TAKDIR BUATAN MANUSIA DAN TUHAN BAGI BANGSA PAPUA BARAT
Oleh: Arnold Ev. Meaga
Maksud Dan
Tujuan Daripada Penulisan Artikel Ini
Maksud
daripada penulisan artikel ini adalah untuk menggambarkan secara umum penyebab
kematian bagi orang-orang Papua di bumi West Papua itu sendiri. Dan tujuanNya
adalah agar pembaca dapat memahami bahwa kematian bagi orang-orang Papua
tersebut tak terjadi dengan sendirinya, melainkan ada pula campur tangan
langsung secara legal dan ilegal oleh system kolonialisme (Indonesia),
kapitalisme global, dengan hegemoni imperialisme dan militarisme secara penuh (absolut)
di atas bumi West Papua. Sehingga dengan ini di harapkan agar pembaca hendaknya
dapat memperoleh sedikit gambaran tentang bagaimana menyelesaikan persoalan
problem objektif yang sedang di alami oleh rakyat Papua itu sendiri di atas
bumi Papua pula.
Takdir Tuhan
Terhadap Umat Manusia
Kiranya
dalam hal kehidupan umat manusia yang berdomisili di dalam bumi ini, pada
hakikatnya adalah makluk hidup yang di ciptakan oleh sang pencipta itu sendiri.
Sesuai dengan bentuk dan rupa daripada sang pencipta itu pula. Sehingga sang
pencipta itu sendiri tak akan pernah menciptakan sikap dan sifat sadistis,
anarkis dan sejenis dalam jiwa dan insting manusia, agar dalam kehidupan umat
manusia berjalan secara horizontal tanpa saling kontradiktif antara manusia
yang satu dengan manusia yang lainnya. Kedamaian, saling menghargai antar
sesama manusia, tak saling membunuh antar manusia yang satu dengan yang
lainnya, tidak saling merebut barang/atau harta milik orang lain, saling
menghargai derajat manusia antara laki-laki dan perempuan dan masi banyak
lainnya yang berkaitan dengan perintah dan ajaran-ajaran sang Khalik itu
sendiri.
Oleh
sebab itu tak ada takdir yang sifatnya kontradiktif, sadistis, anarkis dan
sampai pada kedestruktifvan yang di ciptakan oleh sang Khalik (Tuhan) untuk
manusia, melainnka manusia yang memang tak ada rasa cintaNya terhadap sang
Khalik (Tuhan) itu sendiri yang menciptakan situasi dan kondisi destruktif, sehingga ia
(Manusia) tersebut dapat dengan muda menciptakan takdir ketidak manusiawian
dengan cara menerapkan dan mengimplementasikan sikap kedestruktifvan atas
manusia lainnya secara terang-terangan ataupun konspirator (Terselubung). Sang
Khalik tak menciptakan takdir yang merusak dan menghancurkan kehidupan umat
manusia yang hakikatnya hasil dari pada ciptaanNya sendiri.
System Militarisme
Mengatur Takdir Kematian Orang Papua
Seperti
yang kita ketahui bahwa militer adalah manusia-manusia yang di bina dan di
latih, hingga mereka di jadikan layaknya seperti sebuah jenis robot yang siap
di perintah kapan pun dan dimana pun itu oleh tuanNya (Atasan/majikan). Oleh
sebab itu militer sendiri adalah bagian yang sangat fundamental dalam
melindungi keamana dan kenyamanan suatu bangsa negara, dari ancaman bahaya perang
dan sejenisnya dari negara-negara eksternal lainnya. Oleh sebab itu militer
yang bertugas dalam suatu negara tak dapat mengimplementasikan sikap
intimidatif, represif dan menindas rakyat yang hidup dalam negara itu sendiri.
Di mana negara tersebut bersama rakyatnyalah yang harus pula di lindungi oleh
aparat militer itu sendiri.
