Senin, 14 Mei 2018

Takdir Buatan Manusia & Sang Khalik Bagi Bangsa Papua Barat


TAKDIR BUATAN MANUSIA DAN TUHAN BAGI BANGSA PAPUA BARAT

Oleh: Arnold Ev. Meaga

Maksud Dan Tujuan Daripada Penulisan Artikel Ini

Maksud daripada penulisan artikel ini adalah untuk menggambarkan secara umum penyebab kematian bagi orang-orang Papua di bumi West Papua itu sendiri. Dan tujuanNya adalah agar pembaca dapat memahami bahwa kematian bagi orang-orang Papua tersebut tak terjadi dengan sendirinya, melainkan ada pula campur tangan langsung secara legal dan ilegal oleh system kolonialisme (Indonesia), kapitalisme global, dengan hegemoni imperialisme dan militarisme secara penuh (absolut) di atas bumi West Papua. Sehingga dengan ini di harapkan agar pembaca hendaknya dapat memperoleh sedikit gambaran tentang bagaimana menyelesaikan persoalan problem objektif yang sedang di alami oleh rakyat Papua itu sendiri di atas bumi Papua pula.

Takdir Tuhan Terhadap Umat Manusia

Kiranya dalam hal kehidupan umat manusia yang berdomisili di dalam bumi ini, pada hakikatnya adalah makluk hidup yang di ciptakan oleh sang pencipta itu sendiri. Sesuai dengan bentuk dan rupa daripada sang pencipta itu pula. Sehingga sang pencipta itu sendiri tak akan pernah menciptakan sikap dan sifat sadistis, anarkis dan sejenis dalam jiwa dan insting manusia, agar dalam kehidupan umat manusia berjalan secara horizontal tanpa saling kontradiktif antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya. Kedamaian, saling menghargai antar sesama manusia, tak saling membunuh antar manusia yang satu dengan yang lainnya, tidak saling merebut barang/atau harta milik orang lain, saling menghargai derajat manusia antara laki-laki dan perempuan dan masi banyak lainnya yang berkaitan dengan perintah dan ajaran-ajaran sang Khalik itu sendiri.

Oleh sebab itu tak ada takdir yang sifatnya kontradiktif, sadistis, anarkis dan sampai pada kedestruktifvan yang di ciptakan oleh sang Khalik (Tuhan) untuk manusia, melainnka manusia yang memang tak ada rasa cintaNya terhadap sang Khalik (Tuhan) itu sendiri yang menciptakan situasi dan kondisi destruktif, sehingga ia (Manusia) tersebut dapat dengan muda menciptakan takdir ketidak manusiawian dengan cara menerapkan dan mengimplementasikan sikap kedestruktifvan atas manusia lainnya secara terang-terangan ataupun konspirator (Terselubung). Sang Khalik tak menciptakan takdir yang merusak dan menghancurkan kehidupan umat manusia yang hakikatnya hasil dari pada ciptaanNya sendiri.

System Militarisme Mengatur Takdir Kematian Orang Papua

Seperti yang kita ketahui bahwa militer adalah manusia-manusia yang di bina dan di latih, hingga mereka di jadikan layaknya seperti sebuah jenis robot yang siap di perintah kapan pun dan dimana pun itu oleh tuanNya (Atasan/majikan). Oleh sebab itu militer sendiri adalah bagian yang sangat fundamental dalam melindungi keamana dan kenyamanan suatu bangsa negara, dari ancaman bahaya perang dan sejenisnya dari negara-negara eksternal lainnya. Oleh sebab itu militer yang bertugas dalam suatu negara tak dapat mengimplementasikan sikap intimidatif, represif dan menindas rakyat yang hidup dalam negara itu sendiri. Di mana negara tersebut bersama rakyatnyalah yang harus pula di lindungi oleh aparat militer itu sendiri.

