bangsa yang berada dalam keadaan, kondisi serta situasi tertindas, hanya dan akan menunggu suatu keajaiban, mujisat dan sejenisNya (Berharap) kepada sang penyelamat itu sendiri (Tuhan), dari belenggu penindasan yang sedang di alami oleh bangsa terjajah itu pula. Ada satu kutipan dari Prof.,Dr. Nurchoiliz Madjit 1997 bahwa “Tuhan tidak akan merubah nasip suatu kaum, jika kaum itu tidak berusaha untuk mengubahnya sendiri, jika Tuhan menghendakiNya jangankan elit global alam semestapun akan rutuh”. Namun kenyataan lapangan mengatakan lain untuk bangsa terjajah dan tertindas, mereka bangsa tertindas akan dan selalu di paksakan untuk menjadi manusia yang tukang berharap dan tergantung pada bangsa penjaja, untuk memberikan kebebasan bagi mereka bangsa tertindas. Namun apa yang di harapkan dan di cita-citakan oleh bangsa tertindas tersebut tidak akan pernah tercapai jika bangsa tertindas tersebut terus berharap akan hal keajaiban, mujisat dan lain-lain tanpa kerja dan berusaha agar tercapai ideal yang di harapkan oleh bangsa tertindas itu sendiri, atas bangsa penindas (Penjajah).

Agama Konservatif Atas Bangsa Tertindas
Penjajahan Negara sentral yang di implementasikan atas sutu wilayah/daerah koloniNya, sangat tergantung pula pada angkatan bersenjata, hukum, Agama dan lain-lain. Namun di sini saya (Penulis) akan batasi untuk membahas dan menguraikan yang lain-lain, saya hanya akan menguraikan sedikit tentang konservatifnya agama itu sendiri. Dalam hal ini, negara sentral ketergantuganNya atas agama sangat besar karena agama sendiri memainkan peran yang sangat fundamental atas umat manusia yang ada.

Jika agama dan negara dapat berkolaborasi, maka negara sentral dapat mengendalikan semua etnis yang ada di semua wilayah/daerah yang sedang di koloni oleh negara sentral itu sendiri, dengan menggunakan senjata agama yang ada di semua wilayah/daerah yang di koloni tersebut. Jadi dalam hal ini agama akan mengutamakan tujuan dan kepentingan negara sentral dalam mengagitasikan serta mengimplementasikan suatu dokrin atas semua kelas kasta yang berada pada wilayah/daera dalam keadaan terjajah itu, agar semua kelas kasta itu tetap berada dalam keadaan patuh (Tidak melawan) terhadap pemerintahan negara sentral. Hal inilah yang di ingini oleh penguasa negara sentral atas wilayah/daerah koloniNya yang ada. Dengan demikian seluruh rakyat yang mendengarkan serta turut dan patuh pada suara agama-agama konservatif, maka rakyat tersebut akan hanya menjadi objek penindasan dan tidak akan pernah pula terjadi suatu revolusi atas rakyat tertindas itu sendiri.

Agama Yang Membebaskan Rakyat Tertindas
Pada hakikatNya peran fundamental agama itu sendiri ialah memberikan ajaran (Dokrin) tentang perfeksionisme, egaliatarianisme, humanisme serta ajaran-ajaran tentag cinta kasi antar sesama, keadilan yang merata dan lain-lain. Agar terciptaNya dunia dalam keadaan yang bebas dari segala konfigurasi pertentangan dan sifat destruktif dari semua umat manusia yang ada di bumi ini. Demikian hal serupa inilah yang di inginkan oleh sang Khalik itu sendiri atas umat manusia yang ada pula. Tetapi bagi agama kenservatif itu sudah bukan lagi agama melainkan agama yang berpolitik tentang hedonisme, partikularisme serta menjaga dan memuluskan kepentingan kaum oligarki semata, dan lain-lain. Namun agama dalam mengambil peran sebagai penyelamat rakyat tertindas telah terbukti secara nyata atas dunia ini, ialah negara-negara Amerika Latin. Agama mengambil peran yang sangat fundamental atas seluruh rakyat Amerika Latin dalam rangka membebaskan diri rakyat yang sedang berada dalam kebohongan pemerintah (Penindas) yang kejam.