Dalam
Negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI), rakyat tidak hidup dalam keadaan dan
kondisi sejahtera, damai, keadilan sosial yang merata dan lain-lain. Melainkan
rakyat hidup di bawah intimidasi, represifitas, penindasan, bahkan sampai pada
sikap anarkis yang kerap di implementasikan oleh aparat militer terhadap rakyat
Indonesia ini sendiri, dalam melindungi investasi, pembangunan infrastruktur
dan sejenis milik kaum modal yang sedang beroperasi dalam mengeksploitasi sumber
daya alam dalam negri (Indonesia) ini. Rakyat Indonesia pun kehilangan
tanah-tanahNya, tempat pemukimanNya di gusur di mana-mana, aktivis lingkungan
dan sejenis pun yang selalu membela masa depan dan nasip rakyat pun terancam
nyawaNya dalam negri ini oleh mereka aparat keamanan. Sehingga dengan melihat
sikap dan tindakan militer terhadap rakyat Indonesia ini sendiri adalah atas
izin dan perinta negara, karenanya dalam hal ini negara telah melegalkan aparat
militer masuk pada rana-rana sipil, bahkan lebih parahnya lagi sampai masuk
pada rana-rana privat untuk mengintimidasi rakyatnya sendiri. Jika memang
negara tak berniat menghancurkan nasip dan masa depan rakyatNya, maka sudah
pasti negara akan menunjukan sikapNya dalam mengambil tindakan yang sebenarnya pula
dalam melindungi dan mengayomi rakyat yang berdomisili dalam negri ini. Sebab
jaminan napas untuk hidup atau matinya perekonomian negara ada pada rakyat, dan
semuaNya di jalankan oleh rakyat pula buat kesejahteraan ekonomi dan
keseimbangan ekonomi negara dan bangsa ini sendiri, negara hidup dan makmur
karena rakyat, rakyat lah sebagai mesin
penggerak semua sistem yang di implementasikan oleh negara itu sendiri. Dan
negara haruslah melindungi rakyat, memperhatikan kesejahteraan rakyat yang
terdiri dari macam-macam kelas sosial yang ada. Jika saja rakyat murka,
kedaulatan negara pun terancam terdisintegrasi dan konflik pun akan terjadi di
mana-mana.
Dengan
melihat sedikit situasi dan gambaran pemandangan terkait aktivitas aparat
militer indonesia di dalam negri ini (Pulau jawa), sudah dapat di pikirkan oleh
kita bahwa, bagaimana dengan aktivitas militer di kedua provinsi Indonesia
bagian timur itu, dalam hal ini Papua dan Papua Barat.
Dengan
di bentukNya pemekaran kabupaten baru di seluruh bumi West Papua, otomatis akan
di bangun pula tempat-tempat bagi militer (Pos/Kodam, koramil dll) di setiap
kabupaten yang baru di mekarkan tersebut, dalam rangka melindungi rakyat yang
ada pula pada kabupaten tersebut. Namun jumlah daripada anggota militer yang di
tempatkan di kabupten yang baru di mekarkan jumlahNya melebihi masyarakat yang
berdomisili dalam kabupaten itu sendiri, sehingga dengan demikian secara tidak
langsung maupun langsung, dengan keberadaan mereka (Militer) pada lingkungan
kabupaten yang baru tersebut akan sangat mengganggu pisikologis dan akan
tertekan pula jiwa masyarakat setempat dengan keberadaan mereka yang jumlahnya
melebihi masyarakat setempat itu.