Dalam Negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI), rakyat tidak hidup dalam keadaan dan kondisi sejahtera, damai, keadilan sosial yang merata dan lain-lain. Melainkan rakyat hidup di bawah intimidasi, represifitas, penindasan, bahkan sampai pada sikap anarkis yang kerap di implementasikan oleh aparat militer terhadap rakyat Indonesia ini sendiri, dalam melindungi investasi, pembangunan infrastruktur dan sejenis milik kaum modal yang sedang beroperasi dalam mengeksploitasi sumber daya alam dalam negri (Indonesia) ini. Rakyat Indonesia pun kehilangan tanah-tanahNya, tempat pemukimanNya di gusur di mana-mana, aktivis lingkungan dan sejenis pun yang selalu membela masa depan dan nasip rakyat pun terancam nyawaNya dalam negri ini oleh mereka aparat keamanan. Sehingga dengan melihat sikap dan tindakan militer terhadap rakyat Indonesia ini sendiri adalah atas izin dan perinta negara, karenanya dalam hal ini negara telah melegalkan aparat militer masuk pada rana-rana sipil, bahkan lebih parahnya lagi sampai masuk pada rana-rana privat untuk mengintimidasi rakyatnya sendiri. Jika memang negara tak berniat menghancurkan nasip dan masa depan rakyatNya, maka sudah pasti negara akan menunjukan sikapNya dalam mengambil tindakan yang sebenarnya pula dalam melindungi dan mengayomi rakyat yang berdomisili dalam negri ini. Sebab jaminan napas untuk hidup atau matinya  perekonomian negara ada pada rakyat, dan semuaNya di jalankan oleh rakyat pula buat kesejahteraan ekonomi dan keseimbangan ekonomi negara dan bangsa ini sendiri, negara hidup dan makmur karena rakyat, rakyat lah  sebagai mesin penggerak semua sistem yang di implementasikan oleh negara itu sendiri. Dan negara haruslah melindungi rakyat, memperhatikan kesejahteraan rakyat yang terdiri dari macam-macam kelas sosial yang ada. Jika saja rakyat murka, kedaulatan negara pun terancam terdisintegrasi dan konflik pun akan terjadi di mana-mana.

Dengan melihat sedikit situasi dan gambaran pemandangan terkait aktivitas aparat militer indonesia di dalam negri ini (Pulau jawa), sudah dapat di pikirkan oleh kita bahwa, bagaimana dengan aktivitas militer di kedua provinsi Indonesia bagian timur itu, dalam hal ini Papua dan Papua Barat.

Dengan di bentukNya pemekaran kabupaten baru di seluruh bumi West Papua, otomatis akan di bangun pula tempat-tempat bagi militer (Pos/Kodam, koramil dll) di setiap kabupaten yang baru di mekarkan tersebut, dalam rangka melindungi rakyat yang ada pula pada kabupaten tersebut. Namun jumlah daripada anggota militer yang di tempatkan di kabupten yang baru di mekarkan jumlahNya melebihi masyarakat yang berdomisili dalam kabupaten itu sendiri, sehingga dengan demikian secara tidak langsung maupun langsung, dengan keberadaan mereka (Militer) pada lingkungan kabupaten yang baru tersebut akan sangat mengganggu pisikologis dan akan tertekan pula jiwa masyarakat setempat dengan keberadaan mereka yang jumlahnya melebihi masyarakat setempat itu.