Namun tanpa peran penting agama rakyat tidak akan tau dan mengetahui yang sebenarNya kondisi, kedaan dan situasi mereka yang mana sedang berada dalam keadaan terjajah dan tertindas. Oleh sebab itu tokoh-tokoh agama (Pendeta, Pastor, uskup, Majelis dan sejenisNya) yang memberikan dokrin tentang keadaan yang sebenarnya atas rakyat tertindas itu sendiri patut di muliakan dan di apresiasi setinggi-tingginya. Dan hal serupa yang di implementasikan oleh tokoh-tokoh agama asal Amerika Latin itu, hendaknya patut untuk dapat di tiru oleh tokoh-tokoh agama lainnya yang ada pula di dunia ini. Dalam rangka membebaskan umat manusia dari keadaan tertindas, terjajah oleh manusia lainnya yang menindas dan menjajah. Lebih lanjut saya (Penulis) mengajak anda yang mulia tuan pembaca untuk dapat memiliki buku yang berjudul: “Teologi Pembebasan”.

Agama Yang Berbicara Persoalan Penentuan Nasip Sendiri (Selft Determination)
Dalam dinamika agama yang ada, jarang pula agama itu dapat beretorika atas umat Tuhan tentang penentuan nasip sendiri (self determinesen). Walaupun umat Tuhan tersebut berada dalam keadaan tertindas dan terjajah. Namun  hal penentuan nasip sendiri itulah yang di perlukan dan di butuhkan oleh umat Tuhan yang sedang berada dalam keadaan tertindas dan terjajah itu sendiri. Maka sudah seharusnya tokoh agama (Pendeta, Pastor dan sejenis) hendaknya dapat menyerukan juga tentang persoalan penentuan nasip sendiri (Selft determinesen) atas umat Tuhan, harapan saya (penulis) seperti itu. Secara empiris peran agama dalam mengangkat persoalan penentuan nasip sendiri (Selft determinesion) sangatlah kurang dan jarang. Peran agama atas rakyat tertindas lebih pada pelanggaran HAM dan perfeksionisme dan lain-lain. Namun sekalipun pelanggaran HAM itu dapat di selesaikan oleh negara (Penguasa) secara tuntas, sudah pasti akan terjadi lagi pelanggaran HAM yang baru pula atas rakyat tertindas itu sendiri oleh penguasa (Negara pusat) yang menjajah dan menindas rakyat yang terjajah itu. Kecuali rakyat yang di jajah itu dapat menentukan nasip sendiri (Merdeka) dan bebas dari keadaan, kondisi serta situasi terjajah dan tertindas itu dari cengkraman tangan penguasa yang menindas secara absolut.


Agama Yang Berbicara Persoalan HAM dan Penentuan Nasip Sendiri (Selft Determination)
Dalam persoalan HAM dan penentuan nasip sendiri, hendaknya agama dapat menerapkan dan memberikan dokrin atas umat Tuhan secara adil dan transparan atas ke dua persoalan di atas. Sebab secara empiris agama tidak pernah dapat beretorika terkait persoalan HAM dan penentuan nasip sendiri (Merdeka dan Bebas). Jika saja ada itupun bukan kedua persoalan yang di suarakan oleh agama itu sendiri, melainkan hanyalah satu persoalan saja yang mana sudah seperti biasanya di suarakan oleh agama secara terus-menerus yaitu persoalan HAM, namun berbeda pula dengan persoalan yang satu ini, yaitu penentuan nasip sendiri atas rakyat bangsa tertindas jarang pula di serukan/di suarakan oleh agama itu sendiri.

Perlunya Agama-Agama Di Papua Untuk Menyuarakan Persoalan HAM dan Hak Penentukan Nasip Sendiri (Selft Determination)
Sekali lagi dalam hal ini, siapapun anda yang mengambil peran fundamental sebagai tokoh agama hendaknya dapat menyampaikan janji-janji Tuhan atas umat Tuhan tanpa keberpihakan kepada siapapun (konservatif), dan mau bagaimanapun juga agam-agama konservatif yang ada di atas bumi Papua Barat sudah seharusnya di hilangkan/di singkirkan dari atas bumi Papua Barat seluruhnya. Agama-agama konservatif itulah yang banyak mengorbankan umat Tuhan yang ada di atas bumi Papua Barat itu sendiri.