Di
bumi Papua yang menjadi keamanan terdiri dari MILITER, POLRI, BRIMOB, SATPOL PP dan sejenisnya, namun jika di tinjau fungsi daripada beberapa pihak
keamanan di atas memiliki tugas kerja dan fungsiNya yang berbeda-beda pula,
dalam melayani dan mengayomi masyarakat yang ada di bumi Papua. Namun kenyataan
yang sebenarnya adalah, yang selalu menindas rakyat Papua, mengintimidasi,
merepresifitas, pemukulan, pemerkosaan, bahkan sampai dengan pembunuhan yang
terus di implementasikan oleh aparat militer secara membabibuta terhadap rakyat
Papua. Contoh bukti dari sikap militer Indonesia tersebut adalah tepat pada 7 Desember
2014 lalu, aparat militer menembak mati empat orang siswa SMA tanpa alasan yang
jelas di Paniai. Ini adalah satu dari sekian banyak pelanggaran Ham berat yang
pernah di lakukan oleh militer Indonesia atas rakyat Papua, tetapi dalam proses
menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran Ham tersebut tak perna satupun di
realisasikan oleh negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI). KarenaNya tugas
daripada militer sebagai pelindung negara serta pertahanan negara sudah bukan
lagi demikian untuk di wilayah/daerah indonesia bagian timur itu (Papua), akan
tetapi ia militer yang bertugas di bumi Papua itu adalah untuk membinasakan
(Membunu) orang-orang Papua, melindungi korporat asing yang sedang
mengeksploitasi sumber daya alam di bumi Papau (SDA) secara penuh (absolut).
Sehingga dalam hal ini kematian bagi orang-orang Papua yang di bunuh mati oleh
aparat militer tersebut sepenuhnya bukanlah takdir sang Khalik (Tuhan), melainkan takdir yang di
ciptakan oleh militer (Manusia) bagi orang-orang Papua. Sebab jika orang Papua
di tembak mati oleh militer tanpa alasan yang jelas lalu di asumsikan oleh
kelompok/atau golongan tertentu bahwa, orang tersebut mati adalah takdir Tuhan
dan semuanya sudah di atur oleh Tuhan (Fatalis), maka orang atau kelompok dan
golongan tersebut sangat keliru.
System
Kesehatan (Hospital) Yang Buruk Bagi Orang Papua
Kesehatan
masyarakat Indonesia secara umum tidak lah terlalu baik mulai dari Sabang
sampai Merauke. Dalam hal ini tentunya kesehatan yang baik sangat di butuhkan
oleh sebagian besar rakyat Indonesia ini sendiri, namun kenyataan dalam negri
ini masi banyak terjadi ketidak adilan dalam implementasi mekanisme kesehatan itu pula terhadap
rakyat yang memang membutuhkan perawatan kesehatan yang baik. Sebab dalan negri
ini yang berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik adalah mereka
yang terdiri dari kaum dan kelompok yang berpunya (Si Kaya), sedangkan mereka
yang tak berpunya (Si Miskin) tak akan menikmati pelayanan kesehatan yang layak
sebagaimana yang di rasakan oleh kelompok atau golongan orang-orang yang
berpunya. Makanya bagi orang miskin di larang sakit dalam negri ini, begitulah
kata “Eko Prasetio”; dalam bukunya dengan judul yang sama. (Orang Miskin Di Larang Sakit; pengarang Eko Prasetio)
Cikup
kita melihat bagaimana berjalannya sistem kesehatan di Indonesia ini saja,
telah berjalan secara berkelok-kelok tak horizintal (Tak Adil). Lalu untuk
wilayah Indonesia bagian timur itu (Papua) ? bagaimana pengimplementasian
sistem kesehatannya terhadap seluruh rakyat Papua secara umum ? wilayah Papua
yang terdiri dari dua provinsi yaitu Papua dan Papua Barat adalah wilayah yang
memiliki status Otonomi Khusus (Desentralisasi). Dengan demikian pemerintah
Papua dapat mengatur dan mengelolah dapurnya sendiri tanpa intervensi dari
pemerintah sentral (Jakarta). Sehingga dengan jumlah danah yang mencapai jumlah
triliunan tersebut, yang di gelontorkan oleh pemerintah sentral atas pemerintah Papua adalah
danah yang akan di kelola oleh pemerintah Papua sesuai dengan kebutuhan seluruh
rakyat Papua.