Di bumi Papua yang menjadi keamanan terdiri dari MILITER, POLRI, BRIMOB, SATPOL PP dan sejenisnya, namun jika di tinjau fungsi daripada beberapa pihak keamanan di atas memiliki tugas kerja dan fungsiNya yang berbeda-beda pula, dalam melayani dan mengayomi masyarakat yang ada di bumi Papua. Namun kenyataan yang sebenarnya adalah, yang selalu menindas rakyat Papua, mengintimidasi, merepresifitas, pemukulan, pemerkosaan, bahkan sampai dengan pembunuhan yang terus di implementasikan oleh aparat militer secara membabibuta terhadap rakyat Papua. Contoh bukti dari sikap militer Indonesia tersebut adalah tepat pada 7 Desember 2014 lalu, aparat militer menembak mati empat orang siswa SMA tanpa alasan yang jelas di Paniai. Ini adalah satu dari sekian banyak pelanggaran Ham berat yang pernah di lakukan oleh militer Indonesia atas rakyat Papua, tetapi dalam proses menyelesaikan kasus-kasus pelanggaran Ham tersebut tak perna satupun di realisasikan oleh negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI). KarenaNya tugas daripada militer sebagai pelindung negara serta pertahanan negara sudah bukan lagi demikian untuk di wilayah/daerah indonesia bagian timur itu (Papua), akan tetapi ia militer yang bertugas di bumi Papua itu adalah untuk membinasakan (Membunu) orang-orang Papua, melindungi korporat asing yang sedang mengeksploitasi sumber daya alam di bumi Papau (SDA) secara penuh (absolut). Sehingga dalam hal ini kematian bagi orang-orang Papua yang di bunuh mati oleh aparat militer tersebut sepenuhnya bukanlah takdir sang Khalik (Tuhan), melainkan takdir yang di ciptakan oleh militer (Manusia) bagi orang-orang Papua. Sebab jika orang Papua di tembak mati oleh militer tanpa alasan yang jelas lalu di asumsikan oleh kelompok/atau golongan tertentu bahwa, orang tersebut mati adalah takdir Tuhan dan semuanya sudah di atur oleh Tuhan (Fatalis), maka orang atau kelompok dan golongan tersebut sangat keliru.

System Kesehatan (Hospital) Yang Buruk Bagi Orang Papua

Kesehatan masyarakat Indonesia secara umum tidak lah terlalu baik mulai dari Sabang sampai Merauke. Dalam hal ini tentunya kesehatan yang baik sangat di butuhkan oleh sebagian besar rakyat Indonesia ini sendiri, namun kenyataan dalam negri ini masi banyak terjadi ketidak adilan dalam implementasi mekanisme kesehatan itu pula terhadap rakyat yang memang membutuhkan perawatan kesehatan yang baik. Sebab dalan negri ini yang berhak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik adalah mereka yang terdiri dari kaum dan kelompok yang berpunya (Si Kaya), sedangkan mereka yang tak berpunya (Si Miskin) tak akan menikmati pelayanan kesehatan yang layak sebagaimana yang di rasakan oleh kelompok atau golongan orang-orang yang berpunya. Makanya bagi orang miskin di larang sakit dalam negri ini, begitulah kata “Eko Prasetio”; dalam bukunya dengan judul yang sama. (Orang Miskin Di Larang Sakit; pengarang Eko Prasetio)

Cikup kita melihat bagaimana berjalannya sistem kesehatan di Indonesia ini saja, telah berjalan secara berkelok-kelok tak horizintal (Tak Adil). Lalu untuk wilayah Indonesia bagian timur itu (Papua) ? bagaimana pengimplementasian sistem kesehatannya terhadap seluruh rakyat Papua secara umum ? wilayah Papua yang terdiri dari dua provinsi yaitu Papua dan Papua Barat adalah wilayah yang memiliki status Otonomi Khusus (Desentralisasi). Dengan demikian pemerintah Papua dapat mengatur dan mengelolah dapurnya sendiri tanpa intervensi dari pemerintah sentral (Jakarta). Sehingga dengan jumlah danah yang mencapai jumlah triliunan tersebut, yang di gelontorkan oleh pemerintah sentral atas pemerintah Papua adalah danah yang akan di kelola oleh pemerintah Papua sesuai dengan kebutuhan seluruh rakyat Papua.

Sehingga dengan danah tersebut semestinya sektor-sektor fundamental sosial, semacam Sistem Kesehatan secarah keseluruhan di atas bumi Papua, Pendidikan (SDM), perumahan Rakyat Papua, pembangunan daerah/kawasan tertinggal bagi rakyat Papua, dan masi banyak hal-hal fundamental lainnya, yang semestinya di perhatikan oleh pemerintah Papua yang ada, dan hal ini adalah keharusn dan hal inilah yang harus di bereskan oleh pemerintah Papua dan Papua Barat. Namun sejak Papua di integrasikan dan di aneksasikan secara paksa masuk ke dalam bingkai Negara Kesatuan Repulik Indonesia (NKRI) tepat pada 1 Mei 1963. Rakyat Papua tak pernah hidup dalam keadaan aman-aman saja, dan baik-baik saja bersama dengan bangsa Indonesia. Dan saat ini, kematian rakyat Papua melalui pelayanan sistem kesehatan sangat tinggi di bandingkan dengan semua sistem kesehatan yang ada di nusantara ini (Pulau Indonesia Tidak Papua).