Dengan ini, hal yang sangat utama dan harus di utamakan pula dalam peran fundamental oleh yang mulia tokoh-tokoh agama ialah, hendakNya dapat menyampaikan dan menyuarakan atas seluruh rakyat Bangsa Papua Barat dalam hal persoalan HAM dan penentuan nasip sendiri (Merdeka/Selft Detemination). Karena hal tersebutlah yang sangat urgensi bagi rakyat Bangsa Papua Barat itu sendiri, berhubung rakyat Bangsa Papua Barat saat ini ada pada posisi dan keadaan terjajah oleh kolonialisme Indonesia. dan kedua hal fundamental di ataslah yang harus di utamakan oleh tokoh-tokoh agama yang ada dan sedang melayani umat Tuhan di atas Tanah Papua Barat itu sendiri.

Dengan menyerukan hal serupa semoga hendaknya akan timbul rasa patriotisme dan nasionalisme atas diri individu semua rakyat Bangsa Papua Barat itu sendiri, dengan demikian perjuangan pembebasan nasional rakyat Bangsa Papua Barat akan semakin maju dan progresif pula. Dan pada akhirnya harapan idealpun akan segera datang pula atas seluruh rakyat Bansa Papua Barat.

Hasil gambar untuk Papua dan Tuhan







Genosit Yang Terabaikan Atas Papua Barat




GENOSIDA YANG TERABAIKAN OLEH KOLONIALISME INDONESIA ATAS PAPUA BARAT
 Oleh: Arnold Ev. Meaga

Bacalah dan bagikan laporan ini, hanya tentang sebagian kecil genosida yang dilakukan terhadap orang Papua Barat oleh pemerintah Indonesia. Genosida dan kecurangan politik di Papua Barat, Melanesia. Pemerintah Indonesia telah membunuh sekitar 500.000 orang Papua Barat sejak tahun 1961. Papua Barat memiliki hak legal untuk menentukan nasib sendiri dan kemerdekaan. Laporan ini adalah tentang pembantaian di lembah Baliem 1977-78, ketika setidaknya 10.000 orang Papua Barat dibunuh.

Rincian tindakan Indonesia dapat ditemukan juga dalam laporan. Mereka termasuk penyaliban orang hidup-hidup dan membuka wanita hamil dengan bayonets. Asian Komisi Hak Asasi Manusia (AHRC); "Di salah satu desa di Dataran Tinggi Tengah, Dila, seorang pemimpin suku bernama Nalogian Kobak dibantai dan darahnya disimpan dalam ember Letnan Kolonel Soekemi yang merupakan komandan militer Indonesia untuk Nabire, kemudian memaksa para pemimpin suku lainnya, guru dan imam untuk minum darah dengan todongan senjata oleh angkatan bersenjeta Indonesia, atas rakyat Papua Barat lainnya yang telah di tangkap.

Para pemimpin desa di Tiom diiris dengan alat cukur, warga sipil dipukuli dengan kapak dan beberapa lainnya di kubur hidup-hidup. Beberapa orang Papua akhirnya menyerah dan menyerahkan diri mereka kepada militer Indonesia di Kurulu dan Wosilimo, namun mereka yang menyerah terbunuh, ditikam dengan bara api, dilemparkan ke sungai Baliem dan sungai Uwe, yang lainnya direbus hidup-hidup oleh militer. Saudara laki-laki adalah salah satu dari mereka yang menyerah kepada militer saat itu.

Para perwira militer Indonesia memaksanya untuk menggali lubang dan dia dikuburkan hidup-hidup sampai ke lehernya. lalu di aturlah penumpukan kayu di sekitar kepalanya dan menuangkan bahan bakar ke atasnya sebelum membakarnya hidup-hidup "" Kepala seorang anak terputus dan dilemparkan ke dalam api ... Anak-anak kecil tertangkap seperti ayam dan diayunkan oleh pergelangan kaki ke dalam api ... Semua anak-anak terbunuh Seorang anak tujuh bulan meninggal di perut. "" Tiga puluh lima dari 210 orang yang dilaporkan terbunuh di Kabupaten Jayawijaya adalah terdiri dari wanita.