Sehingga
dengan danah tersebut semestinya sektor-sektor fundamental sosial, semacam
Sistem Kesehatan secarah keseluruhan di atas bumi Papua, Pendidikan (SDM),
perumahan Rakyat Papua, pembangunan daerah/kawasan tertinggal bagi rakyat Papua,
dan masi banyak hal-hal fundamental lainnya, yang semestinya di perhatikan oleh
pemerintah Papua yang ada, dan hal ini adalah keharusn dan hal inilah yang
harus di bereskan oleh pemerintah Papua dan Papua Barat. Namun sejak Papua di
integrasikan dan di aneksasikan secara paksa masuk ke dalam bingkai Negara
Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI) tepat pada 1 Mei 1963. Rakyat Papua tak
pernah hidup dalam keadaan aman-aman saja, dan baik-baik saja bersama dengan
bangsa Indonesia. Dan saat ini, kematian rakyat Papua melalui pelayanan sistem
kesehatan sangat tinggi di bandingkan dengan semua sistem kesehatan yang ada di
nusantara ini (Pulau Indonesia Tidak
Papua).
Sehingga
dalam hal ini, pemerintah Papua dan Papua Barat mempunyai dan memiliki danah
yang cukup untuk dapat memperhatikan serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan
daripada apa yang harus di siapkan bagi keperluan utuk perlengkapan kesehatan
itu sendiri (Tenaga medis, alat-alat dll).
Namun yang terjadi pada lingkungan sosial rakyat Papua atas seluruh daerah
Papua bahwa, pemerintah tak begitu peka dalam hal yang satu ini. Sehingga hal
tersebut mendatangkan bencana bagi rakyat Papua yang memang membutuhkan
pelayanan kesehatan yang layak bagi mereka, namun di sini terjadi hal yang sama
pula dengan kondisi masyarakat Indonesia bahwa, yang berduit sajalah yang dapat
menikmati pelayanan kesehatan yang layak. Sehingga pemerintah Papua buta dan
tak percaya diri dalam menangani dan menyelesaikan persoalan problem yang satu
ini.
Karenanya,
dalam hal ini kematian bagi orang-orang Papua sebagian besar tak di takdirkan
oleh Shang Khalik (Tuhan), melainkan oleh implementasi mekanisme sistem kesehatan juga, yang di miliki
dan di kuasai penuh (absolut) oleh
pemerintah Indonesia (Kolonialisme).
Sehingga watak esensial daripada kolonial atas wilayah/daerah yang di koloninya
dan orang-orangnya pun akan di buat bodoh, di matikan cara berpikirnya (Pisikologis), di matikan kebudayaanNya (Kultur), di hancurkan ruang hidupnya
dengan cara mendistribusikan minuman kears di seluruh lingkungan sosial rakyat
yang di kuasai olehnya (Kolonial), memecahkan
seluruh etnik yang di kuasai oleh kolonialisme tersebut (Politik Pecah Balah) agar terjadi keadaan lingkungan yang tak
sehat, bahkan sampai dengan pemerkosaan, serta pembunuhan pun akan terus di
implementasikan oleh kolonial itu sendiri. Dan masi banyak hal lainnya.
Singkatnya kondisi destruktif akan di ciptakan oleh kolonialisme terhadap
wilayah koloninya. Sehingga dalam hal ini, kita sudah mengetahui hakikat
daripada berjalannya sistem kesehatan itu sendiri secara umum untuk seluruh
Papua melalui berita nasional, media sosial, cetak, informasi, komunikasi dan
lain-lain tentang hal ini (Buruknya
Sistem Kesehatan di Bumi Papua itu).
HIV/AIDS Penyakit
Mematikan Bagi Orang Papua
Orang-orang
Papua sebelum di integrasikan dan di aneksasikan secara paksa masuk ke dalam
bingkai negara kesatuan repulik Indonesia (NKRI), bagi rakyat Papua tak ada
penyakit yang namaNya kelaparan, kurang Gizi/Gizi buruk, kematian bayi atau ibu
setelah bersalin, apa lagi penyakit yang satu ini HIV/AIDS, dan masi banyak jenis penyakit lainnya di Papua yang
keberadaanya pun bisa di bilang tidak ada, jika di tinjau dari sisi kesehatan
orang-orng Papua. Sebab semua kesehatan orang-orang Papua sebelum bergabung
dengan Indonesia pada 1 Mei 1963, semua orang Papua hidup dalam keadaan
kesehatan yang begitu baik tanpa
terjangkit penyakit yang sangat heterogen seperti saat ini yang sedang di alami
oleh orang-orang Papua setelah masuk bergabung ke dalam negara kesatuan repulik
Indonesia (NKRI).