Sehingga dalam hal ini, pemerintah Papua dan Papua Barat mempunyai dan memiliki danah yang cukup untuk dapat memperhatikan serta memenuhi kebutuhan-kebutuhan daripada apa yang harus di siapkan bagi keperluan utuk perlengkapan kesehatan itu sendiri (Tenaga medis, alat-alat dll). Namun yang terjadi pada lingkungan sosial rakyat Papua atas seluruh daerah Papua bahwa, pemerintah tak begitu peka dalam hal yang satu ini. Sehingga hal tersebut mendatangkan bencana bagi rakyat Papua yang memang membutuhkan pelayanan kesehatan yang layak bagi mereka, namun di sini terjadi hal yang sama pula dengan kondisi masyarakat Indonesia bahwa, yang berduit sajalah yang dapat menikmati pelayanan kesehatan yang layak. Sehingga pemerintah Papua buta dan tak percaya diri dalam menangani dan menyelesaikan persoalan problem yang satu ini.

Karenanya, dalam hal ini kematian bagi orang-orang Papua sebagian besar tak di takdirkan oleh Shang Khalik (Tuhan), melainkan oleh implementasi mekanisme sistem kesehatan juga, yang di miliki dan di kuasai penuh (absolut) oleh pemerintah Indonesia (Kolonialisme). Sehingga watak esensial daripada kolonial atas wilayah/daerah yang di koloninya dan orang-orangnya pun akan di buat bodoh, di matikan cara berpikirnya (Pisikologis), di matikan kebudayaanNya (Kultur), di hancurkan ruang hidupnya dengan cara mendistribusikan minuman kears di seluruh lingkungan sosial rakyat yang di kuasai olehnya (Kolonial), memecahkan seluruh etnik yang di kuasai oleh kolonialisme tersebut (Politik Pecah Balah) agar terjadi keadaan lingkungan yang tak sehat, bahkan sampai dengan pemerkosaan, serta pembunuhan pun akan terus di implementasikan oleh kolonial itu sendiri. Dan masi banyak hal lainnya. Singkatnya kondisi destruktif akan di ciptakan oleh kolonialisme terhadap wilayah koloninya. Sehingga dalam hal ini, kita sudah mengetahui hakikat daripada berjalannya sistem kesehatan itu sendiri secara umum untuk seluruh Papua melalui berita nasional, media sosial, cetak, informasi, komunikasi dan lain-lain tentang hal ini (Buruknya Sistem Kesehatan di Bumi Papua itu).

HIV/AIDS Penyakit Mematikan Bagi Orang Papua

Orang-orang Papua sebelum di integrasikan dan di aneksasikan secara paksa masuk ke dalam bingkai negara kesatuan repulik Indonesia (NKRI), bagi rakyat Papua tak ada penyakit yang namaNya kelaparan, kurang Gizi/Gizi buruk, kematian bayi atau ibu setelah bersalin, apa lagi penyakit yang satu ini HIV/AIDS, dan masi banyak jenis penyakit lainnya di Papua yang keberadaanya pun bisa di bilang tidak ada, jika di tinjau dari sisi kesehatan orang-orng Papua. Sebab semua kesehatan orang-orang Papua sebelum bergabung dengan Indonesia pada 1 Mei 1963, semua orang Papua hidup dalam keadaan kesehatan yang begitu  baik tanpa terjangkit penyakit yang sangat heterogen seperti saat ini yang sedang di alami oleh orang-orang Papua setelah masuk bergabung ke dalam negara kesatuan repulik Indonesia (NKRI).