Mereka juga diperkosa oleh perwira militer Indonesia dan batang besi yang dipanaskan terpaksa masuk ke dalam rektum dan mulut mereka oleh petugas sampai mereka meninggal. Beberapa dari mereka memerah payudara mereka dan organ dalam ditarik keluar. OPM melaporkan bahwa wanita hamil di desa Kuyawagi mengalami vagina mereka yang dipotong dengan bayonet oleh militer Indonesia, dan bayi mereka dipotong dua. 

Militer Indonesia juga memaksa penis dipotong dari mayat orang mati ke dalam mulut wanita. Dalam kasus dimana wanita tersebut menikah, perwira militer akan memperkosa mereka di depan suami dan orang lain. "Tidak ada yang pernah menyelidiki pembunuhan massal dan pembantaian di Teminabuan 1965, Arfak 1967, Paniai, 1967-69. Ayamaru 1966, Jayapura 1971, Biak-numfor 1974/5 Di seantero Papua Barat 1969, lembah Baliem 1981-84. Timika 1982, Perbatasan dengan PNG 1985, Merouke 1986/87/88, Timika 1996 dan 2000. 

Biak 1998. Wasior 2000, Wamena 2000, 2004, 2006 Jayapura 2006 2008, 2010, Jayawijaya 2013, Panaii 2014, Yahukimo 2015 di antara banyak lainnya. Pemerintah Indonesia selalu mengklaim bahwa pengambilalihan, penjajahan dan kolonisasi Papua Barat mereka bebas dan adil dan mereka tidak melakukan kejahatan. di Papua Barat sampai saat ini pemerintah Indonesia masi saja menghentikan semua reporter asing dan NGOS internasional menyelidiki apa yang telah terjadi di Papua Barat.

Dengan tindakan tidak manusiawi yang telah di lancarkan oleh kolonialisme indonesia atas rakyat Papua Bart itu, bangsa dan negara Indonesia belum pula dapat menyelesaikan segala pelanggaran HAM yang pernah terjadi atas seluruh wilaya/daerah negri melanesia itu dalam hal ini Papau Barat itu sendiri.
Hasil gambar untuk Tragedi kemanusiaan atas Papua


Jumat, 13 Oktober 2017

Daerah Otonom Banyak Yang Mati (Papua Barat)



DAERAH/WILAYAH OTONOM YANG MISKIN, KELAPARAN, BANYAK YANG MATI ITULAH BUMI PAPUA BARAT (NEGRI MELANESIA) 

Oleh: Arnold Ev. Meaga

Begitulah muncul sesuatu hal dalam insting ini dan begitu pula nalar pun ikut terpengaruhi oleh insting yang sangat mendalam, sehingga nalar inipun melahirkan sebuah judul singkat yang telah di tuangkan di atas ini pula.

KESEHATAN ATAS RAKYAT PAPUA BARAT
Dalam kesehatan masyarakat antara wilaya Indonesia dari Jakarta (Batavia) sampai Amboina (Maluku) dalam hal kesehatan dapat di implementasikan dengan baik dan lebih efektif pula oleh pihak lembaga kesehatan yang ada. Bahkan pasien kerap terselamatkan dari segala penyakit yang di derita oleh pasien tersebut. Dan apa yang menjadi tugas dari pada lembaga kesehatan itu sudah dan jelas di implementasikan oleh pihak lembaga kesehatan itu sendiri. Namun berbeda pula untuk wilayah/daerah Indonesia Bagian Timur itu (Papua Barat), rumah sakit yang ada atas seluruh tanah Papua Barat hanyalah sekedar rumah sakit, sebab setiap rumah sakit yang ada hanyalah sebatang kara bangunan rumah yang tak dapat di huni (kosong) oleh manusia apalagi pasien, dan hal serupa sudah dan sedang terjadi hampir di semua pelosok pedalaman (Kampung) yang ada di seluruh tanah Papua Barat. Satu hal lagi yang menjadi pertanyaan besar ialah setiap pasien yang masuk berobat di setiap rumah sakit yang ada di atas tanah Papua Barat, selalu pulang dari rumah sakit bukan dalam keadaan dan kondisi terselamatkan melainkan pasien tersebut selalu pulang dalam keadaan tak terselamatkan (Meninggal Dunia). Jika model lembaga kesehatan di seluruh Tanah Papua Barat seperti itu, maka di sini yang menjadi pertanyaan fundamental berikut ialah bahwa wilayah atau daerah Papua Barat itu ialah wilayah otonom, tetapi selama sekian tahun kemanakah danah-danah otonim itu ..? wilayah/daerah yang tidak berotonom saja mampu untuk dapat menjalankan lembaga kesehatannya dengan sebaik-baik mungkin, namun untuk wilayah/daerah Papua Barat sendiri tidak demikian, tetapi hal serupa kembali pada pihak-pihak yang berkaitan, dalam hal ini pemerintah Papua Barat hendaknya dapat mengimplementasikan tindakan-tindakan konservasi atas hal terkait.