Oleh
sebab itu, dari 34 provinsi yang ada dalam negara Indonesia ini sebagai
provinsi yang termasuk dalam daftar tertinggi masyarakatnya yang telah
terinveksi penyakit mematikan (HIV/AIDS)
tersebut adalah, kedua provinsi Indonesia bagian timur itu dalam hal ini adalah
Papua dan Papua Barat, barulah menyusul berikutnya provinsi-provinsi lainnya
dalam negri ini. Sehingga dengan telah terjangkitnya penyakit mematikan
tersebut terhadap orang-orang Papua kebanyakan, lalu dari mana asal-usul
penyakit tersebut. Di sini jika di lihat lagi sejarah (historis) awal mula
terciptaNya penyakit sejenis virus mematikan tersebut, maka kita tak akan
terlepas dengan negara adikuasa yang satu ini Amerika Serikat (AS). Pada
periode tahun 1970 hingga 1975, para peneliti DOD asal (AS) telah menyatakan
mampu mempersiapkan senjata virus sejenis AIDS. Dalam buku Molteno (Hidden Sources of Subversion In: Dirty Work 2-The
CAI in Africa, Lyle Stewart inc. NJ 1979) dan Woodward (Veil: The Secret Wars of the CIA, Simon
& Schuster, NY, 1987) terungkap bahwa virus baru akan “diperkenalkan”
di zaire. Negara di Afrika utara itu. Oleh sebab itu virus mematikan tersebut
adalah buatan manusia untuk mematikan manusia pula. Dalam buku Dr. Jhon
Coleman, (Komite 300) bahwa,
penyakit/virus jenis AIDS bukan di ciptakan untuk mematikan manusia yang
berkulit hitam saja, seperti apa yang biasanya di asumsikan oleh publik
nasional dan internasional, melainkan virus tersebut di ciptakan untuk
mengurangi populasi umat manusia di dunia ini. Dalam hal ini Objek utamaNya
adalah negara-negara dunia ketiga.
KarenaNya
bangsa Indonesia sendiri tak menyadari bahwa penyakit/virus (AIDS) tersebut memang di siapkan untuk
bangsa Indonesia juga. Tetapi virus tersebut di transver lagi ke orang-orang
Papua melalui mekanisme yang ilegal dan legal, sehingga saat ini kebanyakan
orang-orang Papua mati di karenakan oleh virus HIV/AIDS itu sendiri. Berdasarkan data resmi yang telah di
keluarkan oleh Dinkes provinsi Papua bagi orang-orang Papua yang telah meninggal
dunia karena virus tersebut pada 2017 mencapai 1883 jiwa orang Papua. belum
lagi di tamba dengan orang-orang Papua yang sedang menderita virus tersebut
yang hanya tinggal menunggu kedatangan tanggal penjemputan maut (Mati) atas
dirinya sendiri. Sehingga keterancaman pemusnahan etnis melanesia (Papua)
dengan virus (AIDS) yang satu ini
sedang berlangsung dan sedang pula menyebar terhadap seluruh manusia Papua
secara evolusioner. Oleh sebab itu virus tersebut bukan di datangkan oleh sang
Khalik untuk umat manusia dan juga bukan takdir sang Khalik pula, melainkan
virus tersebut di ciptakan oleh manusia, dan kematian manusia yang di sebabkan
oleh virus tersebut adalah kehendak dan takdir buatan manusia untuk memusnakan
umat manusia lainnya di dunia ini. Perlu
di garis bawahi, bahwa virus jenis HIV/AIDS adalah bukan hukuman Tuhan, ia
adalah virus yang di buat dan di ciptakan oleh manusia untuk tujuan-tujuan
tertentu.