Oleh sebab itu, dari 34 provinsi yang ada dalam negara Indonesia ini sebagai provinsi yang termasuk dalam daftar tertinggi masyarakatnya yang telah terinveksi penyakit mematikan (HIV/AIDS) tersebut adalah, kedua provinsi Indonesia bagian timur itu dalam hal ini adalah Papua dan Papua Barat, barulah menyusul berikutnya provinsi-provinsi lainnya dalam negri ini. Sehingga dengan telah terjangkitnya penyakit mematikan tersebut terhadap orang-orang Papua kebanyakan, lalu dari mana asal-usul penyakit tersebut. Di sini jika di lihat lagi sejarah (historis) awal mula terciptaNya penyakit sejenis virus mematikan tersebut, maka kita tak akan terlepas dengan negara adikuasa yang satu ini Amerika Serikat (AS). Pada periode tahun 1970 hingga 1975, para peneliti DOD asal (AS) telah menyatakan mampu mempersiapkan senjata virus sejenis AIDS. Dalam buku Molteno (Hidden Sources of Subversion In: Dirty Work 2-The CAI in Africa, Lyle Stewart inc. NJ 1979) dan Woodward (Veil: The Secret Wars of the CIA, Simon & Schuster, NY, 1987) terungkap bahwa virus baru akan “diperkenalkan” di zaire. Negara di Afrika utara itu. Oleh sebab itu virus mematikan tersebut adalah buatan manusia untuk mematikan manusia pula. Dalam buku Dr. Jhon Coleman, (Komite 300) bahwa, penyakit/virus jenis AIDS bukan di ciptakan untuk mematikan manusia yang berkulit hitam saja, seperti apa yang biasanya di asumsikan oleh publik nasional dan internasional, melainkan virus tersebut di ciptakan untuk mengurangi populasi umat manusia di dunia ini. Dalam hal ini Objek utamaNya adalah negara-negara dunia ketiga.

KarenaNya bangsa Indonesia sendiri tak menyadari bahwa penyakit/virus (AIDS) tersebut memang di siapkan untuk bangsa Indonesia juga. Tetapi virus tersebut di transver lagi ke orang-orang Papua melalui mekanisme yang ilegal dan legal, sehingga saat ini kebanyakan orang-orang Papua mati di karenakan oleh virus HIV/AIDS itu sendiri. Berdasarkan data resmi yang telah di keluarkan oleh Dinkes provinsi Papua bagi orang-orang Papua yang telah meninggal dunia karena virus tersebut pada 2017 mencapai 1883 jiwa orang Papua. belum lagi di tamba dengan orang-orang Papua yang sedang menderita virus tersebut yang hanya tinggal menunggu kedatangan tanggal penjemputan maut (Mati) atas dirinya sendiri. Sehingga keterancaman pemusnahan etnis melanesia (Papua) dengan virus (AIDS) yang satu ini sedang berlangsung dan sedang pula menyebar terhadap seluruh manusia Papua secara evolusioner. Oleh sebab itu virus tersebut bukan di datangkan oleh sang Khalik untuk umat manusia dan juga bukan takdir sang Khalik pula, melainkan virus tersebut di ciptakan oleh manusia, dan kematian manusia yang di sebabkan oleh virus tersebut adalah kehendak dan takdir buatan manusia untuk memusnakan umat manusia lainnya di dunia ini. Perlu di garis bawahi, bahwa virus jenis HIV/AIDS adalah bukan hukuman Tuhan, ia adalah virus yang di buat dan di ciptakan oleh manusia untuk tujuan-tujuan tertentu.