KEMISKINAN ATAS RAKYAT PAPUA BARAT
Papua Barat yang mana saat ini merupakan wilayah/daerah yang berotonom, namun untuk saat ini pula sebagai wilayah/daerah yang berotonom masi tersimpan banyak kemiskinan atas seluruh rakyat Papua Barat itu sendiri. Lantas sejumlah danah miliaran rupiah yang mengalir dari negara sentral untuk seluruh wilayah Papua Barat semuanya mengalir dan masuk atas pemerintah Papua Barat yang ada, namun danah tersebut setelah sampai pada tangan pemerintah Papua Barat tersebut, akan tetapi dalam hal ini pemeritah sendiri tidak mampu dan tidak dapat pula menggunakan danah tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kepentingan seluruh rakyat Bangsa Papua Barat yang sangat urgensi. Dalam hal ini, hendaknya pemerintah dapatlah mengunakan danah otonom itu sendiri dengan sebaik-baiknya, sebab sisa waktu berlakunya masa otonomi khusus atas Papua Barat itu sendiri sudah dekat pulah akan finis. Setelah finisnya otonomi atas Papua Barat akankah terjadi sesuatu hal yang tak di inginkan oleh seleuruh rakyat Papua Barat atau tidak ..? hal itu menjadi bahan renungan secara individu pada khususnya dan pada umumnya pemerintah Papua Barat itu sendiri.

KELAPARAN ATAS RAKAYAT PAPUA BARAT
Banyak orang Indonesia (Bukan orang Papua) berasumsi atas seluruh Rakayat Papua Barat bahwa seluruh rakyat Papua Barat itu hidup dalam keadaan dan kondisi yang baik-baik saja. Sebab rakyat Indonesia ini sendiri telah di tipu nalarnya oleh inspirasi media nasional yang menyebarkan distorsi informasi, terkait keadaan dan kondisi wilayah Indonesia bagian timur itu sendiri (Papua Barat). Pada hakikatnya rakyat Papua Barat berada dalam keadaan serba kekurangan apa lagi dengan persoalan yang satu ini ialah kelaparan. Kelaparan atas seluruh Rakyat Papua Barat sangat di prihatinkan, namun hal tersebut tak dapat pula di perhatikan oleh pemerintah seluruh Papua Barat yang ada. Kalao memang kondisinya seperti ini, Papua Barat sebagai daerah yang otonom hanya sekedar daerah otonom yang dapat pula menguntungkan kelompo/atau kaum oligarki semata. Rakyat hanyalah obyek korban di atas korban pula.

RAKYAT PAPUA BARAT BANYAK YANG MATI
Rakyat Bangsa Papua Barat sejak awal mula di integrasikan masuk ke dalam Negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI) pada 1963 sampai dengan saat ini 2017 masi tetap saja mengalami kematian misterius, di bunuh oleh angkatan bersenjata (TNI/POLRI), di bunuh dengan menggunakan cara-cara yang wajar, di bunuh dengan cara-cara melegalkan peredaran minuman keras, persundalan atas seluruh tanah Papua Barat, serta penciptaan kondisi destruktif yang akan menimbulkan kematian pula atas rakyat Papua Barat itu sendiri. Demikianlah seluruh etnis melanesia yang hidup di atas tanah dan negrinya sendiri tak akan terlepas dari terancamnya pemusnahan etnis melanesia Papua Barat.

PEMBUNUHAN DAN MUTILASI WARGA SIPIL PAPUA

Pembunuhan Dan Mutilasi 4 Warga Sipil  Pembunuhan dan Mutilasi  4 Warga Sipil di Timika adalah kejahatan kemanusiaan, segera tangkap dan Adi...