Sistem
Kapitalisme Penyakit Mematikan Bagi Orang Papua
Kapitalisme
atau Kapital adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat
produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan memperoleh keuntungan
dalam ekonomi pasar. Pemilik modal dalam melakukan usahanya, berusaha untuk
meraih keuntungan sebesar-besarnya. Dengan prinsip tersebut, pemerintah tidak
dapat melakukan intervensi pasar guna memperoleh keuntungan bersama, tetapi
intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untuk
kepentingan-kepentingan pribadi. Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya
tidak memiliki definisi universal yang bisa diterima secara luas.
Beberapa
ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai berlaku di
Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan perbankan
komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak
sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan
benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusia guna
proses perubahan dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan
modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin
terlebih dahulu, kemudian buruh yang berperan sebagai operator mesin guna
mendapatkan nilai dari bahan baku yang diolah.
KarenaNya,
dengan keberadaan kapitalisme di atas bumi Papua adalah sebuah penyakit
mematikan bagi rakyat Papua itu sendiri. PT. Freeport Indonesia adalah sebuah
saham milik imperialisme (AS) yang sejak 7 april 1967, sampai dengan saat ini
sedang beroperasi dalam mengeksploitasi sumber daya alam (SDA) yang terkandung
dalam perut bumi West Papua tersebut, Freewport adalah penyakit tertua yang
tertanam dan sudah berakar pula di rahim bumi West Papua. Dengan keberadaanNya
PT. Freeport Indonesia (Kapital) tersebut di atas bumi West Papua, maka dampak
baik dan buruk pun akan pula di alami oleh rakyat pribumi dalam hal ini suku Amugme dan Kamoro, dan suku-suku lainNya
yang ada di daerah tempat beroperasinnya saham-saham milik negara-neagara asing
dan negara Indonesia (kapital) tersebut.
Dengan
keberadaannya saham-saham milik negara asing (eksternal) dan Indonesia (internal) tersebut diatas tanah Papua maka,
akan mendatangkan dua pengaruh dampak yang sangat pokok (fundamental) di
antaraNya ialah pengaruh yang baik dan buruk. Dampak pengaruh yang baik diantaranya
adalah, rakyat Papua akan di berikan imbalan dengan sejumlah danah (Uang) yang
begitu besar oleh korporat yang sedang beroperasi di atas tanahnya orang-orang
Papua itu sendiri, memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan rakyat Papua, memberikan
beasiswa bagi anak-anak pribumi, menjamin kesejahteraan buru pribumi, namun hal
ini tak terjadi terhadap rakyat Papua sebagai pemilik bumi Papua itu sendiri.
Dampak pengaruh buruk bagi rakyat Papua adalah, pencemaran lingkungan,
pemberian danah dalam jumlah yang besar sehingga membuat rakyat muda melakukan
tindakan anarkis, bahkan pembunuhan terhadap sesamanya melalui mekanisme konflik
horizontal (Perang Suku), dan sampai
pula pada kultur orang Papua itu sendiri,
buruh asal pribumi tak di perhatikan kesejateraanNya dan juga kesehatan
keselamatan kerjanya, banyak rakyat Papua yang di bunuh mati oleh aparat
TNI/POLRI, BRIMOP dan sejenisnya yang berperan sebagai penjaga keamanan,
kenyamanan, dan pelindung berjalannya pengoperasian pengeksploitasian korporat
tersebut, dan masi banyak lainnya dampak buruk yang di hasilkan oleh saham di
atas bumi West Papua. sehingga dengan kehadiran dan keberadaan
korporat-korporat (Kapital) milik negara-negara asing dan Indonesia adalah
salah satu penyebab kedestruktifvan atas rakyat Papua pada khususnya dan pada
umumNya bumi West Papua.