Sistem Kapitalisme Penyakit Mematikan Bagi Orang Papua

Kapitalisme atau Kapital adalah sistem ekonomi di mana perdagangan, industri dan alat-alat produksi dikendalikan oleh pemilik swasta dengan tujuan memperoleh keuntungan dalam ekonomi pasar. Pemilik modal dalam melakukan usahanya, berusaha untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Dengan prinsip tersebut, pemerintah tidak dapat melakukan intervensi pasar guna memperoleh keuntungan bersama, tetapi intervensi pemerintah dilakukan secara besar-besaran untuk kepentingan-kepentingan pribadi. Walaupun demikian, kapitalisme sebenarnya tidak memiliki definisi universal yang bisa diterima secara luas.
Beberapa ahli mendefinisikan kapitalisme sebagai sebuah sistem yang mulai berlaku di Eropa pada abad ke-16 hingga abad ke-19, yaitu pada masa perkembangan perbankan komersial Eropa di mana sekelompok individu maupun kelompok dapat bertindak sebagai suatu badan tertentu yang dapat memiliki maupun melakukan perdagangan benda milik pribadi, terutama barang modal, seperti tanah dan manusia guna proses perubahan dari barang modal ke barang jadi. Untuk mendapatkan modal-modal tersebut, para kapitalis harus mendapatkan bahan baku dan mesin terlebih dahulu, kemudian buruh yang berperan sebagai operator mesin guna mendapatkan nilai dari bahan baku yang diolah.

KarenaNya, dengan keberadaan kapitalisme di atas bumi Papua adalah sebuah penyakit mematikan bagi rakyat Papua itu sendiri. PT. Freeport Indonesia adalah sebuah saham milik imperialisme (AS) yang sejak 7 april 1967, sampai dengan saat ini sedang beroperasi dalam mengeksploitasi sumber daya alam (SDA) yang terkandung dalam perut bumi West Papua tersebut, Freewport adalah penyakit tertua yang tertanam dan sudah berakar pula di rahim bumi West Papua. Dengan keberadaanNya PT. Freeport Indonesia (Kapital) tersebut di atas bumi West Papua, maka dampak baik dan buruk pun akan pula di alami oleh rakyat pribumi dalam hal ini suku Amugme dan Kamoro, dan suku-suku lainNya yang ada di daerah tempat beroperasinnya saham-saham milik negara-neagara asing dan negara Indonesia (kapital) tersebut.

Dengan keberadaannya saham-saham milik negara asing (eksternal) dan Indonesia  (internal) tersebut diatas tanah Papua maka, akan mendatangkan dua pengaruh dampak yang sangat pokok (fundamental) di antaraNya ialah pengaruh yang baik dan buruk. Dampak pengaruh yang baik diantaranya adalah, rakyat Papua akan di berikan imbalan dengan sejumlah danah (Uang) yang begitu besar oleh korporat yang sedang beroperasi di atas tanahnya orang-orang Papua itu sendiri, memfasilitasi kebutuhan-kebutuhan rakyat Papua, memberikan beasiswa bagi anak-anak pribumi, menjamin kesejahteraan buru pribumi, namun hal ini tak terjadi terhadap rakyat Papua sebagai pemilik bumi Papua itu sendiri. Dampak pengaruh buruk bagi rakyat Papua adalah, pencemaran lingkungan, pemberian danah dalam jumlah yang besar sehingga membuat rakyat muda melakukan tindakan anarkis, bahkan pembunuhan terhadap sesamanya melalui mekanisme konflik horizontal (Perang Suku), dan sampai pula pada kultur orang Papua itu sendiri, buruh asal pribumi tak di perhatikan kesejateraanNya dan juga kesehatan keselamatan kerjanya, banyak rakyat Papua yang di bunuh mati oleh aparat TNI/POLRI, BRIMOP dan sejenisnya yang berperan sebagai penjaga keamanan, kenyamanan, dan pelindung berjalannya pengoperasian pengeksploitasian korporat tersebut, dan masi banyak lainnya dampak buruk yang di hasilkan oleh saham di atas bumi West Papua. sehingga dengan kehadiran dan keberadaan korporat-korporat (Kapital) milik negara-negara asing dan Indonesia adalah salah satu penyebab kedestruktifvan atas rakyat Papua pada khususnya dan pada umumNya bumi West Papua.

Uang Penyebab Kematian Dan Disintegrasi Bagi Orang Papua

Uang adalah alat yang di gunakan untuk memenuhi kebutuhan umat manusia secara universal, karena uang, apapun yang di inginkan oleh manusia dapat di gapai, uang dapat menciptakan segala-galanya yang di inginkan oleh umat manusia secara individu, kelompok, ataupun golongan tertentu yang memiliki sejumlah uang yang sangat besar (Banyak), bahkan keberadaan uang hampir sejajar dengan sang Khalik (Tuhan) itu sendiri. Jika jaman dahulu sebelum uang di pergunakan, orang mendapatkan barang yang di inginkan olehnya dengan mekanisme saling menukar barang milik si A dengan Si B, begitupun sebaliknya sesua dengan keperluan dan kebutuhannya pada saat itu. Namun saat ini, Uanglah yang menjadi alat yang berkuasa atas segala-galaNya pada bumi yang di pijaki oleh umat manusia ini.

Unag bagi rakyat Papua adalah segala-galanya, sebab saat ini seakan-akan uang adalah nafas yang menghidupi orang-orang Papua, sehingga hanya karena uang rakyat Papua mampu untuk melaksanakan hal-hal yang sifatnya destruktif terhadap sesamaNya, hanya di karenakan uang tadi. Dari mana asal-usul uang itu sendiri ? tidak lain dan tidak bukan sumber daripada kedatangan uang adalah dari pemerintah Jakarta (Sentral), dan juga pemerintah daerah yang di alokasikan untuk danah Desa dengan jumlah yang sangat besar. Kenapa pemerintah pusat memberikan danah desa, karena memang untuk pengalokasian danah desa adalah proggram dan kebijakan pemerintah pusat, dan pemerintah daerah tak berhak dalam mengintervensi penggunaan danah desa tersebut oleh desa-desa yang ada di tiap-tiap kabupaten, mau Papua ataupun Indonesia pada umumNya. Dampaknya pun demikian, akan tercipta pula situasi dan kondisi lingkungan masyarakat yang tidak sehat karena tak ada pengontrolan oleh pemerintah daerah yang ada, ataupun kelompok/individu orang-orang Papua yang berintelektual, sehingga hanya uang tadi, rakyat Papua pun menjadi terpecah belah antara etnik yang satu dengan etnik yang lainnya.

KarenaNya, kehadiran sejumlah danah yang jumlahnya amat sangat besar tersebut bagi rakyat Papua, adalah hal yang memang akar daripada transvormasi pola kehidupan sosial budaya orang-orang Papau dari yang alamia (Natural) menjadi tak alamia pula. Hal ini adalah hasil daripada konstruksi kolonialisme secara struktural dalam mendisintegrasikan rakyat Papua seluruhnya. Dan itu sedang.

Penutup:

Dari kesemuanya yang telah di bahas dan di uraikan sdikit di atas adalah gambaran umum daripada penyebab kemtian bagi orang-orang Papua yang telah terjadi, dan sampai saat ini pun berbagai macam sistem yang ada di Papua adalah milik kolonialisme dan kapitalisme yang sedang menguasai bumi Papua itu serta isinya. Sehingga kematian bagi orang-orang Papua kebanyakan adalah takdir buatan manusia untuk memusnakan manusia Papua itu sendiri. Setelah melihat ini (Baca), kita dapat memiliki sedikit gambaran dalam menciptakan sebuah gagasan baru dalam menyelamatkan nasip dan masa depan manusia Papua nantinya. Pembebasan Nasional Papua Barat, adalah solusi demokratis bagi Bangsa Papua Barat, itu adalah solusi tunggal. Jika bangsa Papua masih tetap hidup berdampingan bersama dalam bingkai  Indonesia (kolonialisme), maka Bangsa Papua tak akan terlepas dari kondisi, keadaan dan situasi destruktif  absolut.

Gambar terkait

Reverensi:
Wikipedia:///artikapitalisme.com
Daftar Jumla HIV/AID Dinkes Provinsi Papua
150 Konspirasi dunia yang mencengangkan/Hiv/Aids

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

PEMBUNUHAN DAN MUTILASI WARGA SIPIL PAPUA

Pembunuhan Dan Mutilasi 4 Warga Sipil  Pembunuhan dan Mutilasi  4 Warga Sipil di Timika adalah kejahatan kemanusiaan, segera tangkap dan Adi...