Uang
Penyebab Kematian Dan Disintegrasi Bagi Orang Papua
Uang
adalah alat yang di gunakan untuk memenuhi kebutuhan umat manusia secara
universal, karena uang, apapun yang di inginkan oleh manusia dapat di gapai,
uang dapat menciptakan segala-galanya yang di inginkan oleh umat manusia secara
individu, kelompok, ataupun golongan tertentu yang memiliki sejumlah uang yang
sangat besar (Banyak), bahkan keberadaan uang hampir sejajar dengan sang Khalik
(Tuhan) itu sendiri. Jika jaman dahulu sebelum uang di pergunakan, orang
mendapatkan barang yang di inginkan olehnya dengan mekanisme saling menukar
barang milik si A dengan Si B, begitupun sebaliknya sesua dengan keperluan dan
kebutuhannya pada saat itu. Namun saat ini, Uanglah yang menjadi alat yang
berkuasa atas segala-galaNya pada bumi yang di pijaki oleh umat manusia ini.
Unag
bagi rakyat Papua adalah segala-galanya, sebab saat ini seakan-akan uang adalah
nafas yang menghidupi orang-orang Papua, sehingga hanya karena uang rakyat
Papua mampu untuk melaksanakan hal-hal yang sifatnya destruktif terhadap
sesamaNya, hanya di karenakan uang tadi. Dari mana asal-usul uang itu sendiri ?
tidak lain dan tidak bukan sumber daripada kedatangan uang adalah dari
pemerintah Jakarta (Sentral), dan juga pemerintah daerah yang di alokasikan
untuk danah Desa dengan jumlah yang sangat besar. Kenapa pemerintah pusat
memberikan danah desa, karena memang untuk pengalokasian danah desa adalah
proggram dan kebijakan pemerintah pusat, dan pemerintah daerah tak berhak dalam
mengintervensi penggunaan danah desa tersebut oleh desa-desa yang ada di tiap-tiap
kabupaten, mau Papua ataupun Indonesia pada umumNya. Dampaknya pun demikian,
akan tercipta pula situasi dan kondisi lingkungan masyarakat yang tidak sehat
karena tak ada pengontrolan oleh pemerintah daerah yang ada, ataupun
kelompok/individu orang-orang Papua yang berintelektual, sehingga hanya uang
tadi, rakyat Papua pun menjadi terpecah belah antara etnik yang satu dengan
etnik yang lainnya.
KarenaNya,
kehadiran sejumlah danah yang jumlahnya amat sangat besar tersebut bagi rakyat
Papua, adalah hal yang memang akar daripada transvormasi pola kehidupan sosial
budaya orang-orang Papau dari yang alamia (Natural) menjadi tak alamia pula.
Hal ini adalah hasil daripada konstruksi kolonialisme secara struktural dalam
mendisintegrasikan rakyat Papua seluruhnya. Dan itu sedang.
Penutup:
Dari
kesemuanya yang telah di bahas dan di uraikan sdikit di atas adalah gambaran
umum daripada penyebab kemtian bagi orang-orang Papua yang telah terjadi, dan
sampai saat ini pun berbagai macam sistem yang ada di Papua adalah milik
kolonialisme dan kapitalisme yang sedang menguasai bumi Papua itu serta isinya.
Sehingga kematian bagi orang-orang Papua kebanyakan adalah takdir buatan
manusia untuk memusnakan manusia Papua itu sendiri. Setelah melihat ini (Baca),
kita dapat memiliki sedikit gambaran dalam menciptakan sebuah gagasan baru
dalam menyelamatkan nasip dan masa depan manusia Papua nantinya. Pembebasan
Nasional Papua Barat, adalah solusi demokratis bagi Bangsa Papua Barat, itu adalah
solusi tunggal. Jika bangsa Papua masih tetap hidup berdampingan bersama dalam
bingkai Indonesia (kolonialisme), maka Bangsa
Papua tak akan terlepas dari kondisi, keadaan dan situasi destruktif absolut.
Reverensi:
Wikipedia:///artikapitalisme.com
Daftar Jumla HIV/AID Dinkes
Provinsi Papua
150 Konspirasi dunia yang
mencengangkan/Hiv/Aids